Pesantren Programer Al-qodir, Wujudkan Programer Handal dari Kalangan Santri

 
Pesantren Programer Al-qodir, Wujudkan Programer Handal dari Kalangan Santri

LADUNI.ID, SLEMAN - Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Al Qodir meluncurkan 'Pesantren Programmer Al Qodir' di Ponpes setempat, Tanjung Wukirsari Cangkringan Sleman, Rabu (11/7/18). Bekerjasama dengan Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI), sebuah organisasi nonprofit di bidang teknologi informasi, Peluncuran 'Pesantren (Ponpes) Programer Al Qodir' dikemas dalam bentuk seminar menghadirkan sejumlah pembicara kompeten dibidangnya. 

Plt Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Slamet Santoso mengatakan, pihak kementerian sangat mendukung program yang diinisiasi ACCI ini, karena akan turut mendukung Gerakan 1.000 Startup Digital Indonesia. 

"Indonesia butuh para programmer handal dari berbagai kalangan, termasuk santri. Hal ini akan mendukung visi misi Presiden Jokowi, mewujudkan Indonesia sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara," terang Slamet kepada wartawan usai acara peluncuran.

Menurutnya, untuk mewujudkan cita-cita sebagai negara ekonomi digital terbesar Asia Tenggara, Indonesia masih butuh banyak programmer. Kementerian tidak hanya mendorong siswa SMK bidang teknologi informasi dan akademisi untuk menciptakan startup digital, melainkan juga kalangan santri ponpes. Selain itu, upaya ini harus didukung semua pihak mulai organisasi/komunitas, akademisi, klub komputing dan lain-lain. "Tahun 2018 ini kita targetkan muncul 311 startup digital. Kita butuh dukungan dari semua pihak untuk mewujudkan visi misi Presiden," katanya. 

Pengasuh Ponpes Al Qodir, KH Masrur Ahmad MZ menyambut baik diluncurkannya Pesantren Programmer karena akan membuka wawasan para santri akan pentingnya pengembangkan teknologi informasi untuk mendukung ekonomi digital. Nantinya program ini akan diintegrasikan dengan kurikulum pesantren.  

Namun begitu, Ponpes Al Qodir masih membutuhkan dukungan pengadaan infrastruktur penunjang seperti laptop/komputer. "Untuk tahap awal, berupa program pelatihan bagi 30 trainer dari beberapa pesantren selama 6 bulan. Nantinya para trainer ini akan menularkan kepada santri-santri di pesantren asalnya," katanya.