Biografi Habib Alwi bin Muhammad Syihab

 
Biografi Habib Alwi bin Muhammad Syihab
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi Biografi Habib Alwi bin Muhammad Syihab

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga Habib Alwi bin Muhammad Syihab

1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga Habib Alwi bin Muhammad Syihab
1.3  Nasab Habib Alwi bin Muhammad Syihab
1.4  Wafat

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan Habib Alwi bin Muhammad Syihab

2.1  Guru-guru Habib Alwi bin Muhammad Syihab

3.  Penerus Habib Alwi bin Muhammad Syihab

3.1  Anak Habib Alwi bin Muhammad Syihab
3.2  Murid-murid Habib Alwi bin Muhammad Syihab

4.  Perjalanan Hidup dan Dakwah Habib Alwi bin Muhammad Syihab

5.  Keteladanan Habib Alwi bin Muhammad Syihab

6.  Referensi

 

 

1 Riwayat Hidup dan Keluarga Habib Alwi bin Muhammad Syihab

1.1 Lahir

Habib Alwi bin Muhammad Syihab adalah putra Pasangan Habib Muhammad bin Ali Syihab dengan Fatimah binti Muhammad bin Umar. Beliau dilahirkan di kampung An-Nuwaidiroh di kota Ta’rim pada bulan Muharrom 1303 H atau bulan September atau Oktober 1885

1.2 Riwayat Keluarga Habib Alwi bin Muhammad Syihab

Dari pernikahan beliau di karuniai anak diantaranya adalah:

  1. Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Syihab

1.3 Nasab Habib Alwi bin Muhammad Syihab

  1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
  2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib
  3. Al-Imam Al-Husain
  4. Al-Imam Ali Zainal Abidin
  5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir
  6. Al-Imam Ja’far Shadiq
  7. Al-Imam Ali Al-Uraidhi
  8. Al-Imam Muhammad An-Naqib
  9. Al-Imam Isa Ar-Rumi
  10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
  11. As-Sayyid Ubaidillah
  12. As-Sayyid Alwi Alawiyyin
  13. As-Sayyid Muhammad
  14. As-Sayyid Alwi
  15. As-Sayyid Ali Khali’ Qasam
  16. As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath
  17. As-Sayyid Ali
  18. As-Sayyid Muhammad Al-Faqih Muqaddam
  19. As-Sayyid Alwi
  20. As-Sayyid Ali
  21. As-Sayyid Muhammad Mauladdawilah
  22. As-Sayyid Abdurrahman As-Segaf
  23. As-Sayyid Abu Bakar As-Sakran.
  24. As-Sayyid Ali
  25. As-Sayyid Abdurrahman
  26. As-Sayyid Syahabuddin Al-Akbar
  27. As-Sayyid Abdurrahman
  28. As-Sayyid Syahabuddin Al-Askor
  29. As-Sayyid Muhammad
  30. As-Sayyid Ali
  31. As-Sayyid Idrus
  32. As-Sayyid Abdullah
  33. As-Sayyid Ali
  34. As-Sayyid Muhammad
  35. As-Sayyid Alwi atau Habib Alwi bin Muhammad Syihab

1.4 Wafat

Habib Alwi bin Muhammad Syihab berpulang ke rahmatullah pada hari Sabtu 12 Ramadhan 1386 H, sekitar jam 02.00 malam di Tarim. Beliau meninggal dunia akibat sakit.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Habib Alwi bin Muhammad bin Syihab

Habib Alwi bin Muhammad Syihab kecil diasuh oleh ibunya dan dididik oleh pamannya Syeikh bin Idrus bin Abdullah Al-Aydrus dan Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Kaff, karena saat itu ayahnya sedang pergi merantau ketanah Jawa.

Beliau belajar membaca, menulis dan Al-Qur’an dengan Abdurrahman bin Muhammad bin Salman Baharmi, Fiqih serta tasawuf dengan Syeikh bin Idrus bin Abdullah Al-Aydrus dan Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Kaff, beliau belajar bersama pamannya tersebut di zawiyah masjid Syeikh Ali dengan Mufti Diyar Hadhramaut Al-Habib Abdurrahman Al-Masyhur (pengarang Bugyatul_mustarsyidin) dan ulama-ulama besar pada zamannya.

