Tradisi Unik Masyarakat Indonesia Sambut Bulan Ramadhan

 
Tradisi Unik Masyarakat Indonesia Sambut Bulan Ramadhan
Sumber Gambar: Pinterest,Ilustrasi: Laduni.id

Laduni.ID, Jakarta - Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah dan ampunan, selalu dinantikan dengan penuh kegembiraan oleh umat Islam di seluruh dunia. Sebagai bulan di mana Al-Qur'an diturunkan, Ramadhan mengajarkan nilai-nilai penting dalam ajaran Islam. Puasa selama 30 hari menjadi kewajiban yang dilaksanakan dengan penuh kesungguhan, menuju perayaan Idul Fitri yang penuh kebahagiaan.

Di Indonesia, Negara dengan populasi Muslim terbesar, bulan suci Ramadhan disambut dengan semangat dan keberagaman. Meskipun beragam suku dan budaya, masyarakat Indonesia merayakan bulan Ramadhan dengan keunikan masing-masing, mencerminkan semangat "Bhineka Tunggal Ika".

Tradisi menjelang Ramadhan sangat beragam dan unik. Setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam mempersiapkan diri menyambut bulan suci ini. Berbagai tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia sebelum datangnya bulan Ramadhan ini tidak hanya memiliki nilai religi yang tinggi, tetapi juga memiliki keunikan tersendiri.

Salah satu tradisi yang sering dilakukan di beberapa daerah di Indonesia adalah tradisi berbagi makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Dalam tradisi ini, masyarakat akan mengumpulkan makanan dan menyediakan hidangan spesial untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian dan solidaritas antar sesama, serta sebagai bentuk ibadah yang dianjurkan dalam agama Islam.

Selain itu, ada pula tradisi membersihkan rumah dan lingkungan sekitar menjelang Ramadhan. Masyarakat akan membersihkan rumah mereka secara menyeluruh, mulai dari membersihkan perabotan hingga membersihkan halaman rumah. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk persiapan fisik dan spiritual menyambut bulan Ramadhan yang suci.

Tak heran, tradisi unik menyambut Ramadhan terlihat di berbagai daerah Nusantara. Dari tradisi kuliner khas hingga kegiatan keagamaan yang khas, setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dalam menyambut bulan suci ini. Keberagaman inilah yang membuat bulan Ramadhan di Indonesia begitu istimewa dan mempesona.
 

Penasaran apa saja tradisi unik yang dilakukan di berbagai daerah Nusantara dalam menyambut bulan suci Ramadhan?
Yuk simak penjelasannya di bawah ini:

1. Tradisi Munggahan, Jawa Barat
Tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Jawa Barat ini dikenal sebagai Munggahan, yang berasal dari bahasa Sunda yang artinya "sampai ke". Masyarakat Jawa Barat menganggap Munggahan sebagai perayaan menyambut bulan Ramadhan. Tradisi ini sering dilakukan menjelang bulan Ramadhan, khususnya pada akhir bulan Syakban.

Munggahan merupakan tradisi yang telah ada sejak masuknya ajaran Islam di tanah Sunda. Tradisi ini melibatkan kegiatan seperti botram atau makan bersama, saling meminta maaf, bersilahturahmi ke rumah keluarga dan kerabat, serta membersihkan tempat ibadah dan makam keluarga. Munggahan dijadikan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah dan sebagai upaya membersihkan diri dari hal-hal buruk sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

2. Tradisi Nyorog, Betawi
Tradisi Nyorog yang merupakan bagian dari budaya Betawi di Jakarta merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan penuh keceriaan dan kebersamaan. Dalam tradisi ini, anggota keluarga termuda mengunjungi saudara-saudara yang lebih tua dan orang yang dituakan di kampungnya untuk membagikan bingkisan berupa sembako dan makanan khas Betawi.

Awalnya, bingkisan Nyorog disajikan dalam rantang tradisional yang terbuat dari anyaman daun pandan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kini masyarakat Betawi menggunakan rantang besi atau kotak makan untuk menyampaikan bingkisan Nyorog. Makanan khas Betawi seperti sayur gabus pucung, ikan bandeng, dan olahan daging kerbau seringkali menjadi pilihan untuk dibagikan saat tradisi Nyorog.

Tradisi Nyorog tidak hanya menjadi ajang untuk mempererat hubungan antar keluarga dan tetangga, namun juga sebagai bentuk kepedulian dan kebersamaan dalam menjalani bulan puasa dan merayakan Idulfitri. Dengan tetap melestarikan tradisi ini, diharapkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong dalam masyarakat Betawi tetap terjaga dan terus berkembang.

3. Tradisi Meugang, Aceh
Meugang merupakan tradisi yang kaya akan makna dan sejarah bagi masyarakat Aceh. Tradisi ini telah menjadi bagian penting dalam budaya Aceh sebagai persiapan menjelang bulan puasa dan perayaan Hari Raya Idul Fitri serta Idul Adha. Berawal dari zaman Kerajaan Aceh di era Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1607-1636 M, dimana beliau memotong hewan secara besar-besaran dan membagikan dagingnya kepada seluruh rakyat sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih.

Meugang dilakukan dengan memasak daging dalam jumlah yang melimpah, kemudian dinikmati bersama keluarga, kerabat, dan anak yatim. Bahkan, ada pula tradisi memanggang daging di masjid untuk dibagikan kepada tetangga dan warga lainnya, sehingga semua orang dapat merasakan kebahagiaan melalui berbagi dan kebersamaan. Tradisi ini tidak hanya sebagai sarana menyambut hari besar umat Islam, tetapi juga sebagai wujud solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat Aceh hingga saat ini.

4. Tradisi Malamang, Sumatera Barat
Malamang merupakan salah satu tradisi turun-temurun masyarakat Sumatera Barat yang dilakukan oleh kaum ibu-ibu dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Sesuai dengan namanya, Malamang memiliki arti membuat lamang, yakni sajian yang terbuat dari beras ketan putih dan santan yang dikukus di dalam batang bambu muda.

Tradisi yang telah dilakukan sejak ratusan tahun silam berawal ketika Syekh Burhanuddin, pembawa ajaran Islam di Minangkabau, tengah bersilaturahmi ke rumah penduduk dan menyarankan untuk menyajikan lamang ketika membagikan makanan kepada satu sama lain agar menghindari makanan haram.

Di daerah Pariaman dan Agam, tradisi ini masih sangat melekat di masyarakat dan bahkan menjadi tradisi yang tidak hanya dilakukan saat menjelang bulan puasa, namun juga di berbagai perayaan besar maupun acara keluarga. Tujuan dari tradisi unik ini adalah untuk berkumpul bersama sanak saudara serta mempererat tali kekeluargaan.

5. Tradisi Apeman, Yogyakarta
Tradisi Apeman di Yogyakarta benar-benar mempesona! Setiap tahun, masyarakat Yogyakarta dengan antusias melaksanakan tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada Allah SWT sebelum bulan Ramadhan tiba. Tidak hanya itu, tradisi ini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Jalan Malioboro dan Jalan Sosrowijayan.

Proses pembuatan kue apem secara tradisional oleh keluarga Keraton Yogyakarta Hadiningrat sungguh memukau. Mulai dari proses ngebluk jeladren hingga ngapem, semua dilakukan dengan penuh keceriaan dan kekompakan. Peran permaisuri sultan dalam memimpin tradisi ini menambah kesan sakral dan istimewa.

Tradisi Apeman tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya Yogyakarta, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan kekompakan dalam menjaga tradisi leluhur. Semoga tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.

6. Tradisi Dugderan,Semarang
Tradisi Dugderan telah menjadi festival tahunan yang terkenal di kota Semarang. Festival ini tidak hanya dilakukan oleh umat Islam menjelang bulan puasa, tetapi juga melibatkan berbagai lapisan masyarakat di Semarang. Festival ini menjadi wadah untuk menampilkan keragaman suku, budaya, kuliner, dan seni yang ada di kota tersebut.

Nama Dugderan berasal dari kata "dug" yang merupakan suara bedug dan "deran" yang berarti suara mercon. Tradisi ini identik dengan arak-arakan yang diiringi oleh suara bedug dan mercon. Tradisi ini telah berlangsung sejak tahun 1882 dan menjadi semakin meriah dengan adanya Karnaval Warak Ngendog. Karnaval ini melibatkan simbol hewan seperti kambing dan naga, dan dimulai dari Kantor Balai Kota hingga Masjid Agung Semarang. Acara ini biasanya diakhiri dengan pembacaan suhu halaqah dan penabuhan bedug.

7. Tradisi Pacu Jalur,Riau
Pacu Jalur adalah salah satu tradisi yang sangat istimewa bagi masyarakat di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun menjelang bulan Ramadhan dengan pesta rakyat yang meriah. Pacu Jalur merupakan perlombaan mendayung perahu kayu yang sangat populer di daerah ini.

Sungai Batang Kuantan menjadi tempat yang sangat penting dalam pelaksanaan Pacu Jalur. Tradisi ini telah berlangsung sejak abad ke-17 dan menjadi bagian dari sejarah pelayaran di daerah tersebut. Perlombaan ini dianggap sebagai puncak dari segala usaha dan kerja keras yang dilakukan oleh masyarakat setempat, serta sebagai hiburan sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

Pacu Jalur bukan hanya sekadar perlombaan, tetapi juga merupakan simbol kebersamaan dan kekompakan masyarakat. Tradisi ini menjadi bagian dari identitas budaya dan sejarah daerah tersebut.

8. Tradisi Balimau, Minangkabau
Balimau merupakan tradisi yang telah menjadi bagian dari warisan budaya masyarakat Minangkabau. Tradisi ini melibatkan pemandian dengan jeruk nipis sebagai sarana untuk membersihkan diri secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Pelaksanaan tradisi ini dilakukan satu atau dua hari sebelum bulan Ramadhan dimulai, dan biasanya dilakukan di tempat-tempat yang memiliki sungai atau tempat pemandian.

Balimau memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Minangkabau, karena selain sebagai sarana membersihkan diri fisik, juga sebagai cara untuk membersihkan diri secara spiritual. Tradisi ini juga menjadi momen untuk bersatu dan berkumpul bersama keluarga serta komunitas.

Dengan menjaga dan melanjutkan tradisi Balimau, masyarakat Minangkabau dapat terus mempertahankan identitas budaya dan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.

9. Tradisi Nyadran, Jawa Tengah
Nyadran merupakan tradisi yang sangat penting bagi masyarakat Jawa Tengah. Tradisi ini bukan hanya sekedar ritual, namun juga menjadi momen untuk menghormati leluhur dan mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Nyadran dilakukan dengan serangkaian kegiatan, seperti membersihkan makam keluarga, membawa sadranan atau makanan hasil bumi, dan kemudian dilanjutkan dengan makan bersama (kenduri) satu bulan sebelum bulan puasa dimulai. Tradisi ini sering kali dilaksanakan di daerah Magelang, Temanggung, dan Kendal.

Salah satu hal yang unik dari tradisi Nyadran adalah acara makan bersama (kenduri) yang dilakukan secara bersama-sama dengan hidangan hasil tani dan ternak warga, yang disajikan di atas daun pisang. Masyarakat percaya bahwa Nyadran adalah ritual pembersihan diri menjelang bulan suci, serta bentuk penghormatan kepada anggota keluarga yang telah meninggal dengan doa dan membersihkan makam.

10. Tradisi Megengan, Jawa Timur
Nama Megengan adalah tradisi yang sangat berarti bagi masyarakat Jawa Timur. Tradisi ini tidak hanya sekedar selamatan sebelum bulan Ramadhan, tetapi juga sebagai bentuk persiapan spiritual dan mental dalam menjalankan ibadah puasa. Dalam Megengan, kita diajarkan untuk menahan hawa nafsu dan meningkatkan keimanan.

Selain itu, Megengan juga menjadi ajang silaturahmi antar warga sekitar. Dengan adanya acara selamatan di masjid atau mushola, kita dapat saling bertemu, berdoa bersama, dan berbagi rezeki dalam bentuk sego berkat. Hal ini mengajarkan kita tentang kebersamaan, rasa syukur, dan keikhlasan dalam berbagi.

Dengan demikian, Megengan bukan hanya sekedar tradisi, tetapi juga memiliki makna yang dalam bagi umat Islam. Melalui Megengan, kita dapat belajar untuk lebih bersyukur, ikhlas, dan mempererat tali silaturahmi.

11. Tradisi Ziarah Kubro, Palembang
Tradisi Ziarah Kubro yang dilaksanakan secara massal setiap tahun oleh masyarakat Muslim Palembang di sepanjang Sungai Musi, khususnya komunitas Arab di sekitarnya, merupakan suatu kegiatan yang sangat dihargai. Tradisi ini menitikberatkan pada ziarah kubur para ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam atau 'waliyullah'. Meskipun hanya diperuntukkan bagi kaum laki-laki, kegiatan ini memiliki makna yang mendalam bagi para pelakunya.

Dalam ziarah ini, para peziarah mengenakan pakaian serba putih dan melakukan pawai menuju berbagai titik ziarah di Palembang selama 3 hari berturut-turut. Tak jarang, ziarah ini diikuti oleh peziarah dari berbagai kota seperti Aceh, Jambi, Jakarta, dan Jawa Timur. Selain sebagai ajang ziarah, momen ini juga dimanfaatkan sebagai waktu untuk menjalin silaturahmi dengan sanak saudara dan sesama umat Muslim.

Tradisi ini tidak hanya sekadar ritual, namun juga menjadi wadah untuk memperkokoh hubungan antarumat beragama. Dengan nilai-nilai kebersamaan dan kecintaan terhadap para ulama dan pendiri kesultanan, Ziarah Kubro menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya dan spiritual masyarakat Palembang.

12. Tradisi Padusan, Boyolali
Tradisi Padusan di Boyolali telah menjadi bagian dari budaya sejak zaman Wali Songo dan terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Tradisi ini dilakukan sebagai sarana untuk membersihkan diri dan menyambut bulan penuh berkah. Awalnya, masyarakat mendekati sumber mata air yang dianggap sakral untuk mendapatkan berkat, lalu membersihkan diri di sana.

Yang membedakan Padusan dengan tradisi pemandian lainnya adalah pelaksanaannya harus dilakukan sendirian. Hal ini bertujuan agar seseorang dapat merenungkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dan memulai bulan Ramadhan dengan niat yang tulus dan jiwa yang suci. Dengan demikian, tradisi Padusan tidak hanya menjadi ritual fisik, tetapi juga spiritual yang mendalam bagi masyarakat Boyolali.

13. Tradisi Kirab Dandangan, Kudus
Kirab Dandangan adalah festival yang memiliki makna penting bagi masyarakat Kudus dalam memulai ibadah puasa. Tradisi ini diawali dengan tabuhan bedug masjid yang menandakan dimulainya bulan Ramadhan. Awalnya dilakukan oleh para santri yang menunggu pengumuman puasa oleh Sunan Kudus di Masjid Menara Kudus, namun kini telah menjadi momen berkumpul bagi warga sebelum memasuki bulan suci tersebut.

Selama kirab berlangsung, desa-desa di Kudus menampilkan kehebatan mereka dengan mengarak kerajinan dari Jalan Kyai Telingsing menuju Masjid Menara Kudus. Puncak acara ini adalah pementasan teatrikal sejarah perayaan Dandangan yang melibatkan partisipasi warga Kudus. Tradisi Kirab Dandangan merupakan warisan budaya yang patut dilestarikan dan menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Kudus.

 

Dengan berbagai tradisi unik menjelang Ramadhan yang dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, kita dapat melihat betapa kaya akan nilai religi dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Tradisi-tradisi ini juga menjadi momentum untuk mempererat tali persaudaraan dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah SWT.

Dengan demikian, tradisi menjelang Ramadhan di Indonesia tidak hanya memiliki nilai religi yang tinggi, tetapi juga memiliki keunikan tersendiri yang patut dilestarikan dan dijunjung tinggi. Semoga tradisi-tradisi ini dapat terus dilestarikan dan menjadi bagian dari identitas budaya bangsa Indonesia. []

 


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 29 Oktober 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Lisantono
Sumber: Budaya Islam Indonesia