Pesantren Darussalam Jajar Trenggalek

 
Fasilitas di Lembaga ini :
Nama FasilitasJumlah Nama FasilitasJumlah
MI/SD1 MTS/SMP1
MA/SMA1 Maly/Univ.0
Tahfidz1 Laboratorium1
Poli Kesehatan1 Koperasi1
Pesantren Darussalam Jajar Trenggalek

PROFIL

Pondok pesantren Darussalam Jajar adalah lembaga pendidikan islam yang berlokasi di Dusun Jajar Desa Sumbergayam Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek. pesantren Darussalam Jajar merupakan pesantren tertua di Trenggalek yang memiliki pengajaran salafiyah. Disisi lain untuk mengembangkan ponpes Darussalam tanpa menghilangkan garis Salafiyah, ponpes ini mendirikan pondok Tahfidzil Qur’an pada tahun 1998.

pesantren Darussalam Jajar juga mengembangkan pendidikan modern dengan mendirikan lembaga pendidikan formal yaitu SMP Darussalam di lingkungan pesantren.

SEJARAH

Pondok Pesantren Darussalam merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang tertua di Kabupaten Trenggalek. Sejak pertama berdiri sampai sekarang terdapat 8 pemimpin (pengasuh) ponpes Darussalam. Pertama, Abu Thalab, beliau merupakan ulama yang berasal dari Kendal, Jawa Tengah. Beliau hijrah dari Kendal menuju daerah yang belum di sentuh oleh agama Islam yaitu Trenggalek.

Kepergiannya dari Kendal menuju Trenggalek tidak lepas dari kebijakan Belanda pada tahun 1825 bahwa pergerakan para ulama atau kyai harus dibatasi karena dapat mengancam kedudukan Belanda di Nusantara. Berawal dari hal inilah perjuangan para ulama untuk menyebarkan agama Islam semakin meningkat (Catatan mengenai ponpes Darussalam, tt:1).

Pada tahun 1870 Abu Thalab pergi ke Trenggalek dengan temanya yaitu Kyai Muzdalifah. Beliau berdua ini berhenti di tempat yang berbeda. Kyai Muzdalifah berhenti di Desa Santren, Kecamatan Rejowinangun, Trenggalek. Buktinya dapat diiedentifikasi dari makam beliau yang ada di desa Santren. Sementara, Kyai Thalab berhenti di desa Kedunglurah, Kecamatan Pogalan, Trenggalek.

Beliau disini menikahi wanita yang bernama Tumijah. Beliau memutuskan untuk memilih tempat yang bagus untuk dijadikan tempat tinggal dan untuk menyebarkan Islam. Beliau memilih desa yang dekat dengan Medang Kamulyan yaitu desa Sumbergayam. Di tempat ini beliau mendirikan surau yang  beratap dari ilalang serta bertembok anyaman bambu dan berlantaikan papan.

Lewat surau ini beliau menyebarkan agama Islam pada masyarakat setempat. Perkawinan dengan ibu Tumijah ini beliau diberi enam orang anak yaitu Dariroh, Syarifah, Rustamaji, Badruddin, Murtosiyah, dan Abdulloh Jawahir. Dari ke enam anaknya ini yang kemudian melajutkan perjuangan beliau untuk menyebarkan Islam adalah Badruddin (Sholekan, 02 November 2014).

Pondok ini didirikan  pada tahun 1720. Beliau belajar di Pondok Mojosari kurang lebih selama 18 tahun. Banyak hal yang diperoleh selama beliau belajar di Pondok Mojosari, mulai dari ilmu tentang fiqih, sampai ilmu tentang tarekat. Ilmu yang telah diperolehnya, beliau aplikasikan untuk meneruskan perjuangan ayahnya untuk menyiarkan agama Islam di Desa Sumbergayam.

Beliau menjadi pimpinan  pondok jajar (nama sebelum berubah menjadi Darussalam) sejak tahun 1910. Pada tahun ini, santri-santri yang belajar di pondok jajar masih sedikit, hal ini karena masih adanya pengaruh Belanda di Nusantara. Belanda melakukan pengawasan secara serius terhadap lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Nusantara, baik formal maupun non formal.

Pondok Jajar untuk model pembelajaranya sendiri masih menerapkan sorogan dan bandongan. Hal ini tidak lepas dari sikap wira’i kyai Baddrudin. Sikap wira’i merupakan anggapan untuk meningggalkan hal-hal subhat. Seiring dengan perkembangan zaman, pondok jajar juga mengalami perkembangan dari segi pendidikanya. Menurut Sholekan (2 November 2014) bahwa ”Kyai Baddrudin memiliki istri yang bernama Nyai Isti’anah, dan memiliki tiga orang anak, yaitu Hamid, Agus Qomarudin, dan Hilaiyah. Dan anak yang nomor dua dan tiga inilah yang menjadi penerus perjangan di pondok Jajar”.

Pada tahun 1957 kyai Baddrudin wafat karena kecelakaan. Pondok Jajar sepeninggalan kyai Badrudin mengalami pasang surut karena tidak ada pengganti yang sejajar dengan kyai Badruddin. Sepupu dari kyai Baddrudin yaitu kyai Mazful ditunjuk oleh para kerabat untuk memimpin pondok Jajar, tetapi tidak  berapa lama menjadi pemimpin pondok beliau juga meninggal dunia.

Di pihak yang lain putra kedua dari Kiyai Baddrudin yang sedang mondok di Jawa Tengah yaitu Agus Komaruddin dipanggil untuk pulang ke Sumbergayam untuk menjadi pemimpin pondok Jajar. Beliau mengambil kebijakan untuk menyuruh adiknya yang bernama Hila’iyah untuk segera menikah karena usianya telah menginjak remaja. Beliau pun menikahkan adiknya dengan pemuda yang alim dan gagah dari Desa Sukorame, Kecamatan Pogalan, Trenggalek yaitu Mohammad Yunus.

Kiyai Agus Qomaruddin menikahkan adiknya ini memiliki tujuan ketika beliau sudah meninggal nanti estafet kepemimpinan dapat dipegang oleh adiknya. Cita-cita dari  beliau untuk menikahkan adiknya terpenuhi. Karena Beliau merasa belum selesai dalam menuntut ilmu dalam bidang keagamaan akhirnya beliau memutuskan untuk menempuh pendidikan di Pondok Abul Faid Blitar pada tahun 1960. Satu setengah tahun beliau menempuh pendidikan di Blitar kemudian beliau pulang ke Jajar dan merintis pendidikan yang berkelas yang diberi nama Madrasah  Roudlotut Tolibin, madrasah ini diresmikan pada tanggal 21 Maret 1962.
 
Tranformasi penyelanggaraan pendidikan terjadi di pondok Jajar, yang semula hanya berupa pondok berubah menjadi ponpes dengan adanya madrasah ini. Sejak saat itu ada jenjang pendidikan yang jelas, jika sebelumnya hanya pondok maka  berkembang menjadi 3 jenjang yaitu Ibtida’iyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Tidak lama setelah merintis berdirinya madrasah Roudlotut Tolibin, kyai Agus Qomaruddin meninggal dunia. Pimpinan berikutnya dipegang kyai Tarmuji yang merupakan suami kedua dari nyai Isti’anah. Tetapi selang beberapa bulan, kyai Tarmuji juga meninggal dunia ketika beliau sedang menjadi imam sholat Jumat.

Secara resmi estafet dipegang oleh Kyai Mohammad Yunus pada bulan Desember tahun 1962 (Sholekan, 2 November 2014). Pada masa kepemimpinan Kyai Mohammad Yunus pondok Jajar mengalami perkembangan secara perlahan menuju kebesaran. Beliau dalam memimpin ponpes mementingkan musyawarah dengan masyarakat sekitar demi tercapainya kemajuan pendidikan di ponpesnya.

Pernah beliau mendapat saran  jika ponpesnya diberi tanda dengan sebuah nama, karena ponpes ini belum punya nama. Karena nama jajar sendiri adalah sebuah dusun. Beliau mempertimbangkan usulan tersebut. Beliau melakukan sholat istiqhoroh untuk meminta petunjuk. Akhirnya beliau memberikan ponpes tersebut dengan nama Darussalam.

