Ekonomi Berbasis Masjid, Cara BI Kembangkan Ekonomi Keuangan Syariah

 
Ekonomi Berbasis Masjid, Cara BI Kembangkan Ekonomi Keuangan Syariah

LADUNI.ID, ACEH - Kepala Bank Indonesia Provinsi Aceh, Z. Arifin Lubis mengatakan bahwa masjid merupakan pusat kegiatan umat, tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah namun juga sebagai tempat pemberdayaan dan penyusunan strategi umat. Bank Indonesia melihat Aceh memiliki potensi masjid dan dayah yang sangat besar.

“Berdasarkan data yang kami miliki dari berbagai sumber, menyebutkan bahwa Aceh memiliki 4.065 masjid, 6.855 mushala, 335 Madrasah Aliyah, 408 Madrasah Tsanawiyah, 594 Madrasah Ibtidaiyah, dan sekitar 1.573 dayah (yang tercatat) dengan 247.563 santri. Belum lagi adanya 4.049 balai pengajian yang tersebar di berbagai kota/kabupaten,” ungkap Zainal, Selasa (2/7/2019).

Itu sebabnya,Bank Indonesia melihat suatu peluang peningkatan pemberdayaan ekonomi syariah melalui pendekatan yang bersifat bottom up, yang diawali melalui pemberdayaan ekonomi syariah berbasis masjid dan pesantren.

“Pengembangan ekonomi syariah berbasis pesantren telah dilakukan sejak tahun 2017 dengan pemberian berbagai bantuan teknis dan sarana-prasarana. Pada tahun ini, ada sektar 5 pesantren binaan baru, yang menambah total dayah binaan Bank Indonesia menjadi 13 unit,”ujarnya.

Ekonomi berbasis masjid, sebut Zainal,  akan menjadi salah satu prioritas program pengembangan ekonomi-keuangan syariah yang akan dilakukan oleh Bank Indonesia pada tahun 2019.

Sebelumnya, Bank Indonesia telah memilih Masjid Al-Makmur Lampriet sebagai pilot project untuk pengembangan ekonomi berbasis masjid. Usaha yang akan dikembangkan adalah koperasi simpan pinjam/pembiayaan berbasis syariah atau Baitul Mal waa Tamwil serta mendukung usaha koperasi serba usaha dan hotel yang tengah dikembangkan.