2.1 Guru-guru Habib Alwi bin Muhammad Syihab

  1. As-Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Salman Baharmi
  2. Syekh bin Idrus bin Abdullah Al-Aydrus
  3. Habib Abdurrahman Al-Masyhur
  4. Habib Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Kaf
  5. Al-'Arifbillah Habib Abdullah bin Hasan bin Sholih Al-Jufri Al-Bahr
  6. Habib Idrus bin Alwi bin Idrus Al-Aydrus
  7. Habib Muhyiddin bin Abdullah bin Husain Bilfaqih
  8. Al-'Arifbillah Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi
  9. An-Nibros Habib Ahmad bin Hasan bin Abdullah Al-Atthas
  10. As-Sayyid Segaff bin Hasan bin Ahmad bin Husain Al-Aydrus
  11. Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri
  12. Syekh Ahmad bin Abdullah bin Abu Bakar bin Abdullah Al-Bakri Al-Khatib

3. Penerus Habib Alwi bin Muhammad Syihab

3.1 Anak Habib Alwi bin Muhammad Syihab

  1. Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Syihab

3.2 Murid-murid Habib Alwi bin Muhammad Syihab

  1. Al-'Allamah Habib Ahmad bin Abdurrahman bin Ali As-Segaf
  2. Al-'Allamah Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan As-Segaf
  3. Al-'Allamah Habib Abdurrahman bin Ubaidillah bin Muhsin As-Segaf
  4. Al-'Allamah Habib Abdullah dan Alwi bin Thahir Al-Haddad
  5. Al-'Allamah Habib Salim bin Hafizh bin Syeikh Abi Bakar bin Salim

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah Habib Alwi bin Muhammad Syihab

Habib Alwi bin Muhammad Syihab adalah putra pasangan Muhammad bin Ali dengan Fatimah binti Muhammad bin Umar. Beliau dilahirkan di kampung an-Nuwaidiroh di kota Tarim pada bulan Muharrom 1303 H.

Nasab ibu dan ayah Habib Alwi bin Muhammad Syihab bertemu di kakeknya Al-Faqih Al-Muqaddam. Beliau adalah keturunan Rasulullah SAW ke 35 dari sisi bapanya, dan 36 dari sisi ibunya

Nasab dari ayahnya sebagai berikut, Alwi bin bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Idrus bin Ali bin Muhammad bin Syeikh Syihabuddin Ahmad bin Abdurrahman bin Syeikh Syihabuddin Ahmad bin Abdurrahman bin Syeikh Ali bin Abu Bakar As-Sakran. Sedangkan  ibunya bernama Fatimah binti Muhammad bin Umar bin Ahmad Bilfaqih keturunan dari Al-Faqih Al-Muqaddam.

Sejak kecil Habib Alwi bin Muhammad Syihab menderita sakit parah yang mengganggu pertumbuhannya, ketika As-Sayyid Al-Mursyid Idrus bin Umar Al-Habsyi berkunjung ke Hawi, Tarim, pamannya pun segera membawanya ke sana dan memintanya untuk mendo'akannya, As-Sayyid Idrus kemudian meletakkan tangannya ke perutnya dan menyapu kepalanya sambil membaca do'a selama satu jam, kemudian ia menyuruh paman Alwi (Muhammad) untuk memberinya minum minyak (samin), beliau berkata "Insya Allah ia akan sembuh, sesungguhnya aku tidak datang kesini kecuali untuk anak itu".

Habib Alwi bin Muhammad Syihab kecil diasuh oleh ibunya dan dididik oleh pamannya Syeikh bin Idrus bin Abdullah Al-Aydrus dan Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Kaf, karena saat itu ayahnya sedang pergi merantau ke tanah Jawa.

Beliau belajar membaca, menulis dan Al-Qur’an dengan Abdurrahman bin Muhammad bin Salman Baharmi, Fiqih serta tasawuf dengan Syeikh bin Idrus bin Abdullah Al-Aydrus dan Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Kaff, beliau belajar bersama pamannya tersebut di zawiyah masjid Syeikh Ali dengan Mufti Diyar Hadhramaut Al-Habib Abdurrahman Al-Masyhur (pengarang Bugyatul_mustarsyidin) dan ulama-ulama besar pada zamannya.

