Ketika Sayyidah Fatimah Belajar dari Perempuan Biasa

 
Ketika Sayyidah Fatimah Belajar dari Perempuan Biasa
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Suatu ketika Rasulullah SAW pernah memerintah kepada putrinya, Fatimah untuk belajar menjadi ibu dan istri teladan.

“Anakku, apabila kamu ingin belajar menjadi ibu dan istri yang baik, datanglah kepada seorang ibu yang bernama Muthi’ah,” terang Nabi, sembari menjelaskan arah kediaman perempuan dimaksud yang tinggal di luar kota Madinah.

Lalu berangkatlah Sayyidah Fatimah dengan disertai putranya, Hasan. Sesampai di rumah tersebut, beliau mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

Ketika itu Muthi’ah sedang sendirian, karena suaminya sedang bekerja. Karena demikian, Hasan tidak diperkenankan masuk dan disuruh menunggu di luar.

Saat di dalam rumah, Fatimah mengutarakan maksud kedatangannya yang disuruh Rasulullah SAW untuk belajar menjadi sosok perempuan dan ibu yang ideal.

Mendengar hal itu, tentu sang tuan rumah heran, dan tidak tahu hal apa yang harus disampaikan kepada tamunya. Perasan serupa juga dirasakan Fatimah karena yang dilihat tidak ada barang istimewa di kediaman Muthi’ah.

Sebagai layaknya tamu, Fatimah kemudian memperhatikan seisi rumah yang kemudian berhenti pada sudut rungan. Di sana terdapat tiga buah benda yang terawat dengan rapi. Ketiga benda itu adalah baskom yang berisi air bersih jernih, sebuah handuk kecil dan sebatang rotan. Karena penasaran, Fatimah kemudian menanyakan makna dan fungsi ketiga benda itu.

“Apabila suami saya pulang, tentunya dengan muka kotor lantaran terkena debu, kusut, penat dan letih, maka air dalam baskom itu disediakan untuk dipakai membersihkannya. ” ujar Muthi'ah.

Dengan demikian, ia membiasakan untuk mengelap muka dan badan sang suami kala pulang, agar terlihat bersih dan segar, kemudian mandi.

Atas penjelasan tersebut, Fatimah paham dan kemudian menanyakan fungsi rotan. 

“Setelah suami mandi, maka saya menamaninya makan dari menu yang telah saya masak sendiri,” urai Muthi'ah.

Usai makan, Muthi’ah mengambil sebatang rotan tersebut dan menyerahkan kepada suami.

“Kalau suami merasa kurang puas dengan pelayanan yang ada, saya bersedia dipukul dengan rotan tersebut,” ungkapnya.

Karena kaget mendengar penjelasan ini, Fatimah kembali bertanya, “Apakah suami kamu memukul atau tidak?”

Muthi’ah menjawab, “Suami saya tetap mengambil rotan, tetapi melemparkannya ke samping, lalu mendekati saya dengan penuh kasih sayang.” 

Mendengar penuturan tersebut, akhirnya Fatimah menjadi mengerti. Adalah tepat kalau Rasulullah SAW menyuruhnya belajar kepada Muthi’ah untuk bisa menjadi istri dan ibu yang baik.

Kisah ini banyak ditemukan di dalam banyak kitab sejarah tentang keteladan para sahabat Nabi SAW. 

Semoga bermanfaat. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 02 Februari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Syaifullah

Editor: Hakim