Menambah Kecintaan Kader terhadap NKRI, PMII Sumbar Gelar Dialog

 
Menambah Kecintaan Kader terhadap NKRI, PMII Sumbar Gelar Dialog

LADUNI.ID, Padang - Indonesia adalah negara Pancasila. Dari pernyataan tersebut, sudah jelas gagasannya bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati. Jika ada yang berniat merubahnya maka di situlah kader PMII harus siap menjelaskan.

Demikian terungkap dalam Dialog Bersama Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumatera Barat (Sumbar), Sabtu (27/10 malam di Kantor PW NU Sumatera Barat dalam rangka memeriahkan Hari Santri dan Sumpah Pemuda.

"Dialog refleksi Hari Santri dan Sumpah Pemuda dilaksanakan dalam rangka menambah kecintaan kader PMII  terhadap NKRI", tutur Sumbar Rodi Indra Saputra, Ketua Umum PKC PMII Sumbar.  Dialog  bertema Peran Kader PMII selaku Santri yang menjaga keutuhan NKRI.

Menurutnya, dengan pemaparan sejarah hari santri ini, tentunya kader PMII paham bahwa Hari Santri ditetapkan sebagai salah satu bukti perjuangan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

"Dari sisi  mahasiswa, kader PMII  tentu tidak boleh melupakan bahwa semangat Sumpah Pemuda harus tumbuh dalam jiwa PMII", imbuhnya.

Selanjutnya, menurut Rodi, PMII harus sadar bahwa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari berbagai budaya dan agama. Biarpun PMII sebagai organisasi Islam, tapi kader PMII harus tetap teguh menyatakan NKRI adalah harga mati. Pancasila adalah azas negara dan menjujung tinggi Bhineka Tunggal Ika.

Refleksi Hari Santri dan Sumpah Pemuda ini menampilkan  narasumber Ketua KPID Sumbar Afriendi Sukumbang, alumni Pesantren Tawalib Padang Panjang, Anggota KPU Padang Pariaman Ory Sativa Sa'ban, alumni Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan Padang Pariaman, Akademisi Universitas Andalas Padang Beni Kharisma Arasuli, alumni Pesantren Canduang dan Anggota Bawaslu Kota Pariaman Ulil Amri.

Beni Kharisma Arrasuli mengatakan, santri berarti berbudi luhur. Seorang santri harus bisa menjaga diri dan siap mengahadapi perubahan.

Sedangkan Ory Sativa Sa'ban menjelaskan, kader PMII selaku santri itu tidak boleh kagetan. Santri itu harus siap menerima perbedaan.

"Santri itu tidak hanya yang berasal dari pesantren. Kader PMII juga bisa dikatakan santri, seperti yang dikatakan KH Hasyim Asy'ari siapa yang mengurus NU maka dia adalah santriku. Kader PMII bagian dari NU, maka kader PMII bisa kita katakan santrinya KH Hasyim Asy'ari", tutup Ulil Amri.