Tgk. Jambi dalam Samudera Keberkahan Dayah MUDI Samalanga #3

 
Tgk. Jambi dalam Samudera Keberkahan Dayah MUDI Samalanga #3

LADUNI.ID, ULAMA- TASLIM dan takdhim merupakan ciri khas seorang santri, mereka yang melakoni dirinya dengan sifat tersebut biasanya sosok santri yang berhasil dan keberkahan akan menghampirinya.

Salah satu untaian kalimat yang sering di ucapakan dan menjadi inti sari nasehat untuk santri MUDI dan itu berkali-kali diucapakn guru di dayah MUDI termasuk Tgk Jambi sendiri menyimpan nasehat tersebut dalam memorinya.

Tidak pernah menyangkal dan menafikannya (membantah) nasehat “keuramat” tersebut. Akankah itu benar terwujud atau hanya sugesti saja? Kita tinggalkan sejenak menjawabnya

Dayah MUDI sejak dulu selalu ada menyinpan banyak misteri dan teka teki dalam bahasa singkatnya disebut “keuramat”, diantaranya saat hujan deras, umpamanya hujan dimulai sejak dhuhur atau bakda asar, namun tiba-tiba kala wirid selesai hujan reda.

Biasanya waktu tersebut saatnya waktu belajar malam dan terkadang hujan kembali berlanjut pasca pengajian sudah dimulai. Kejadian tersebut bukan hanya sekali bahkan beberapa kali dan ini diceritakan oleh banyak santri dan dewan guru yang pernah nyantri di dayah tertua di Aceh itu.

Salah satu hal lainnya yang menjadi petuah kramat dan ini realita di dalam masyarakat, “Urueng Beut di MUDI, menyeu keun malem, kaya” (Siapa yang belajar agama di dayah MUDI kalau tidak ‘alim pasti kaya). Untaian itu saat penulis melakukan observasi walaupun skala kecil benar realitanya bahkan ungkapan tsrsebut telah disebitkan para assabiqul Awwalun yang sempat nyantri di dayah tersebut.

Awal tahun 2003 merupakan mula sejarah baru di dunia dayah. Betapa tidak dulunya kuliah begitu kontradiksi dengan dunia dayah, namun oleh Almukarram Abu MUDI mencoba menghadirkan kuliah di lingkungan dayah tanpa mengurangi nilai dan tradisi lama yang telah mengakar di dayah. Abu melihat tanpa gebrakan integrasi ilmu semacam ini, para alumni dayah tidak mampu mewarnai kehidupan diluar konteks dayah dengan bekal ilmu di dayah.

Singkat cerita, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)  al-Aziziyah Samalanga lahirnya di MUDI dan reformasi intelektual ini berprinsip dengan qaidah  ” Memelihara hal-hal lama yang bagus dan mengambil hal-hal baru yang lebih bagus”.  Dalam kaedah bahasa Arab dituliskan sebagai berikut.

المحُاَفَظَةُ عَلَى القَدِيْمِ الصَالِحِ وَالأَخْذُ باِلجَدِيْدِ الأَصْلَحِ

Tgk Jambi saat itu masih kelas enam, obsesi untuk melanjutkan ke dunia kuliah tidak pernah terlintas dan terbayangkan, namun saat itu harus ada mahasiswa untuk kuliah perdana, terpaksa mereka yang kelas enam dibolehkan untuk kuliah, kalau tidak, eksistensi dan keberadaan STAIA akan terganggu. Saat itu mereka yang kelas enam “diwajibkan” kuliah dengan banyak pertimbangan. Tgk Jambi akhirnya harus mengikuti ajakan tersebut.

Musafir ilmu Tgk Jambi di MUDI tidak terlepas dari keberkahan Ilmu dari Guru Malam Tgk Yakop Kuta Cane dan Tgk Ilyas Caleu, Guru Pagi Tgk Nasruddin Blang Jreun, Tgk Syarwan, Tgk  Jufri Langsa, Tgk Lutfi Arongan, Tgk Muhammad Alue Lhok dan Tgk Hanifuddin Pereulak, Guru Sore Tgk H Zahrul Fuadi Mubarak, yakni Abi Mudi dan guru lainnya.

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penggiat Literasi asal Pidie Jaya