Zakat Fitrah dengan Uang Bertaqlid kepada Mazhab Hanafi, Bolehkah?

 
Zakat Fitrah dengan Uang Bertaqlid kepada Mazhab Hanafi, Bolehkah?

LADUNI. ID, KEAGAMAAN - Masalah anggur maka golongan yang bermazhab Hanafi berbeda pendapat tentang kadar yang dikeluarkan, sebahagian berpendapat satu sha’ anggur dan sebahagian yang lain berpendapat ½ sha’ anggur.

Satu sha’ 8 Rithal ‘Irak menurut mazhab Hanafi, satu Rithal ‘Iraqiy 230 Dirham atau 3800 gr karena Nabi Saw berwudhuk dengan satu mod yaitu 2 Rithal dan mandi dengan satu sha’ yaitu 8 Rithal.

Dalam Kitab Badaa_I’ushshanaai’, Karya Syekh Al Kaasaani Al Hanafi (Wafat 587 H) , Juz 4 Halaman 129:”…adapun sifat dari wajibnya zakat fitrah adalah bahwasanya wajibnya zakat yang manshuush (disebutkan secara eksplisit dalam hadits) dipandang dari arah bahwa yang manshuush tsb merupakan harta dinilai harganya secara mutlak, bukan dari arah bahwasanya yang manshuush adalah benda, oleh karenanya boleh memberikan harga dari semua itu baik berupa dirham, dinar ataupun uang”

Berdasarkan paparan diatas boleh menunaikan zakat fitrah dengan uang dengan mengikuti kepada pendapat Imam Hanafi, Madzhab Hnafi memperbolehkan zakat fitrah dengan uang, namun harus seharga satu sha gandum, kurma, atau anggur kering (jenis-jenis fitrah yang tertera dalam hadits, bukan seharga satu sha makanan pokok)

Nmun untuk menjaga tidak talfiq mazhab kita juga harus mengetahui syarat, rukun dan  yang lain berkaitan dengan mazhab Imam Hanafi berkaitan dengan zakat fitrah.

Kita yang mengelurakan zakat dengan uang dan mengikuti atau taqlid kepada mazhab Hanafi. berkewajiban untuk mengetahui seluk beluk dan syarat yang berkaitan dengan zakat fitrah tersebut.

Penulis juga tidak mengupas secara mendetail disebabkan tidak ada referensi yang mencukupi untuk kita bahasa secara spesifik. Namun setidaknya ada sedikit kupasan yang dikutip dari beberapa tulisan seputar problema zakat fitrah dalam pers[pektif Mazhab Imam Hanafi..

Di dalam  kitab al Fiqhu 'alal Madzaahibil Arba'ah juga ada dijelaskan mengenai syarat zakat fitrah berdasarkan mazhab Imam Hanafi.

Kita melihat sepintas tidak ada perbedaan yang jauh syarat dalam madzhab Hanafi jika dibandingkan  dengan syarat dalam madzhab Syafi’i, hanya ada beberapa ulasan yang perlu diperhatikan. Seseorang berkewajiban membayar zakat fitrah dengan memiliki harta  Dan memiliki satu nishab yang melebihi kebutuhan pokok untuk dirinya.(Fiqh Ala Mazahibul Al-Arba’ah, al-Syaikh ‘Abdul Rahman bin Muhammad ‘Awad al-Jaziri:I : 989)

Di samping ada sedikit perbedaan dalam mazhab Imam Syafi’i. Seoarang suami berkewajiban untuk membayar zakat fitrah terhadap orang yang menjaditanggungannya termasuk isteri. 

Namun dalam mazhab ini suami tidak wajib untuk membayar atau menanggung seoarng isterinya. Ini sebagaimana di paparkan dalam kitab Fiqh Ala Mazahibul Al-Arba’ah berbunyi:

”…..Dan wajib mengeluarkan zakat fitrah bagi dirinya sendiri, anaknya yang masih kecil dan faqir, pelayannya, anaknya yang besar jika dalam keadaan gila. Suami tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah isterinya (kitab Fiqh Ala Mazahibul Al-Arba’ah, al-Syaikh ‘Abdul Rahman bin Muhammad ‘Awad al-Jaziri: 989). 

Memperkuat argument diatas di dalam kitab Al Bahrurraa`iq, berbunyi:”… Zakat fitrah wajib atas orang Islam yang memiliki satu nishab yang melebihi (kebutuhan untuk) rumah, pakaian, perabot, senjata dan hambanya. (Kitab Al Bahrurraa`iq:VI: 108)

Berdasarkan paparan dan penjelasan diatas bahwa ada dua pendapat mengenai kebolehan membayar zakat fitrah. Pendapat mayoritas ulama (Maliki, Syafi’I dan Hambali) wajib mengelurakan zakat fitrah dengan makanan pokok dan tidak di bolehkan dengan uang walaupun ada pendapat di kalangan mazhab Malikiyyah di bolehkan dengan uang tetapi makruh. 

Namun berdasarkan Mazhab Abu Hanifah di bolehkan dengan uang membayar zakat fitrah, tentu saja untuk sah kewajiban zakat tersebut,kita harus mempunyai ilmu dan pengetahuan untuk bertaqlid kepada mazhab Abu Hanifah dan jangan sampai kita jatuh dalam talfiq dalam beribadah. 

Marilah di akhir Ramadhan ini kita terus meningkatkan produktifitas amal dan terus menunaikan ibadah kita berdasarkan ilmu serta hindari mengerjakan sesuatu tanpa pengetahuan dan ilmu termasuk zakat fitrah ini. 

Semoga puasa Ramadhan dengan di barengi zakat fitrah melengkapi perjalanan ibadah kita menjadi sempurna dengan berharap dan berdoa kita termasuk kedalam prediket Itqumminannar dan menjadi insan muttaqien. Amiin

***Helmi Abu Bakar El-langkawi
Dewan Guru Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga