Biografi KH. M. Arwani Amin Said (Mbah Arwani Kudus)

 
Biografi KH. M. Arwani Amin Said (Mbah Arwani Kudus)
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi KH. M. Arwani Amin Said (Mbah Arwani Kudus)

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Keluarga
  4. Pendidikan
  5. Mendirikan Pesantren
  6. Murid-murid
  7. Menjadi Pimpinan JATMAN
  8. Sosok Ahli Qur’an
  9. Teladan
  10. Sumber
  11. Chart Silsilah Sanad

 

Kelahiran

KH. M. Arwani Amin Said lahir pada hari Selasa Kliwon pukul 11.00 siang tangga 15 Rajab 1323 H, bertepatan dengan 5 September 1905 M. di kampung Kerjasan, Kota Kudus, Jawa Tengah. Beliau merupakan putra dari pasangan H. Amin Said dan Hj.Wanifah.

Nama asli beliau sebenarnya adalah Arwan. Tambahan “i” di belakang namanya menjadi “Arwani” itu baru dipergunakan sejak kepulangannya dari ibadah haji yang pertama pada 1927. Sementara Amin bukanlah sebuah gelar, melainkan merupakan nama depan ayahnya, yakni Amin Sa’id.

KH. Arwani Amin adalah putra kedua dari 12 bersaudara. Saudara-saudara beliau secara berurutan adalah Muzainah, Arwani Amin, Farkhan, Sholikhah, H. Abdul Muqsith, Khafidz, Ahmad Da’in, Ahmad Malikh, I’anah, Ni’mah, Muflikhah dan Ulya.

Dari sekian saudara Mbah Arwani (demikian panggilan akrab KH. M. Arwani Amin), yang dikenal sama-sama menekuni Al-Qur’an adalah Farkhan dan Ahmad Da’in. Ahmad Da’in, adiknya Mbah Arwani ini bahkan terkenal jenius, karena sudah hafal Al-Qur’an terlebih dahulu sebelum Mbah Arwani, yakni pada umur 9 tahun. Bahkan, adiknya itu telah menghafal Hadis Bukhari Muslim dan menguasai Bahasa Arab dan Inggris. Kecerdasan dan kejeniusan Da’in inilah yang menggugah Mbah Arwani dan adiknya Farkhan, terpacu lebih tekun belajar.

Konon, menurut KH. Sya’roni Ahmadi, kelebihan Mbah Arwani dan saudara-saudaranya adalah berkat orang tuanya yang senang membaca Al-Qur’an. Di mana orang tuanya selalu mengkhatamkan membaca Al-Qur’an meski tidak hafal. Selain barokah, orang tuanya yang cinta kepada Al-Qur’an, taopi juga KH. Arwani Amin sendiri adalah sosok yang sangat haus akan ilmu. Ini dibuktikan dengan perjalanan panjang beliau berkelana ke berbagai daerah untuk mondok, berguru pada ulama-ulama.

Semasa hidupnya, beliau juga mengajarkan Thariqoh Naqsyabandiyah Kholidiyah yang pusat kegiatannya bertempat di Masjid Kwanaran. Beliau memilih tempat ini karena suasana di sekeliling cukup sepi dan sejuk. Di samping itu tempatnya dekat perumahan dan Sungai Gelis yang airnya jernih untuk membantu penyediaan air untuk para peserta "kholwat".

Wafat

Dengan keharuman namanya dan berbagai pujian dan sanjungan penuh rasa hormat dan ta’dhim atas kealimannya, beliau wafat pada tanggal 25 Rabiul Akhir tahun 1415 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober tahun 1994 M dalam usia 92 tahun (dalam hitungan Hijriyah). Beliau dimakamkan di komplek Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus.

Keluarga

Mbah Arwani Kudus menikah dengan Ibu Nyai Hj. Naqiyul Khod. Beliau menikah pada tahun 1935 M di mana pada saat itu status beliau adalah seorang santri Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Ibu Naqi adalah putri Kudus, yang kebetulan cucu dari guru atau kiyainya sendiri yaitu KH. Abdullah Sajad.

Dari pernikahannya dengan Nyai Naqiyul Khud ini, KH. M. Arwani Amin diberi dua putri dan dua putra. Putri pertama dan kedua beliau adalah Ummi dan Zukhali (Ulya), namun kedua putri beliau ini menginggal dunia sewaktu masih bayi.

Dua anak yang masih tersisa adalah kedua putra beliau, yang kelak meneruskan perjuangan dalam mengelola pondok pesantren yang didirikannya. Kedua putra beliau adalah KH. Ulin Nuha (Gus Ulin) dan KH. Ulil Albab Arwani (Gus Bab). Kelak, dalam menahkodai pesantren itu, mereka dibantu oleh KH. Muhammad Manshur. Salah satu khadam KH. M. Arwani Amin yang kemudian dijadikan sebagai anak angkatnya.

Pendidikan

KH. M. Arwani Amin dan adik-adiknya sejak kecil hanya mengenyam pendidikan di madrasah dan pondok pesantren. Kiyai Arwani kecil memulai pendidikannya di Madrasah Mu’awanatul Muslimin, Kenepan, sebelah utara Menara Kudus. Beliau masuk di madrasah ini sewaktu berumur 7 tahun. Madrasah ini merupakan madrasah tertua yang ada di Kudus yang didirikan oleh Syarikat Islam (SI) pada tahun 1912. Salah satu pimpinan madrasah ini di awal-awal didirikannya adalah KH. Abdullah Sajad.

Setelah sudah semakin beranjak dewasa, beliau akhirnya memutuskan untuk meneruskan ilmu agama Islam ke berbagai pesantren di tanah Jawa, seperti Solo, Jombang, Yogyakarta dan sebagainya. Dari perjalanannya berkelana dari satu pesantren ke pesantren itu, beliau bertemu dengan banyak kiyai yang akhirnya menjadi gurunya (masyayikh).

Adapun sebagian guru yang mendidik KH. M. Arwani Amin di antaranya adalah KH. Abdullah Sajad (Kudus), KH. Imam Haramain (Kudus), KH. Ridhwan Asnawi (Kudus), KH. Hasyim Asy’ari (Jombang), KH. Muhammad Manshur (Solo), KH. M. Munawir (Yogyakarta) dan lain-lain.

Selama mencari ilmu, baik di Kudus maupun di berbagai pondok pesantren yang disinggahinya, KH. M. Arwani Amin dikenal sebagai pribadi yang santun dan cerdas. Karena kecerdasannya dan sopan santunnya yang halus itulah, maka banyak dari kiyainya yang terpikat. Karena itulah pada saat mondok KH. M. Arwani Amin sering dimintai oleh kiyainya untuk membantu mengajar santri-santri lain. Lalu memunculkan rasa sayang di hati para kiyainya.

Beliau hidup di lingkungan masyarakat santri yang sangat ketat dalam menghayati dan mengamalkan agama. Oleh karena itu wajar saja jika beliau tumbuh menjadi seorang yang memiliki perangai halus, sangat berbakti kepada kedua orang tua, mempunyai solidaritas yang tinggi, rasa setia kawan dan suka mengalah tapi tegas dalam memegang prinsip.

Kiyai Arwani dikaruniai kecerdasan dan minat yang kuat dalam menuntut ilmu. Pada masa remajanya dihabiskan untuk menuntut ilmu mengembara dari pesantren ke pesantren. Tidak kurang dari 39 tahun hidup beliau dihabiskan untuk menuntut ilmu dari kota ke kota yang dimulai dari kotanya sendiri, yaitu Kudus. Kemudian dilanjutkan ke Pesantren Jamsaren Solo, Pesantren Tebuireng, Jombang, Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta dan diakhiri di Pesantren Popongan Klaten.

Mendirikan Pesantren

Beliau mengajarkan Al-Qur’an pertama kali sekitar tahun 1942 di Masjid Kenepan, Kudus yaitu setamat beliau nyantri dari Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta. Pada periode ini santri-santri beliau kebanyakan berasal dari luar Kota Kudus. Seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit santri beliau semakin bertambah banyak, bukan hanya dari Kudus dan sekitarnya, tapi ada yang berasal dari luar propinsi bahkan dari luar Pulau Jawa. Kemudian beliau membangun sebuah pondok pesantren yang diberi nama Yanbu’ul Qur’an yang berarti Sumber Al-Quran. Pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1393 H/1979 M.

Pesantren Yanbu’ul Qur’an adalah pondok huffadz terbesar yang ada di Kota Kudus. Santrinya tak hanya dari Kota Kudus, tetapi dari berbagai kota di Nusantara. Bahkan, pernah ada beberapa santri yang datang dari luar negeri seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

Murid-Murid

Ribuan murid telah lahir dari pondok yang dirintis KH. M. Arwani Amin tersebut. Banyak dari mereka yang menjadi ulama dan tokoh. Sebut saja di antara murid-murid KH. M. Arwani Amin yang menjadi ulama adalah:

