Biografi KH. Abdul Hamid Baidlowi, Pengasuh Pesantren Al-Wahdah Lasem

 
Biografi KH. Abdul Hamid Baidlowi, Pengasuh Pesantren Al-Wahdah Lasem
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi Pengasuh Pesantren
3.2  Kiprah di Nahdlatul Ulama
3.3  Menjadi Penasehat Presiden

4.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Abdul Hamid Baidlowi lahir di Lasem pada tanggal 30 Desember 1945 M. Beliau merupakan putra KH. Baidlowi Lasem yang merupakan salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama.

KH. Baidlowi juga merupakan Rais Akbar Thariqah NU se-Indonesia, sekaligus sebagai pencetus gagasan status Presiden RI Ir. H. Soekarno sebagai “Waliyyul Amri Ad-Dloruri bis Syaukah” pada saat Indonesia dalam keadaan genting, yaitu berupa krisis kepemimpinan nasional yang terancam dengan adanya pemberontakan di berbagai daerah.

Nasab KH. Abdul Hamid sendiri apabila diurutkan berdasarkan silsilah secara lengkap, maka akan sampai pada Ki Joyotirto, selanjutnya sampai Mbah Sambu keturunan Pangeran Benawa putra Jaka Tingkir atau Sultan Pajang.

1.2 Riyawat Keluarga
Setelah kepulangan dari Makkah, KH. Abdul Hamid Baidlowi menikah dengan Ning Jamilah alumnus Pesantren Al-Hidayat Lasem.

1.3 Wafat
KH. Abdul Hamid Baidlowi wafat pada Hari Ahad, 15 Juni 2014 atau bertepatan dengan tanggal 17 Sya’ban 1435 H,

Kepergian KH. Abdul Hamid Baidlowi membuat banyak para santri dan Kyai berduka. Saat kepergian beliau, hadir salah satu Kyai besar NU, yakni KH. Musthofa Bisri, yang saat itu masih menjabat sebagai Rais Am PBNU. Setelah menjadi imam shalat jenazah di Masjid Jami’ Lasem, KH. Musthofa Bisri menyatakan bahwa Alm. KH. Abdul Hamid Baidlowi adalah ulama yang sangat teguh memegang prinsip dan hatinya sangat lembut.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Abdul Hamid Baidlowi memulai pendidikannya dengan belajar di Pondok Pesantren Al-Wahdah Lasem, kemudian melanjutkan di Pondok Tebuireng Jombang. Setelah itu, beliau kembali menimba ilmu di Pesantren Sarang Kabupaten Rembang. Lalu dilanjutkan dengan menempuh pendidikan di Makkah.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Baidlowi Lasem (ayah),
  2. KH. Muhammad Yusuf Hasyim Tebuireng,
  3. KH. Maimoen Zubair.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Menjadi Pengasuh Pesantren
KH. Abdul Hamid Baidlowi setelah menempuh pendidikan diberbagai pesantren, kemudian beliau meneruskan perjuangan ayahandanya menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al-Wahdah Lasem.

Bahkan Pondok Pesantren Al-Wahdah Lasem yang berada di bawah asuhan KH. Abdul Hamid Baidlowi, pernah menjadi tuan rumah Kongres IPNU-IPPNU, tepatnya ketika beliau menjabat ketua PCNU Lasem.

3.2 Kiprah di Nahdlatul Ulama
Ketika di masa muda, KH. Abdul Hamid Baidlowi sempat menjabat sebagai pimpinan PCNU Lasem selama beberapa tahun. Di kalangan NU, dan ormas Islam lainnya, beliau sangat disegani. Hal itu tidak terlepas dari kewibawaan, keberanian, keteguhan dan kealiman beliau sebagai ahli hadis.

Beliau juga memiliki peran dalam konsolidasi lahan dan pembangunan lembaga pendidikan di bawah LP Ma’arif yang terdiri dari MA NU, SMP NU dan SMK NU, yang berdiri cukup megah. Kemudian dalam perkembangannya dilanjutkan oleh PCNU periode selanjutnya di bawah kepemimpinan KH. Rogib Mabrur dan KH. M. Zaim Ahmad Ma’shoem.

Secara tidak langsung, dibawah pengaruh beliau selama bertahun-tahun stabilitas Kota Lasem dan sekitarnya kondusif. Sebagai contoh adalah penutupan Bupati Rembang atas mega proyek Stakong, atas dasar penolakan warga setempat dan berbagai elemen umat Islam.

Mega proyek tersebut rencananya akan dibangun di tengah-tengah mayoritas komunitas muslim. Apalagi kondisi pembangunan lembaga Islam di sekitarnya masih berbenah. Akhirnya atas pengaruh KH. Abdul Hamid Baidlowi proyek ini kemudian ditutup. Beliau juga berjasa atas berdirinya Masjid megah Al-Khitthah, Tulis, Lasem.

3.3 Menjadi Penasehat Presiden
Selain itu, KH. Abdul Hamid tercatat sebagai Anggota DPA RI tahun 1998-2004. Kedudukan beliau sebagai penasihat presiden dalam kapasitas dirinya sebagai ulama, berjalan sejak masa kepresidenan Prof. Ir. B.J. Habibie, KH. Abdurrahman Wahid, Megawati sampai pada Susilo Bambang Yudhoyono. Dan sudah tidak diragukan lagi bahwa berbagai pertimbangan beliau bagi pembangunan Indonesia menorehkan tinta emas yang dicatat dalam berita acara lembaran negara.

KH. Abdul Hamid merupakan seorang orator dan politisi yang penuh kharismatik dan unik. Ketokohannya sudah diakui sampai di tingkat nasional, seperti yang disampaikan oleh KH. Maimoen Zubair Sarang dalam menilai adik iparnya itu. Kepiawaian dan kelincahan beliau dalam berbagi bidang, sering membuat bingung lawan, bahkan kadang kawannya sendiri. 

4. Referensi
NU Online

Sebelumnya artikel ini diedit pada tanggal 13 Juni 2023, dan diedit kembali dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 30 Desember 2023,

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya