Silahkan Bermaksiat: Jika Engkau Terbebas dari 5 Perkara Ini

 
Silahkan Bermaksiat: Jika Engkau Terbebas dari 5 Perkara Ini
Sumber Gambar: Pinterest,Ilustrasi: Laduni.id

Laduni.ID, Jakarta - Ibrahim bin Adham, atau dikenal dengan nama lengkap Abu Ishaq Ibrahim bin Adham, adalah seorang pangeran yang berasal dari keluarga bangsawan Arab. Ibrahim bin Adham, salah satu tokoh sufi terkemuka yang hidup pada abad ke-7 Masehi. Beliau dikenal dengan nasihat-nasihatnya yang tajam.

Di antaranya adalah kisah berikut yang dinukilkan dari kitab At-Tawwabin karya Al Imam Ibn Quddamah Al-Maqdisi:

Suatu hari ada seorang lelaki datang menghadap Ibrahim bin Adham, seorang dokter hati terkenal. Lelaki itu mengakui bahwa dia telah terjebak dalam kemaksiatan dan meminta resep untuk menghindarinya. Ibrahim bin Adham pun memberikan lima hal yang harus dilakukan agar tidak terjerumus dalam dosa. Sang lelaki dengan penuh penasaran meminta Ibrahim bin Adham untuk mengungkapkannya.

Ibrahim bin Adham berkata;

Pertama, ketika engkau hendak berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka janganlah engkau makan sedikit pun dari rezeki Allah Subhanahu Wa Ta’ala.”

Lelaki tersebut heran kemudian dia bertanya, “bagaimana Anda bisa mengatakan hal tersebut wahai Ibrahim. Padahal semua rezeki berasal dari sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala?” Ibrahim berkata, “Jika engkau telah menyadari hal itu, maka apakah pantas engkau makan rezeki-Nya padahal engkau berbuat maksiat kepada-Nya?” Lelaki tersebut menjawab, “Tentu tidak pantas. Lalu apa yang kedua, wahai Ibrahim!”

Kedua, jika engkau hendak berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka janganlah engkau tinggal di bumi-Nya.” Lelaki tersebut terheran-heran melebihi yang pertama, kemudian dia berkata, “Bagaimana Anda bisa mengatakan hal tersebut wahai Ibrahim? Padahal setiap bagian bumi ini milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” Ibrahim menjelaskan kepadanya, “Jika engkau telah menyadari hal itu, maka apakah pantas engkau tinggal di bumi-Nya padahal engkau berbuat maksiat kepada-Nya?” Lelaki tersebut menjawab, “Tentu tidak pantas. Lalu apa yang ketiga, wahai Ibrahim!”

Ketiga, jika engkau hendak berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka carilah tempat di mana Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak dapat melihatmu, lalu berbuatlah maksiat di tempat itu!” Lelaki tersebut berkata, “Bagaimana Anda bisa mengatakan hal tersebut wahai Ibrahim? Padahal Allah Maha Mengetahui hal-hal rahasia (Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi). Dia dapat mendengar merayapnya semut pada batu besar yang keras di malam yang gelap.” Ibrahim menjelaskan kepadanya, “Jika engkau telah menyadari hal itu, maka apakah pantas engkau berbuat maksiat kepada-Nya?” Lelaki tersebut menjawab, “Tentu tidak pantas. Lalu apa yang keempat, wahai Ibrahim!”

Keempat, jika malaikat maut datang untuk mencabut nyawamu, maka katakanlh padanya, ‘Tundalah kematianku sampai waktu tertentu!” Lelaki tersebut bertanya, “Bagaimana Anda bisa mengatakan hal tersebut wahai Ibrahim? Padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman: “Maka apabila telah datang waktunya (kematian) mereka tidak dapat mengundurkannya sesaatpun dan tidak dapat memajukannya”

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam QS. Al-A’raf 7:34;

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ (٣٤)

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” [QS. Al-A’raf 7:34]

Ibrahim bin Adham menjelaskan kepadanya, “Jika engkau telah menyadari hal itu, lantas mengapa engkau masih mengharap keselamatan?” Dia menjawab, “Iya. Lalu apa yang kelima wahai Ibrahim?

Kelima, apabila malaikat Zabaniyah mereka adalah malaikat penjaga mendatangimu untuk menyeretmu ke neraka Jahannam, maka janganlah engkau ikut mereka.” Belum sampai lelaki ini mendengarkan nasihat yang kelima, dia berkata sambil menangis, Cukup, Ibrahim. “Saya memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan bertaubat kepada-Nya. Akhirnya dia senantiasa beribadah sampai meninggal dunia.”

Kisah ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya untuk selalu berupaya menjauhi perbuatan maksiat dan dosa. Kita harus selalu mengingat Allah dan taat kepada-Nya agar terhindar dari godaan yang mengarah kepada kesalahan.

Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu berusaha memperbaiki diri dan menjauhi perbuatan dosa. Dengan takwa dan kesadaran akan dosa, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan mendapatkan ridha Allah SWT. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 26 Juni 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Lisantono
Sumber: Kisah Hikmah, kitab At-Tawwabin karya Al Imam Ibn Quddamah Al-Maqdisi