  1. KH. Abdullah Salam (Kajen Pati)
  2. KH. Sya’roni Ahmadi (Kudus)
  3. KH. Muhammad Hisyam Hayat (Kudus)
  4. KH. Nawawi Abdul Aziz (Bantul)
  5. KH. Muhammad Marwan (Mranggen Demak)
  6. KH. Muhammad Manshur (Kudus)
  7. KH. Abdul Wahab (Benda Bumiayu)
  8. KH. Muharror Ali (Blora)
  9. KH. Najib Abdul Qodir (Yogyakarta)
  10. KH. Ahmad Hafidz (Mojokerto)
  11. KH. Abdullah Umar (Semarang)
  12. KH. Hasan Mangli (Magelang)

Menjadi Pimpinan JATMAN

KH. M. Arwani Amin juga pernah menjadi Pimpinan Jam’iyah Ahli ath-Thariqat al-Mu’tabarah yang didirikan oleh para kiyai pada tanggal 10 Oktober 1957 M. Dalam Muktamar NU 1979 di Semarang nama organisasi tersebut diubah menjadi Jam’iyyah Ahl ath-Thariqat al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN).

Sosok Ahli Qur’an

Sewaktu masih belajar Qiraat Sab’ah pada KH. Munawwir di Krapyak yang pelajarannya dimulai pada pukul 02.00 dini hari sampai menjelang Shubuh, beliau sudah siap pada pukul 12.00 malam. Dan sambil menunggu waktu pelajaran dimulai beliau manfaatkan untuk melaksanakan shalat sunnah dan dzikir. Kebiasaan tersebut tetap berlanjut setelah beliau kembali dan bermukim di Kudus.

Biasanya beliau mulai tidur pukul 20.00 WIB dan bangun pukul 21.00 WIB. Kemudian dilanjutkan melaksanakan shalat sunnah dan dzikir. Apabila sudah lelah, beliau kemudian tidur lagi, kira-kira selama satu sampai dua jam kemudian bangun lagi untuk melaksanakan shalat dan dzikir, begitu setiap malamya sehingga bila dikalkulasi beliau hanya tidur dua sampai tiga jam setiap malamnya.

KH. M. Arwani Amin Said dikenal oleh msyarakat di sekitarnya sebagai seorang ulama yang memiliki kelebihan yang luar biasa. Banyak yang mengatakan bahwa beliau adalah seorang wali. Beberapa santrinya mengatakan bahwa KH. Arwani Amin memiliki indra keenam dan mengetahui apa yang akan terjadi dan melihat apa yang tidak terlihat.

Menurut KH. Sya’roni Ahmadi, kelebihan Mbah Arwani dan saudara-saudaranya adalah berkat orang tuanya yang senang membaca Al-Qur’an. Orang tuanya selalu menghatamkan membaca Al-Qur’an meski tidak hafal.

Selain barokah orang tuanya yang cinta kepada Al-Qur’an, KH. Arwani Amin sendiri adalah sosok yang sangat haus akan ilmu. Ini dibuktikan dengan perjalanan panjang beliau berkelana ke berbagai daerah untuk mondok, berguru pada para ulama.

Selama menjadi santri, Mbah Arwani selalu disenangi para kiyai dan teman-temannya karena kecerdasan dan kesopanannya. Bahkan, karena kesopanan dan kecerdasannya itu, KH. Hasyim Asy’ari sempat menawarinya akan dijadikan menantu. Namun, Mbah Arwani memohon izin kepada KH. Hasyim Asy’ari bermusyawarah dengan orang tuanya. Dan dengan sangat menyesal, orang tuanya tidak bisa menerima tawaran KH. Hasyim Asy’ari, karena kakek Mbah Arwani (KH. Haramain) pernah berpesan agar ayahnya berbesanan dengan orang di sekitar Kudus saja.

Akhirnya, Mbah Arwani menikah dengan Ibu Nyai Naqiyul Khud pada 1935. Bu Naqi adalah putri dari H. Abdul Hamid bin KH. Abdullah Sajad, yang sebenarnya masih ada hubungan keluarga dengan Mbah Arwani sendiri.

Teladan

KH. M. Arwani Amin dikenal sebagai seorang ulama yang sangat tekun dalam menekuni ilmu dan juga dalam beribadah. Dalam melaksanakan shalat wajib, beliau selalu tepat waktu dan senantiasa berjamaah meskipun dalam keadaan sakit. Kebiasaan tersebut sudah beliau jalani sejak masih nyantri di berbagai pesantren hingga akhir hayat beliau. 

Sumber

Diolah dan dikembangkan dari berbagai sumber yang mendukung.

Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. M. Arwani Amin Said (Mbah Arwani Kudus) dapat dilihat di sinidan chart silsilah sanad murid beliau dapat dilihat di sini.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 31 Agustus 2022, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 05 September 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya