Damailah Negeri Ini Bersama Santri

 
Damailah Negeri Ini Bersama Santri

LADUNI. ID, KOLOM- Salah satu elemen masyarakat yang sangat berperan mencerdaskan anak bangsa bernama santri. 

Kita mengetahui bahwa santri sebagai generasi penerus bangsa, bukan dalam pengertian elemen lain harus dikesampingkan, namun mereka merupakan sebagai insan produktif dan sebagai sosok the leader of tomorrow (sang pemimpin masa depan). 

Seorang santri dibebankan untuk memiliki dedikasi yang tinggi dalam pengembaraan pengetahuan dan rasa ingin mengetahui yang lebih besar dan harus menjadi pelopor sense of curiosity (rasa keingintahuan yang tinggi) dalam lingkungan.

Slogan sense of curiosity dalam pepatah arab dikenal dengan ungkapan “himmatul rizal tasqutu jibal” (semangat seorang  santri bisa menaklukan sebuah pegunungan). 

Dalam menumbuhkan sikap sense of curiosity akan melahirkan iqrak  dengan ta’lim yang dikreasikan dengan motivasi instrik. Membaca itu dikonotasikan sebagai ta’lim (belajar). 

Iqrak itu pintu gerbang menuju ke samudera ilmu pengetahuan. Iqrak pun tidak terbatas kepada yang tertulis (iqrak bil qalam) namun segala perubahan dan fenomena alam yang terjadi juga harus mampu ditelaah dan di cerna yang dikenal dengan Iqra’ Kauniyah.

Hal ini dijelaskan secara gamblang dalam Al-Quran yang berbunyi: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan. Dia  telah  menciptakanmanusia darisegumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-Alaq:1-5).

Syekh al-Maraghi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah memerintahkan  kepada manusia supaya  dapat membaca tersebut harus diulang-ulang, indikasinya dengan tanpa mengulang-ulang dan membiasakan dalam membaca tidak akan memberi kesan dan meresapnya ilmu dalam jiwa.

Berulang-ualng perintah Allah SWT dalam pengertian sama dengan berulang-ulang membaca. Dengan demikian membaca itu merupakan salah satu bakat dari  Rasulullah SAW.

Dalam tafsir lainnya seperti Tafsir Al-Azhar, disebutkan  bahwa Rasulullah bukan orang yang pandai, beliau adalah ummi yang boleh dikatakan buta huruf.

Namun Jibril mendesaknya untuk membaca sampai tiga kali meskipun Rasulullah tidak dapat menulis, pada akhirnya walaupun didesak tiga kali  rasulullah juga dapat menghafal di luar kepala. 

Al-Quran sendiri telah menggambarkan sosok tipe santri sense of curiosity tersebut, sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi: “Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang santri. Berkatalah salah seorang di antara keduanya: “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata: “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.”Berikanlah kepada kami ta’birnya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena’birkan mimpi).” (QS. Yusuf [12]: 36).

Interpretasi dalam ayat ini menunjukkan tentang jati diri seorang santri yang memiliki sense of curiosity. 

Berdasarkan penjelasan di atas makanya dengan memiliki sifat tersebut, seorang santri itu cenderung untuk banyak mencoba dan mempraktekan hal-hal yang berinovasi baru tentu saja yang bernilai positif. Sosok itu harus mampu mengintregasikan ilmunya dalam membangun negeri ini. 

Realita saat ini menjawab hal demikian, dikala dalam komunitas masyarakat sedang tren dengan sebuah hal baru, misalnya model pakaian, bergaya, bertingkah laku dan lainnya, maka santri pun mengikuti, mempraktekannya dan memakai pakaian itu.

Biarpun demikian yang perlu diperhatikan secara seksama, sense of curiosity penulis maksudkan di sini adalah rasa keingintahuan yang positif dan inovatif, bukan sebaliknya. Santri walaupun berkain sarung harus mampu memposisikan dirinya berada di garda terdepan mengkampanyekan kedamaian nusantara ini jauh dari disintegrasi dan sejenisnya.

Beranjak dari kupasan diatas, tentunya dengan semangat Hari Santri Nasional (HSN) yang diperingati setiap 22 Oktober, hendaknya sosok santri akan terus berjihad melahirkan hasrat untuk mencari, menguasai dan mentransferkan ilmu dan manfaatnya kepada masyarakat lainnya serta lingkungan sekitar kita untuk masa kini dan depan bahkan hari akhirat nantinya demi menggapai sa'dah daraini dalam ridha-Nya. Amin. 

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi Penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga.