Ramadhan : Bulan Konsumtif Vs Perang Hawa Nafsu

 
Ramadhan : Bulan Konsumtif Vs Perang Hawa Nafsu

LADUNI. ID, KOLOM-Memasuki paruh kedua bulan Ramadan, kita gampang melihat orang-orang berjubel di pusat-pusat perbelanjaan. Mal-mal atau supermarket penuh. Orang-orang mulai sibuk berbelanja untuk persiapan leba­ran.

Iklan-iklan di televisi memanfaatkan momentum Ramadan dan jelang Leba­ran untuk menggaet pembeli dan pelang­gan. Kita dibujuk membeli pakaian, berbagai jenis makanan, barang elektro­nik, hingga paket internet lewat iklan ber­nuansa Ramadan.  

Kita tahu, Ramadan menjadi saat un­tuk menahan diri dari berbagai macam naf­su, baik soal makan, minum, maupun nafsu yang lain. Menahan diri berarti me­ngendalikan, bahkan mengurangi.

Di satu sisi, di bulan Ramadan kita be­lajar merasakan kekurangan lewat rasa la­par. Tapi, di sisi lain, kita tak bisa me­ngelak bahwa bulan puasa adalah juga berarti saat untuk berbelanja.

Bulan puasa, yang kemudian disusul Lebaran, bagi banyak orang bisa dikata­kan adalah bulan berbelanja. Gejala me­ningkatnya konsumsi sudah mulai terasa se­jak memasuki bulan puasa.

Di bulan Ra­madan, kita seakan merasa wajar saja me­ngeluarkan biaya yang lebih untuk ber­belanja, terutama untuk keperluan ma­kanan berbuka, sahur, dan me­nye­diakan camilan di malam hari.

Jika di hari biasa, kita cukup makan sepiring nasi dengan lauk sepotong ikan, misalnya. Maka, di bulan puasa kita merasa perlu menambahkan menjadi dua hingga tiga potong ikan saat buka puasa.

Jika di hari biasa kita merasa cukup mi­num segelas air putih setelah makan, di bulan Ramadan kita merasa ada yang ku­rang jika belum minum setidaknya es teh, es buah, sirup, atau jus. Itu masih ditambah berbagai jenis menu tambahan ber­buka, seperti kolak dan bermacam ku­dapan. 

Konsumsi yang meningkat saat Ra­ma­dan umumnya terdapat di semua la­pisan masyarakat. Kalangan menengah, misalnya, mengeluarkan uang tambahan cukup besar di bulan Ramadan.

Beberapa tahun lalu, Tirto.id melaku­kan survei mandiri pada kelas menengah di Jakarta terkait tingkat konsumsi di bulan Ramadan. Dari survei terhadap 353 responden berusia 16-30 tahun ter­sebut, diketahui selama Ramadan, 56,4 per­sen kaum muda Jakarta menge­luar­kan uang tambahan sekitar 1 hingga 3 juta (tirto.id, 21/6/2016).

*** Al-Mahfud,