Sejarah Singkat Kerajaan Demak: Mulai Berdiri hingga Perpindahan Pusat ke Pajang

 
Sejarah Singkat Kerajaan Demak: Mulai Berdiri hingga Perpindahan Pusat ke Pajang
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa dan didirikan oleh Raden Patah, pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Wali Sanga, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.

Raden Patah pada masa sebelum mendirikan Kerajaan Demak terkenal dengan nama Pangeran Jimbun, setelah naik takhta bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah dan bertahta antara tahun 1500-1518. Menurut Babad Tanah Jawa, Raden Patah adalah putra Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir) dengan putri dari Campa yang menurut prasasti bernama Dewi Kianwhie yang juga merupakan bibi dari Sunan Ampel.


Silsilah kerajaan Demak

Pada masa pemerintahan Raden Patah, Demak berkembang pesat dengan memperkuat armada lautnya, sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Atas kehadiran Portugis di Malaka yang mengganggu kepentingan Demak dengan dibantu oleh Sultan Aceh dan Sultan Palembang, kerajaan Demak kemudian melakukan penyerangan Portugis.

Raden Patah dibantu Wali Sanga dalam hal keagamaan dengan Demak sebagai pusat penyebaran Islam ditandai dengan pembangunan Masjid Agung Demak.

Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521) atau Pangeran Sabrang Lor. Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka. Adipati Unus meninggal tanpa meningalkan putra sehingga digantikan oleh adiknya, Pangeran Sekar Seda Lepen.

Namun Pangeran Seda Lepen dibunuh oleh utusan Sunan Prawoto (sewaktu kecil bernama Raden Mukmin), yang merupakan anak Pangeran Trenggana. Sehingga tahta Demak sepeninggal Adipati Unus dipimpin oleh Pangeran Trenggana. Ia setelah naik tahta bergelar Sultan Trenggana (1521-1546). Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya.

Sultan Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546).

Sultan Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu raja Trenggana. Sementara Maulana Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati diperintah oleh Trenggana untuk menundukkan Banten Girang. Di kemudian hari keturunan Maulana Hasanudin menjadikan Banten sebagai kerajaan mandiri.

Sepeninggal Sultan Trenggana, Demak mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan Arya Penangsang yang merupakan anak Pangeran Sekar Seda Lepen dengan Sunan Prawoto yang merupakan anak Sultan Trenggana. Sunan Prawoto kemudian dapat dibunuh oleh Arya Penangsang. Namun, Arya Penangsang kemudian berhasil dibunuh oleh Jaka Tingkir yang merupakan anak menantu Sultan Trenggana. Jaka Tingkir kemudian menjadi Adipati Pajang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.

Sumber: Babad Tanah Jawa, Babad Madiun
 


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 11 Agustus 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
___________________

Editor: Kholaf Al Muntadar