Prinsip Toleransi Kyai Bisri Mustofa dalam "Menshalati" Jenazah Nonmuslim

 
Prinsip Toleransi Kyai Bisri Mustofa dalam
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Suatu hari, seorang warga Tionghoa yang juga non-muslim sowan ke kediaman Kyai Bisri Mustofa di Leteh, Rembang. Warga Tionghoa tersebut merupakan tetangga sekaligus sahabat dekat Kyai Bisri. Kisah ini sering disampaikan oleh KH. Mustofa Bisri dalam beberapa ceramanya.

Datanglah seorang Tionghoa, dan berkata, "Kyai, Ayah kami sore ini telah meninggal. Nah, tadi kami sekeluarga telah sepakat untuk meminta tolong pada Pak Kyai untuk bekenan menshalati jenazah Ayah kami."

Mbah Kyai Bisri menjawab, tanpa berpikir panjang, "Ooo…, ya sudah nanti saya ke sana."

Lantas Mbah Kyai Bisri memanggil santri-santrinya dan mengajak semuanya bergegas segera mendatangi rumah duka. Setibanya di sana, beliau lalu mendekati jenazah non-muslim tersebut. 

"Ayo segera kita shalat!" Kyai Bisri mengajak para santrinya.

Santri-santri pun kebingungan dan janggal. Salah satu di antara santri yang ikut itu kemudian memberanikan diri bertanya, "Shalat apa, Kyai? Bukankah menshalati orang non-muslim itu haram, kyai...?"

"Shalat Ashar toh yooo…!" Jawab Mbah Kyai Bisri dengan santainya.

Santri menimpali sambil terkekeh, "He he... Lha itu jenazahnya bagaimana, kyai?"

"Ya tinggal diangkat, dipindahkan ke belakang, kan beres…!" Jelas Mbah Kyai Bisri.

"Ooo..., nggih, kyai. Sendiko dawuh," jawab santri.

Selesai shalat, tiba-tiba orang Tionghoa yang sowan tadi mendekati Mbah Kyai Bisri. Ia terheran kenapa cara shalatnya berbeda pada umumnya orang shalat jenazah. Lalu ia terpaksa bertanya kepada Kyai Bisri.

"Pak Kyai…, biasanya orang shalat jenazah itu jenazahnya ditaruh di depan. Lha ini kok ditaruh di belakang, kenapa kyai?"

Mbah Kyai Bisri menjawab dengan penuh kebijaksanaan, "Yang ditaruh di depan itu yang sudah ngerti jalan! Lha karena Ayahmu belum ngerti jalannya, maka aku taruh dibelakang!"

"Ooh, gitu toh… Nggih nggih, Kyai. Maturnuwun," ujar Tionghoa dengan lega.

Para santri yang mendengarkan pembicaraan itu terkejut sekaligus manggut-manggut melihat kecerdasan dan kecerdikan Mbah Kyai Bisri Mustofa. Tetap menjaga prinsip keimanan dalam toleransi, tetapi tidak juga menyakiti orang lain, meskipun berbeda keyakinan. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 03 Maret 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

Editor: Hakim