Ketika Kegentingan 1999, Kiai Hasyim Muzadi Diminta Sowan pada Orang Saleh

 
Ketika Kegentingan 1999, Kiai Hasyim Muzadi Diminta Sowan pada Orang Saleh

Oleh RIJAL MZ

LADUNI.ID, Jakarta - Menjelang Muktamar NU di Kediri, 1999, sekaligus era kegentingan pasca-reformasi, Kiai Hasyim Muzadi diminta oleh gurunya sowan kepada orang-orang saleh. Anehnya, target sowan ini bukan mereka yang namanya masyhur sebagai ulama, melainkan sosok-sosok yang sama sekali tidak kondang.

Ada yang di pelosok desa, ada yang tinggal di hutan di mana ketika mau sowan harus melewati jalan berliku, ada juga sosok waliyullah yang mastur (menyembunyikan diri) dengan menjadi seorang yang dikenal oleh tetangganya sebagai pedagang.

Anehnya, mereka yang disowani ini sudah tahu jika bakal kedatangan Kiai Hasyim. Karenanya, biasanya Kiai Hasyim diminta duduk, langsung diajak berdoa, kemudian disuruh pulang sambil dititipi salam kepada guru Kiai Hasyim. Doa orang-orang saleh yang mastur ini secara garis besar sama: untuk NU, Islam dan Indonesia.

Gus Dur, saya kira, juga memainkan pola yang sama. Beliau punya penasehat khusus, jumlahnya 9, yang ketika mereka meminta atau memerintahkan ini itu, Gus Dur akan melaksanakannya, tanpa berpikir panjang. 9 orang ini istimewa di mata Gus Dur. Di salah satu tayangan Kick Andy, Gus Dur menolak menyebutkan identitas guru-gurunya ini. Soal mencari sosok-sosok linuwih yang saleh, baik yang masih hidup maupun wafat, saya percaya Gus Dur adalah salah seorang pakarnya.

***

Sampai hari ini, saya percaya, di luar ontran-ontran politik dan berebut posisi duniawi, masih banyak orang-orang saleh yang tidak terdeteksi kemasyhuran yang ikhlas mendoakan Indonesia dari serambi hatinya yang tulus. Mereka tidak dikenal di bumi, tapi masyhur di langit. Mereka yang memohon agar Indonesia tetap ada dan semakin membaik.

Mereka adalah para begawan, manusia istimewa yang, ibaratnya, seperti berlian. Kita tahu, berlian tidak pernah tercecer di pinggir jalan. Untuk mencarinya mesti butuh usaha ekstra keras, menggali dan menambang. Orang-orang ini menjauhi kemasyhuran. Sebab, kepopuleran seperti racun yang membunuhmu secara perlahan.

Mereka ada, senantiasa ada, untuk bermunajat bagi kebaikan Indonesia. Mereka memiliki prinsip seperti yang dibisikkan Gus Miek kepada Gus Dur: "Indonesia baik-baik saja, yang belum baik itu dua: saya dan anda".


Artikel ini ditulis oleh Rijal MZ