Di Balik Secangkir Kopi itu, Belajarlah Indahnya Kebersamaan dalam Perbedaan

 
Di Balik Secangkir Kopi itu, Belajarlah Indahnya Kebersamaan dalam Perbedaan

  

LADUNI.ID, KOLOM- Kehidupan itu merupakan rotasi waktu yang berbeda lakon dan masanya. Perbedaan dan persamaan dua mata yang bertolak belakang namun tidak harua diartikan versus dalam realisasinya. Ingat, Kebersamaan memang indah. Banyak persoalan yang akan lebih mudah di selesaikan. Sebaliknya bila kebersamaan terkoyak akan pahit rasanya dan akan banyak pengorbanan yang dibutuhkan untuk merajutnya kembali.

ungkapan merajut  mengandung pengertian menyatukan perca dengan cara menjahitnya hingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Pengertiannya yang lebih luas adalah menyatukan berbagai unsur atau pendapat dalam satu bentuk yang sekata.

Manusia memang tercipta dengan membawa karakter dan sifat masing-masing individunya yang tentu saja berbeda satu sama lain. Tetapi hendaknya perbedaan yang ada jangan dijadikan sebagai sesuatu yang dapat mengkandasnya sebuah hubungan. 

Hendaknya kita untuk melihat sebuah perbedaan dari sudut pandang lain yang mana dengan adanya perbedaan sepasang manusia bisa saling mendukung dan saling melengkapi kekurangan dengan kelebihan pasangannya.

Mempersatukan perbedaan dalam sebuah kebersamaan tidaklah mudah semudah membalik telapak tangan. Namun ketika ada niat dan ditindaklanjuti melalui perbuatan , maka tidak ada sulit terlebih ketika masing-masing menyadari bahwa kita ada karna sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT.


Sejak Era Reformasi, Indonesia sudah melewati beberapa kali pemilu demokratis. Bahkan negeri ini sudah menahbiskan diri sebagai salah satu negeri demokrasi terbesar di dunia. Semestinya semua elemen bangsa mampu mendorong perkembangan kedewasaan berpolitik dalam setiap perhelatan pesta demokrasi. Bukanlah malah membiarkan pragmatisme mengendalikan politik, dan bahkan bersama-sama menjerumuskan demokrasi itu sendiri.

Kita sangat berharap pasca pesta demokrasi ini bisa terwujud lahirnya aktor yang mampu membawa negeri ini kearah yabg lebih baik. Di samping itu, harapan kita  aktor utama politik-capres-capawapres, tim kampanye, partai politik pendukung—berkomitmen bersama-sama menjaga koridor etika dan aturan main politik yang telah disepakati bersama. 

Dengan demikian, warna persaingan pilpres lebih didominasi adu gagasan dan program sehingga resonansi yang muncul di massa pendukung adalah rasionalitas, bukan emosionalitas. Lantas pesta itu sudah di lakoni sesuai dengan aturan dan menjunjung nilai kejujuran , harapan yang kita inginkan sesuai qanun dan bebas dari money politik?

Biarkan fenomena itu terjawab sesuai dengan fakta di lapangan. Kopi dengan secangkir air bercampur gula dan warnanya yang asli tetap akan menunjukkan identitasnya dimanapun berada dan dimensi waktu, sang minuman kegemeran sufi itu akan selalu istiqamah dengan warna yang hitam namun mampu memberikan sejuta kebahagian dan harapan serta mampu mencairkan sesuana kala ada gesekan-gesekan yang menghiasi khalifah di jagat raya ini.

Sekali lagi indahnya kebersamaan walaupun perbedaan tetap menghiasi dan mendominasi, apabila secangkir kopi tidak mampu memberikan sebutir nasehat dalam kebersamaan, gula, air dan kopi yang jelas berbeda namun tetap akan bersatu dalam seduhan secangkir kebersamaan, masihkah kita ego dan tidak menjadi insan afala ta'qilun (apakah tidak berpikir)?

Helmi Abu Bakar ellangkawi, Penikmat Kopi Aceh, dikutip dari berbagai sumber