Konsultasi Psikologi: Bagaimana Cara Coping Stress yang Baik?

 
Konsultasi Psikologi: Bagaimana Cara Coping Stress yang Baik?

Assalamualaikum wr wb

Selamat pagi, Pak... Perkenalkan saya B tinggal di dekat Bogor. Saya belum lama bercerai dengan istri saya. Usia pernikahan kami kurang lebih baru setahun. Sejak menikah, saya diharuskan tinggal di rumah mertua di daerah yang sama dengan rumah orang tua saya. Saya sebenarnya kebertan, karena Ibu saya tinggal sendirian sejak ayah meninggal. Tapi mertua, terutama ibu mertua tetap memaksa saya untuk tinggal bersamanya. Di sini saya konflik, antara harus ikut mertua atau tinggal dengan ibu. Ibu saya mengijinkan saya untuk tinggal dengan mertua.

Hubungan saya dengan istri sebenarnya baik-baik saja. Tapi ibu mertua memang wataknya keras, dominan dan mudah marah. Ibu mertua seringkali mencampuri urusan rumah tangga kami. Tidak jarang Ibu mertua memarahi saya kalau terjadi beda pendapat. Walaupun ayah mertua juga di rumah yang sama, tapi hubungan dengan ibu mertua tidak terlalu baik. Mereka jarang mengobrol dan berkomunikasi. Ayah mertua juga lebih banyak diam kalau di rumah. Istri saya sangat patuh sama ibunya. Semua kata ibunya akan diikutinya.

Secara ekonomi memang keluarga istri saya jauh di atas keluarga saya. Sampai suatu saat, Istri saya disuruh menyusul ibunya ke tempat asalnya di luar jawa. Ibu mertua punya bisnis besar di sana. Istri saya hanya bilang ada urusan membantu bisnis ibunya. Saya tidak curiga apapun dengan kepergian istri saya. Hingga kemudian saya merasa akses komunikasi dengan istri menjadi terbatas. Tiap kali saya tanya istri, kapan pulang, jawabnya belum tahu. Awalnya istri masih membalas pesan singkat saya, lama-lama pesan saya hanya dibaca dan tidak dibalas. Sampai suatu ketika tiba-tiba saya diajak ketemuan dengan saudara ibu mertua yang di sini, beliau kembawa secarik kertas yang isinya gugatan cerai dari istri. Surat itu sudah masuk ke pengadilan. Saat itu saya begitu kaget, menangis, bingun,sedih,marah dsb campur aduk. Saya melihat alasan gugatannya mengada-ada.  Singkat cerita sidang perceraian dilakukan di daerah asal ibu mertua di luar Jawa . Karena kendala biaya dsb, tiga kali sidang saya ga hadir hingga akhirnya keluar putusan hakim bahwa saya resmi bercerai. Sejak saat itu saya menjadi mengurung diri di kamar, ga berani keluar rumah, kuliah S2 saya berantakan. Saya merasa gagal sebagai suami dan sebagai anak yang ga bisa menjaga ibu. Hampir 5 bulan saya seperti itu. Saya juga dirukyah biar lebih tenang. Saya coba baca Qur'an. Saat ini saya lebih tenang tapi masih bingung juga, harus ngapain saya? Saya mohon arahan dan nasehat dari Bapak. Terima kasih banyak Pak..

Wassalamu’alaikum wr wb

Jawaban:

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Saudara B yang baik... Saya ikut prihatin dengan keadaan Anda. Saya bisa merasakan bagaimana perasaan Anda saat terjadi perceraian itu dan saat ini. Tentunya tidak semua orang sanggup dengan keadaan ini. Namun, berdasarkan cerita Anda, Anda termasuk sanggup untuk menghadapinya. Bekal coping stress (cara mengatasi stres) yang Anda miliki cukup baik. Ini menjadi modal bagi Anda untuk mencari jalan keluar permasalahan ini. Anda tampaknya merupakan pribadi yang religius. Memilih mendekat kepada Tuhan dengan membaca Al Qur'an adalah pilihan yang tepat. Setiap masalah jika dikembalikan kepada yang menciptakan masalah, insya Allah akan ada jalan keluarnya.

Pertama yang sebaiknya Anda lakukan adalah menerima keadaan Anda. Di mana saat ini Anda sudah bercerai, dan tidak memiliki istri lagi. Juga Anda perlu menerima tiap perlakuan ibu mertua kepada Anda walaupun dari cerita Anda, Anda tidak salah. Tentunya hal ini akan lebih sulit untuk menerimanya. Dengan menerima tiap keadaan Anda, nanti akan muncul sikap pasrah dan tawakal kepada Allah.

Kedua, yakinlah bahwa Allah menciptakan masalah satu paket dengan solusinya sehingga sebesar apapun masalahnya pasti ada solusinya. Selain itu, Allah memberikan masalah sesuai kemampuan hambaNya. Oleh karena itu masalah Anda pasti sesuai kadar kemampuan Anda walaupun secara lahiriahnya tampak berat. Kesadaran ini penting untuk membangun keyakinan kita kepada Allah.

Ketiga, kembalikan masalah Anda kepada yang menciptakan masalah. Cara terbaik menyelesaikan masalah adalah sikap seperti itu. Kita pasrahkan masalah kita kepada Allah. Biar Allah yang menyelesaikannya nanti.

Kelima, Anda perlu fokus lagi ke masalah lain yang merupakan dampak dari masalah Anda salah satunya adalah kuliah Anda. Kembalilah fokus ke perkuliahan Anda. Tekadkan untuk bisa menyelesaikan kuliah Anda. Jangan sampai Anda gagal dalam pernikahan saat ini, gagal juga di akademik. Ketika Anda bisa lulus S2, tentu menjadi kebahagiaan bagi ibu Anda. Jika Anda bisa mewujudkan hal itu, Ibu Anda tentu bangga dengan Anda.

Terakhir, tetaplah menatap ke depan. Tinggalkan masa lalu dan tidak perlu menjadi beban. Fokus melihat keberhasilan di depan Anda. Untuk sementara jangan berpikir dulu untuk menikah lagi. Jalani aja dulu keadaan Anda saat ini dengan optimal. Insya Allah dengan modal kedekatan Anda dengan Tuhan, hidup Anda akan bahagia...

Mungkin itu yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat dan semoga tetap semangat Mas...

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam hormat

Dr.Muhammad Fakhrurrozi, M.Psi