Memperhatikan Etika dalam Berteman

 
Memperhatikan Etika dalam Berteman
Sumber Gambar: rawpixel.com, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan teman. Seorang teman yang baik terkadang bisa melebihi kebaikan saudara sendiri. Hal ini dimungkinkan sebab hubungan antar teman cenderung setara, di mana berlaku prinsip menghargai antara satu dengan yang lain.

Anjuran untuk saling menghargai seperti itu sangat jelas dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali dalam risalahnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail Al-Imam Al-Ghazali, sebagaimana berikut ini:

آدَابُ الْإِخْوَانِ: اَلْاِسْتِبْشَارُ بِهِمْ عِنْدَ اللِّقًاءِ، وَالْاِبْتِدَاءُ بِالسَّلَامِ، وَالْمُؤَانَسَةُ وَالتَّوْسِعَةُ عِنْدَ الْجُلُوْسِ، وَالتَّشْيِيْعُ عِنْدَ الْقِيَامِ، وَاْلإِنْصَاتُ عِنْدَ الْكَلَامِ، وَتُكْرَهُ الْمُجَادَلَةُ فِي الْمَقًالِ، وَحُسْنُ الْقَوْلِ لِلْحِكَايَاتِ، وَتَرْكُ الْجَوَابِ عِنْدَ انْقِضَاءِ الْخِطَابِ، وَالنِّدَاءُ بِأَحَبِّ الْأَسْمَاءِ   

“Adab berteman, yakni: Menunjukkan rasa gembira ketika bertemu, mendahului beruluk salam, bersikap ramah dan lapang dada ketika duduk bersama, turut melepas saat teman berdiri, memperhatikan saat teman berbicara dan tidak mendebat ketika sedang berbicara, menceritakan hal-hal yang baik, tidak memotong pembicaraan dan memanggil dengan nama yang disenangi.” (Imam Al-Ghazali, Majmu'ah Rasail Al-Imam Al-Ghazali, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, hlm. 444)

Dari kutipan di atas dapat diuraikan ada tujuh adab dalam berteman sebagai berikut:

Pertama, menunjukkan rasa gembira ketika bertemu.

Hal ini menjadi salah satu tanda pertemanan yang baik. Orang-orang yang bermusuhan cenderung saling membenci ketika bertemu sehingga lebih sering menghindar dari pertemuan. Teman yang baik tidak hanya menunjukkan rasa gembira, tetapi juga saling menjaga perasaan masing-masing ketika bertemu dengan menghindari sikap atau kata-kata yang tidak mengenakkan. 

Kedua, mendahului mengucapkan salam.

Seorang teman tidak akan sungkan untuk mendahului mengucapkan salam meskipun mungkin ia lebih tinggi kedudukannya secara sosial. Seorang teman cenderung menempatkan diri setara dengan tidak memandang yang lain lebih rendah dari dirinya. Tentu saja secara moral, pihak yang mendahului mengucapkan salam adalah lebih baik sebagaimana dinyatakan dalam sebuah Hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad.

Ketiga, ramah dan lapang dada ketika duduk bersama.

Hubungan pertemanan memang sangat menyenangkan terutama karena tidak ada jarak di antara mereka. Hal seperti ini memungkinkan terjalinnya keakraban satu sama lain dan keramahan yang tulus. Jika terjadi hal-hal yang khilaf, seorang teman akan cenderung mudah memaafkan karena umumnya tidak menginginkan pertemanannya menjadi renggang. 

Keempat, ikut melepas saat teman berdiri akan berpamitan.

Sikap ini menunjukkan penghargaan atau penghormatan terhadap teman. Dalam konteks pertemanan, seseorang tidak lazim diperlakukan seperti bawahan sebagaimana dalam sebuah struktur tertentu, misalnya pabrik. Artinya hubungan pertemanan tidak bisa disamakan dengan hubungan kerja antara atasan dan bawahan. Seorang teman memperlakukan temannya sebagaimana ia ingin diperlakukan sama dengan teman tersebut. Dan inilah hakikat pertemanan, yakni kesetaraan. 

Kelima, memperhatikan saat temana berbicara dan tidak mendebat di saat sedang berbicara.

Sikap ini juga menunjukkan penghargaan atau penghormatan terhadap teman sebagai wujud dari kesetaraan. Dalam pertemanan kedua belah pihak tidak ingin saling menyakiti. Hal-hal yang bisa merusak pertemanan akan dihindari sebanyak mungkin. Teman yang baik bisa melebihi kebaikan saudara sendiri. Hal ini sering terjadi di dalam masyarakat. 

Keenam, menceritakan hal-hal yang baik.

Sebagaimana diuraikan dalam poin kelima bahwa dalam pertemanan kedua belah pihak tidak ingin saling menyakiti. Salah satu caranya adalah menceritakan hal-hal yang baik dan bukan menceritakan hal-hal yang bisa menimbulkan rasa malu, tersakiti ataupun menyinggung perasaannya. Jika hal seperti ini bisa dijaga dengan baik tentu hubungan pertemanan akan langgeng, dan bahkan bisa berlanjut hingga  ke anak cucu.

Ketujuh, tidak memotong pembicaraan dan memanggil dengan nama yang disenangi.

Memotong pembicaraan seorang teman tanpa alasan yang kuat bisa berarti tidak menghormatinya. Hal seperti ini sebaiknya dihindari untuk menjaga hubungan baik antar teman. Demikian pula memanggil teman sebaiknya dengan panggilan yang ia senangi. Seseorang mungkin biasa dipanggil sesuai dengan pekerjaannya. Tetapi apabila panggilan seperti ini sebetulnya tidak dia senangi, maka sebaiknya dihindari. 

Demikianlah uraian tentang tujuh adab dalam berteman sebagaimana nasihat Iman Al-Ghazali. Apabila ketujuh adab ini dapat dipraktikkan dengan baik, tentu hubungan antar teman akan terus berlanjut dengan baik. Bahkan tidak jarang dari hubungan pertemanan atau persahabatan bisa meningkat menjadi hubungan yang lebih dekat lagi, seperti menjadi menantu, mertua atau besan dan sebagainya, sebagaimana Rasulullah SAW yang akhirnya menjadi menantu bagi sahabat Abu Bakar As-Shiddiq r.a dan Umar bin Khattab r.a; dan beliau juga menjadi mertua bagi sahabat Usman bin Affan r.a, sedangkan Ali bin Abi Thalib k.w, selain sebagai saudara sepupu akhirnya juga menjadi menantu Rasulullah SAW. Semua itu karena keberkahan dalam bersahabat yang berlandaskan karena Allah SWT. [] 


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 19 Marert 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim