Amanah dalam Bingkai Kepemimpinan

 
Amanah dalam Bingkai Kepemimpinan

 

LADUNI.ID, TOKOH-KITA Sebagai warga negara yang baik, umat Islam di negara ini baru saja memilih dan menentukan para pemimpinnya pada 17 April 2019 baik itu pemimpin negara maupun para wakil rakyat yang akan duduk di parlemen.

Sebagai pemimpin, mereka telah dipilih oleh rakyat untuk memikul amanah memelihara segala urusan rakyatnya.

Sifat amanah, jujur, dapat dipercaya, berangkatnya adalah dari rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tidak takut kepada manusia, dan selalu berjuang untuk kepentingan tegaknya agama dengan prinsip amar makruf nahi munkar.

Meskipun tidak mudah dan sangat berat beban yang harus dipikul oleh seorang pemimpin, ini dipersyaratkan kepada siapa saja yang diberi amanah kepemimpinan, yang tentunya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah di hari akhirat kelak.

Jika setiap kita sadar akan segala konsekuensi dan risiko menjadi pemimpin dengan memikul beban amanah yang berat di pundaknya. Apalagi kalau amanah itu tidak mampu kita jalankan, tentunya kita akan menghindar dan tidak akan mudah menerima diberikan kepemimpinan, karena harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.

Jika hanya melihat pada kesenangan, kenyamanan dan kemegahan hidup dunia saja, dengan berbagai fasilitas yang didapatkan.

Tentunya menjadi seorang pemimpin di berbagai jenjang dan tingkatan itu sangat disukai dan diperebutkan oleh banyak orang.

Sayangnya, banyak diantara mereka yang tergelincir menjadi pemimpin karena tujuannya hanya untuk mencari kesenangan dunia semata dengan mengutamakan kepentingan, hingga melupakan beban amanah yang harus dijalankan untuk berlaku adil, amar makruf nahi mungkar dan membela tegaknya agama Allah dengan kepemimpinan di tangannya.

Saking beratnya beban amanah yang harus dijaga, pemimpin‎ yang tidak menyuruh taat dan beribadah kepada Allah, lalu membiarkan rakyatnya hidup dalam kemungkaran dan bermaksiat kepada Allah tanpa ada usaha untuk mencegahnya.

Maka maksiat yang dilakukan oleh rakyat, dosanya pun ikut ditanggung oleh pemimpin yang ada di tempat itu.

Keberadaan amanah yang dipundakkan kepada seorang pemimpin itu berat sekali, bukan hanya kemegahan dunia tapi juga membawa kemelaratan di akhirat‎. Karena kondisi tersebut, di hari akhirat nanti saat dimintai pertanggungjawaban di pengadilan Allah‎, ‎banyak orang yang menyesal dengan kepemimpinannya.

‎Pemimpin yang mendiamkan kemaksiatan, maka dosanya akan ditimpakan kepada pemimpin tersebut, karena pemimpin punya pasukan‎ untuk mencegah berbagai kemungkaran‎.

***Rais 'Am (Ketua Umum) Rabithah Thaliban Aceh (RTA), Tgk Marbawi Yusuf