Ketika usianya menginjak 11 tahun atau tepatnya pada tahun 1318, ibunya meninggal dunia akibat mewabah penyakit kolera.

Akan tetapi, pamannya, Sayyid Abdurrahman menyuruhnya untuk tetap aktif dalam rutinitas belajarannya, sayyid Abdurrahman menasehati  "Jangan takut, kamu tidak akan menderita penyakit tersebut". Dan pada usia ke empat belas pamanya tersebut juga meninggal. Beliau pun taat dan pergi sebagaimana biasa, tanpa pernah menderita penyakit tersebut. Akhirnya, beliau belajar kepada guru-guru yang ada di sana.

Diantara guru-gurunya :

  1. As-Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Salman Baharmi
  2. Syekh bin Idrus bin Abdullah Al-Aydrus
  3. Habib Abdurrahman Al-Masyhur
  4. Habib Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Kaf
  5. Al-'Arifbillah Habib Abdullah bin Hasan bin Sholih Al-Jufri Al-Bahr
  6. Habib Idrus bin Alwi bin Idrus Al-Aydrus
  7. Habib Muhyiddin bin Abdullah bin Husain Bilfaqih
  8. Al-'Arifbillah Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi
  9. An-Nibros Habib Ahmad bin Hasan bin Abdullah Al-Atthas
  10. As-Sayyid Segaff bin Hasan bin Ahmad bin Husain Al-Aydrus
  11. Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri
  12. Syekh Ahmad bin Abdullah bin Abu Bakar bin Abdullah Al-Bakri Al-Khatib

Beliau dijuluki Mata Hati Kota Tarim, julukan yang tak mampu diraih oleh sembarang orang, yang demikian itu beliau dapatkan karena keikhlasannya berkhidmah kepada syariat agama. Beliau merupakan maha guru, sandaran utama, pembesar para sufi, pemilik budi  pekerti luhur, berilmu tinggi, pemakai baju kesufian, nan selalu melazimi para maha guru di zamannya.

Habib Alwi bin Muhammad Syihab, di kala menuntut ilmu, melazimi Habib Abdurrahman Al-Masyhur selaku mudarris Ribath Tarim, mufti Hadramaut sekaligus penulis kitab Bughyatul Mustarsyidin, kitab yang mencakup kumpulan fatwa-fatwa ulama Hadramaut.

Di kala itu, Habib Alwi berperan sebagai khadim (orang yang suka berkhidmah) kepada sang guru. Tugasnya ialah melayani dan memenuhi semua keperluan dan hajat yang diinginkan mursyidnya itu. Keadaan ini terus berlanjut hingga bertahun-tahun lamanya, bahkan setiap kali pelajaran dimulai, seluruh temannya mengkaji dan menelaah kitab bersama sang Habib Abdurrahaman, terkecuali Habib Alwi yang saat itu selalu disibukkan dengan menyedian kopi untuk sang Habib dan yang lainnya.

Terbesit dalam hati dan fikiran Habib Alwi saat itu, “Teman-temanku sedang memegang kitab dan menelaahnya bersama sang Habib, namun mengapa aku malah memegang kopi.”

Tak lama setelah itu, Habib Abdurrahman Al-Masyhur menghampiri Habib Alwi seraya mendekatkan kepalanya kepada telinga muridnya, “Kamu akan melampaui seluruh teman-temanmu itu.”

Sontak, Habib Alwi pun terkejut tak terkira, mengapa suara hatinya mampu terdengar oleh sang guru. Lantas, ia pun malu dan kembali dalam berkhidmat ketimbang memikirkan hal yang tidak-tidak.

Selepas Habib Abdurrahman wafat, benarlah apa yang diucapkannya dahulu kepada muridnya, yaitu Habib Alwi bin Muhammad Syihab. Seluruh teman-temannya menjadi ulama terkemuka, beda halnya dengan Habib Alwi, yang menyandang gelar Mata Hati kota Tarim, julukan yang melampaui semua temannya. Dan ia yakini bahwa ini berkah dari khidmahnya dahulu kepada sang guru.

Kesabarannya menuaikan hasil yang tidak sia-sia sampai diangkat menjadi guru besar di Tarim di zawiyah.

Ketulusan dakwah dan kesungguhan mujahadah menginjak dewasa, beliau enggan untuk memberikan ceramah atau pengarahan di depan para guru-gurunya seperti Al-Habib Husain, sampai akhirnya sang guru (Al-Habib Husain) duduk di belakang secara sembunyi dalam masjid Syihabuddin mengikuti pengarahan Al-Habib Alwi. ketika itu, Al-Habib Husain sudah melihat kemapanan Habib Alwi, beliau menyuruhnya untuk meneruskan, bahkan masyarakat yang tersentuh hati mereka dengan nasihatnya, meminta agar Habib Alwi melowongkan waktu tambahan selain hari Jumat, beliau pun mengabulkannya dan menempatkannya di masjid Baharun pada Senin malam.

Kemudian pindah ke masjid Surur yang sekarang dijalankan cucunya Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwi Syihabuddin. Beliau juga mewarisi sifat-sifat kakeknya Nabi Muhammad SAW shalatnya adalah penyejuk hatinya, istiqomah dalam ibadah dan membaca wirid, lebih-lebih lagi di bulan Ramadhan, dibulan yang penuh berkah ini beliau hanya tidur 2/3 jam.

Suatu ketika seorang ulama bermimpi bahwa kubur sayyid Alwi berada di halaman masjid Syeikh Abdullah bin Syeikh Al-Aydrus sedang dikerumuni oleh masyarakat, sesudah delapan hari ia menceritakannya kepada Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Zein Al-Habsyi, beliau menjawab : "Nafsu kita masih hidup dalam diri kita masing-masing, sementara nafsu Al-Habib Alwi sudah terkubur dalam kuburan tersebut".

Seiring berganti zaman, julukan Mata Hati kota Tarim tak berhenti pada Habib Alwi, melainkan beliau wariskan gelar tersebut kepada sang anak, yaitu Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Syihab. Tentu hal ini tidak semudah apa yang kita pikirkan, Habib Alwi menitahkan anaknya untuk senantiasa berkhidmah dalam mempertahankan syariat agama, hingga akhirnya beliau pantas dan layak sebagai penerus sang ayah.

5 Keteladanan Habib Alwi bin Muhammad Syihab

Habib Alwi bin Muhammad Syihab dijuluki Mata Hati Kota Tarim, julukan yang tak mampu diraih oleh sembarang orang, yang demikian itu beliau dapatkan karena keikhlasannya berkhidmah kepada syariat agama.

Habib Alwi bin Muhammad Syihab, di kala menuntut ilmu, melazimi Habib Abdurrahman Al-Masyhur selaku mudarris Ribath Tarim, mufti Hadramaut sekaligus penulis kitab Bughyatul Mustarsyidin, kitab yang mencakup kumpulan fatwa-fatwa ulama Hadramaut.

Beliau merupakan maha guru, sandaran utama, pembesar para sufi, pemilik budi  pekerti luhur, berilmu tinggi, pemakai baju kesufian, nan selalu melazimi para maha guru di zamannya.

Selepas Habib Abdurrahman wafat, benarlah apa yang diucapkannya dahulu kepada muridnya, yaitu Habib Alwi bin Muhammad Syihab. Seluruh teman-temannya menjadi ulama terkemuka, beda halnya dengan Habib Alwi, yang menyandang gelar Mata Hati kota Tarim, julukan yang melampaui semua temannya. Dan ia yakini bahwa ini berkah dari khidmahnya dahulu kepada sang guru. Kesabarannya menuaikan hasil yang tidak sia-sia sampai diangkat menjadi guru besar di Tarim di zawiyah.

Seiring berganti zaman, julukan Mata Hati kota Tarim tak berhenti pada Habib Alwi, melainkan beliau wariskan gelar tersebut kepada sang anak, yaitu Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Syihab. Tentu hal ini tidak semudah apa yang kita pikirkan, Habib Alwi menitahkan anaknya untuk senantiasa berkhidmah dalam mempertahankan syariat agama, hingga akhirnya beliau pantas dan layak sebagai penerus sang ayah.

6. Referensi

Diambil dari berbagai Sumber

Semoga Beliau mendapatkan Tempat yang Mulia Disisi NYA. Aamiin.
Lahul Al Fatihah

Catatan : Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 27 Juli 2016
Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan revisi di beberapa bagian.
Editor  : Achmad Susanto

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya