Membumikan Motivasi untuk Berprestasi

 
Membumikan Motivasi untuk Berprestasi

LADUNI. ID,  Aceh -SATU faktor psikologis yang dimiliki seseorang adalah motivasi berprestasi. Ini merupakan satu bentuk pendekatan kognitif terhadap motivasi yang sering digunakan untuk menjelaskan perilaku berprestasi. 

Mengapa orang memiliki bakat yang sama sering memiliki motivasi berbeda? Penyebabnya dikarenakan beberapa individu memiliki hasrat berprestasi yang lebih tinggi dari pada yang lain.

Hal ini sesuai dengan konsep Edward J Murray (1996) dalam bukunya Motivation and Emotion yang mengatakan bahwa motivasi berprestasi adalah hasrat untuk mengatasi hambatan, menggunakan kekuatan dari dalam diri.

Dan berusaha keras mengerjakan sesuatu yang sulit sebaik dan secepat mungkin. Juga motivasi berprestasi sebagai satu dari dua puluh kebutuhan psikologis manusia, yang dikatakan dengan Need for Echievement (n Ach).

Berprestasi tinggi 
Berkenaan dengan motivasi berprestasi yang tinggi terdapat tiga karakteristik yang menandakan bahwa seseorang memiliki motivasi berprestasi tinggi tersebut, seperti dikatakan McClelland yang dikutip John P Houston (1985) dalam bukunya Motivation, menetapkan: Pertama, memiliki keinginan yang kuat untuk mengerjakan tugas dan mencari pemecahan masalah dengan kekuatan sendiri, mereka cenderung mengerjakan tugas sendiri dari pada bekerja sama dengan orang lain.

 Apabila mereka harus bekerja dengan orang lain mereka cenderung memilih rekanan kelompok berdasarkan tingkat kompetensi bukan berdasarkan pertemanan;

Kedua, cenderung menetapkan hasil dengan kesulitan moderat dan memperhitungkan risiko, dan; Ketiga, mempunyai keinginan yang kuat untuk mendapatkan umpan balik terhadap prestasi yang mereka hasilkan. 

Mereka ingin mengetahui seberapa baik prestasi yang telah dihasilkan dan siap menerima umpan balik apakah hasil itu baik atau jelek. Pada dasarnya setiap orang memiliki motivasi berprestasi, tetapi ada yang tinggi dan ada pula yang rendah.

Dalam pemkembangan motivasi berprestasi paling sedikit ada empat faktor yang mempengaruhinya, yaitu: Pertama, pembiasaan hidup mandiri sejak dini yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya; Kedua, tingginya harapan orang tua terhadap prestasi anaknya; Ketiga, mendapatkan penghargaan yang tinggi terhadap prestasi yang diraihnya, dan; Keempat, kecilnya dominasi ayah terhadap anaknya pada masa kanak-kanak.

Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut Saul W Gellerman (1987) dalam bukunya Motivation and Productivity, menjelaskan bahwa orang itu konsisten, lebih terarah pada prestasi dan cenderung berperilaku, seperti: Pertama, jika ditantang akan berusaha makin keras untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik; Kedua, jika berhasil memenangkan persaingan setelah mencapai standar yang ditentukan akan merasa puas; Ketiga, lebih menyukai pekerjaan dengan tingkat kesulitan moderat;

Keempat, apabila menerima umpan balik yang tepat dan cepat akan menunjukkan aktivitas kerja yang lebih giat; Kelima, menyadari berprestasi kerja yang besar itu diperoleh dalam waktu yang singkat sehingga secara mental akan berusaha dan bertarung lebih gigih; 

Keenam, apabila mendapat rintangan akan berusaha memikirkan alternatif cara untuk mengatasinya; Ketujuh, lebih senang memilih rekanan kerja yang terbukti ahli, walau tidak mengenal secara pribadi;

Kedelapan, tidak memikirkan komentar orang lain tentang dirinya, melainkan lebih memperhatikan usaha untuk mengatasi rintangan, dan; Kesembilan, akan bersungguh-sungguh terlibat dengan tugasnya dan tidak berhenti memikirkannya sampai selesai. 

Tegasnya bahwa motivasi berprestasi merupakan dorongan yang ada dalam diri anak didik untuk memiliki rasa percaya diri, mengerjakan sesuatu sebaik dan secepat mungkin, bertanggung jawab melalui usaha keras, menyukai pekerjaan dengan kesulitan moderat dan sangat mengharapkan umpan balik.

**Ramli Abdullah