Pendiri NU Itu Banyak, Bukan Hanya Tiga Kiai

 
Pendiri NU Itu Banyak, Bukan Hanya Tiga Kiai

LADUNI.ID, Mojokerto - Selama ini yang diketahui bahwa pendiri NU itu adalah terdiri dari tiga kiai, yaitu KHM Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Akan tetapi sebenarnya pendiri NU banyak dan tidak hanya tiga kiai di atas.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Ustadz Yusuf Suharto dalam acara bedah buku NU Penegak Panji Ahlussunnah wal Jamaah di kampus Institut KH Abdul Chalim (Ikhac), Pacet Mojokerto, Jawa Timur, Ahad (7/4) kemarin.

"Jadi, Kiai Cholil Bangkalan yang merupakan guru dari Kiai Hasyim juga disebut sebagai pendiri NU,” terang Ustadz Yusuf Suharto.

Alumnus pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini juga mengatakan bahwa Kiai Mas Alwi Abdul Aziz yang menamai Nahdlatul Ulama, Kiai Ridwan Abdullah yang membuat lambang NU.

“Termasuk Kiai Abdul Chalim yang merupakan Wakil Katib dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pertama kali,” jelas Pengurus Wilayah Aswaja NU Center Jawa Timur tersebut. Selain itu, dia juga melanjutkan bahwa sejumlah kiai lain, termasuk habaib adalah pendiri NU.

Adapun alasan kenapa biasanya yang disebut pendiri NU adalah tiga kiai Jombang yaitu Kiai Hasyim, Kiai Wahab, dan Kiai Bisri? Karena ketiganya adalah di antara yang berperan awal pembentukan NU. “Juga karena ketiga kiai itu adalah pimpinan tertinggi di NU secara berurutan,” ungkapnya.

Kiai Hasyim Asy’ari, lanjutnya, adalah pemimpin tertinggi pertama, yakni rais akbar. “Disusul oleh rais aam kedua, Kiai Wahab, dan Rais Aam ketiga, Kiai Bisri,” kata pengajar di Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar, Jombang tersebut.

Mengenai peran Kiai Hasyim Asyari dalam pembentukan NU demikian signifikan. Karena menurut penuturan penulis buku, Kiai Hasyim Latif disebutkan, bahwa atas usul Kiai Hasyim Asy’ari pada pertemuan Komite Hijaz pada 16 Rajab 1344 atau 31 Januari 1926 agar Komite Hijaz tidak serta merta dibubarkan.

"Kiai Hasyim Asy’ari menyarankan agar Komite Hijaz tidak dibubarkan begitu saja, tetapi diteruskan dalam bentuk jamiyah yang mengurusi umat Islam,” pungkasnya.