Meski Diperingatkan AS, Iran Tetap Lanjutkan Program Kedirgantaraan

 
Meski Diperingatkan AS, Iran Tetap Lanjutkan Program Kedirgantaraan

LADUNI.ID, Jakarta – Hukum internasional tidak melarang program kedirgantaraannya, dan karena itu Teheran akan melanjutkan program itu meskipun mendapat peringatan dari AS. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, Rabu (9/1) kemarin.

Zarif juga mengingatkan bahwa Iran bisa saja membatalkan kesepakatan nuklir tahun 2015 yang disepakatinya dengan beberapa negara terkemuka dunia, tapi Iran tidak atau belum melakukannya karena bukan satu-satunya opsi.

Seperti dilansir dari Reuters, Zarif sebagai tanggapan atas peringatan pejabat AS terhadap rencana Iran melesatkan roket ruang angkasa yang diklaim AS melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dengan dalih  penggunaan teknologi rudal balistik.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo pekan lalu memperingatkan Iran agar membatalkan rencana itu sembari menyebutkan bahwa teknologi tersebut dapat digunakan untuk rudal balistik antarbenua yang dapat menjangkau daratan AS.

Di waktu yang hamper bersamaan, Menteri Teknologi Informasi dan Komunikasi Iran Mohammad Javad Azari Jahromi , Senin lalu, mengatakan bahwa Iran tidak akan meminta izin siapa pun dalam mengembangkan program kedirgantaraannya yang bertujuan damai.

“Iran tidak akan meminta izin siapa pun dalam mengembangkan industri kedirgantaraannya yang damai, dan dengan tegas akan melanjutkan rencananya,” jelasnya.

Selain itu, dia menambahkan bahwa Iran telah berhasil membuat persiapan untuk peluncuran dua satelit, yaitu Payam (Pesan) dan Doosti (Persahabatan), dan akan melakukannya atas perintah pejabat terkait.

Sementara itu, pada tahun 2009, Iran meluncurkan satelit buatan dalam negeri pertamanya, Omid (Hope). Negara ini juga mengirim bio-kapsul pertamanya yang mengandung makhluk hidup ke luar angkasa pada Februari 2010 dengan menggunakan roket Kavoshgar (Penjelajah) -3.

Sedangkan pada bulan Februari 2015, Iran mengorbitkan satelit buatan dalam negeri Fajr, yang mampu mengambil dan mentransmisikan gambar berkualitas tinggi dan akurat ke stasiun di Bumi.

Iran menepis anggapan bahwa peluncuran roketnya melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 yang mengabadikan perjanjian nuklir Iran dengan enam negara terkemuka dunia, termasuk AS.