Hancurkan Penyakit Bangga Diri

 
Hancurkan Penyakit Bangga Diri
Sumber Gambar: Pinterest,Ilustrasi: Laduni.id

Laduni.ID, Jakarta – Setiap hari, kita diberikan kesempatan untuk merenungkan catatan kehidupan kita dan mengevaluasi tindakan yang telah kita lakukan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kita selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain.

Rasa bangga terhadap diri sendiri adalah salah satu penyakit hati yang sering menyertai manusia. Penyakit ini tidak mengenal status sosial, profesi, atau latar belakang seseorang. Bahkan orang yang dianggap sukses atau berprestasi pun bisa terjangkiti oleh penyakit ini. Ketika seseorang terkena penyakit rasa bangga diri, ia cenderung merasa bahwa dirinya lebih baik daripada orang lain, meremehkan orang lain, dan merasa tidak membutuhkan pertolongan atau nasihat dari orang lain.

Dalam konteks agama, rasa bangga diri merupakan hal yang sangat berbahaya. Karena seharusnya manusia menyadari bahwa segala sesuatu yang dimilikinya hanyalah titipan dari Allah SWT. Tidak ada yang patut dibanggakan selain rahmat dan karunia-Nya. Ketika seseorang merasa bangga terhadap dirinya sendiri, ia sebenarnya telah melupakan bahwa segala sesuatu yang dimilikinya hanyalah titipan dari Sang Pencipta.

Rasa bangga diri juga dapat menghancurkan nilai amal seseorang di sisi Allah SWT. Karena amal yang dilakukan dengan penuh kesombongan dan kebanggaan tidak akan diterima oleh-Nya. Amal yang seharusnya dilakukan dengan ikhlas dan tulus justru menjadi sia-sia karena tercemar oleh niat yang buruk. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk selalu merenungkan diri dan menjauhkan diri dari rasa bangga diri.

Bangga diri biasanya timbul karena merasa memiliki yang orang lain tidak memilikinya, entah itu karena harta, tahta, nasab, ilmu, dan hal lainnya. Berawal dari membanggakan diri sendiri, hingga tanpa sadar jatuh pada kesombongan, padahal ujub bisa membinasakan pelakunya, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut ini:

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَتَبَخْتَرُ يَمْشِي فِي بُرْدَيْهِ قَدْ أَعْجَبَتْهُ نَفْسُهُ فَخَسَفَ اللَّهُ بِهِ الْأَرْضَ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Ketika seorang laki-laki sedang bergaya dengan kesombongan berjalan dengan mengenakan dua burdahnya (jenis pakaian bergaris-garis; atau pakaian yang terbuat dari wol hitam), dia mengagumi dirinya, lalu Allah membenamkannya di dalam bumi, maka dia selalu terbenam ke bawah di dalam bumi sampai hari kiamat.” [HR. Imam Bukhari & HR. Imam Muslim]

Salah satu cara untuk mengatasi rasa bangga diri adalah dengan menjadi hamba yang rendah hati. Rendah hati bukan berarti merendahkan diri sendiri, namun lebih kepada sikap mengakui kelemahan dan keterbatasan diri. Dengan rendah hati, seseorang akan lebih mudah menerima kritik dan masukan dari orang lain, serta tidak mudah terpancing emosi ketika dihadapkan pada situasi yang menantang.

Selain itu, menjadi rendah hati juga berarti selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Ketika seseorang mampu mensyukuri setiap nikmat yang diberikan-Nya, ia akan lebih mudah untuk menjaga hati dan menjauhkan diri dari penyakit hati seperti rasa bangga diri. Sikap bersyukur juga akan membawa kebaikan dalam setiap amal yang dilakukan, karena dilandasi oleh niat yang tulus dan ikhlas.

Dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 22-23, Allah SWT berfirman;

اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ ۚفَالَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ قُلُوْبُهُمْ مُّنْكِرَةٌ وَّهُمْ مُّسْتَكْبِرُوْنَ (٢٢)

لَا جَرَمَ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِيْنَ (٢٣)

“Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong. Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” [QS. An-Nahl 16:22-23].

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: 
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan duduknya paling dekat kepadaku pada hari kiamat adalah orang yang akhlaknya terbaik di antara kalian. Sedangkan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak bicara, suka ngobrol dan bermulut besar (sombong).” (HR. Imam At-Tirmidzi)

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, penting bagi setiap individu untuk selalu mengingat bahwa segala sesuatu yang dimiliki hanyalah titipan dari Allah SWT. Tidak ada yang patut dibanggakan selain rahmat dan karunia-Nya. Dengan menghancurkan rasa bangga diri dan menggantinya dengan sikap rendah hati dan bersyukur, seseorang akan mampu menjaga hati dan amalnya agar tetap bernilai di sisi Allah SWT. Semoga kita semua selalu diberikan kekuatan untuk menghadapi ujian rasa bangga diri dan tetap istiqamah dalam menjalani kehidupan ini.  Bersikap tawadhu (rendah hati) harus senantiasa dimiliki oleh setiap orang beriman dengan hanya mengharap ridha dari-Nya. Wallahul Muwafiq Ila’aawamith Thariq, Wallahu ‘Allam Bishawab. [ ]

 


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 22 September 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

__________________

Editor: Lisantono