Kyai Muhammad Yunus memiliki istri yang bernama Nyai Hilaiyah, dari  pernikahanya ini beliau memiliki enam orang anak, diantaranya Agus Fahrurrozi, Ibu. Hj. Sarirotus Sa`diyah, Agus Yahya (meninggal masih kecil), Agus Hamam Mundzir, Agus Jauhari, Agus Afifudin. Sejak dipimpin Kyai Mohammad Yunus pondok pesantren Darusalam  banyak diminati oleh para santri baik yang berasal dari dalam Kabupaten Trenggalek atau berasal dari luar Kabupaten Trenggalek.

Para santri ada yang mondok ada juga yang langsung pulang pergi dari rumahnya. Pada tahun 1980  jumlah santri laki-laki semakin banyak. Hal ini membuat Ponpes Darussalam semakin dikenal, pada tahun yang sama pula beberapa orang tua tertarik untuk menitipkan anak perempuanya mondok di Ponpes Darussalam.

Berdasarkan kenyataan yang ada bahwa yang berminat untuk mondok tidak hanya para laki-laki maka pada tahun 1985 dibangun ponpes Darussalam  putri yang terletak 50 meter di sebelah barat ponpes Darussalam putra. Dalam  perkembanganya beberapa gadis desa mondok ke ponpes putri dengan cara nduduk  (bhs. jawa) atau pulang-pergi dari rumah ke pondok. Baru sejak tahun 1986 ada dua perempuan yang berasal dari Jember dan Dongko yang bermukim di ponpes Darussalam.

Pada tahun 2012 Kyai Mohammad Yunus meninggal dunia karena sakit dan kepemimipinan diberikan kepada putranya yang terakhir bernama KH. Agus Afifudin Yunus.

Pendiri
Kiyai Abu Thalab

Pengasuh
1. Kiyai
Abu Thalab
2. Kiyai Baddrudin
3. Nyai Isti’anah
4. Kiyai Mazful
5. Kiyai Agus Qomaruddin
6. Kiyai Tarmuji
7. KH. Muhammad Yunus
8. KH. Agus Afifudin Yunus.

PENDIDIKAN

Unit Pendidikan
1. Tahfidzul Qur'an
2. Madrasah Diniyah
3. SMP Darussalam Durenan

EKSTRAKURIKULER

Pesantren Darussalam memiliki ekstrakurikuler yang bisa diikuti para santri di antaranya :
1. Pendidikan berjam'iyah/Berorganisasi
2. Jam'yah pusat      
3. Jam'yah Far'iyah   
4. Praktek Ubudiyah
5. Bahtsul Masa'il
6. Qira'atul Qur'an                
7. Khotmil Qur'an          
8. Shorogan Al-Quran                   
9. Metode Yanbu'a
10. Metode Nahdliyah
11. Tahasus Nahwu dan Sharaf                  
12. Seminar                       
13. Keputrian

            

 


Bahtsul Masa'il di pesantren Darussalam


Hadrah di pesantren Darussalam

FASILITAS

Pesantren Darussalam memiliki fasilitas sebagai berikut:
1. Masjid
2. Asrama santri berjumlah 83 kamar
3. Gedung sekolah yang memadai berjumlah 23 ruang
4. Kantor
5. Asrama pengasuh
6. Dapur
7. Perpustakaan
8. Warung dan Kantin
9. Dapur Umum
10. Sanitasi
11. MCK

 


Gedung pesantren di pesantren Darussalam


Gedung sekolah di pesantren Darussalam

ALAMAT

Dusun Jajar, Desa Sumbergayam, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur
Kode Pos : 66381
Telepon    : 0852-2580-3002, 0857-8402-2289
Email       : ponpesdarussalamjajar@gmail.com

 


Untuk berpartisipasi memperbarui informasi ini, silakan mengirim email ke redaksi@laduni.id.

 

KUNJUNGI JUGA

 

 

 

 


 

 

Relasi Pesantren Lainnya

  • Belum ada pesantren yang berelasi dengan pesantren ini.