Menjemput Kemenangan dalam Kematian

 
Menjemput Kemenangan dalam Kematian

LADUNI. ID, HIKMAH -Eksistensi seorang manusia dalam menjalani hidup hakikatnya adalah sebuah pertarungan, dimana tujuan akhir yang dicapai sesungguhnya adalah kemenangan yang menjadi satu eksistensi kehidupan secara personal. Maka hakikat pertarungan hidup ini memiliki arti bahwa dalam perjalanan­nya akan menemui lawan atau musuh.

Musuh didunia tentu bisa berupa materi maupun non materi. Materi bisa dengan bentuk harta, tahta, kekuasaan, jabatan atau lahan hingga proyek-proyek keduniaan dan masih banyak lagi. Pertarungan ini harus dimenangkan bukan dengan sekedar menggapainya semata, namun dengan kemampuan diri menjadikan semua lawan yang berbentuk materi tersebut menjadi kebaikan-kebaikan dalam hidup. 

Usaha dalam menggapainya sebenarnya tidak dipersoalkan apalagi demi kebutuhan, namun kalau tiada kebaikan tentu ia sangat riskan menjadi musuh yang sulit dikalahkan. Maka dari itu, sebuah “kemenangan” materi harus digapai meski harus menguras tenaga dan pikiran sekaligus, asal ia menjadi kebaikan.

Sedangkan lawan berupa non materi adalah Iblis dan setan atau jin untuk menggoda manusia agar terjerumus dalam bujukannya untuk ingkar kepada Allah. Tujuan mereka menjauhkan “Iman” dari manusia yang senantiasa dilakukan tanpa pandang bulu. 

Upaya ini berkorelasi dengan musuh berbentuk materi dan nafsu yang tersemat pada diri manusia. Maka banyak manusia yang takluk padanya dan kebanyakan pula manusia justru menghamba pada mereka hanya demi kepuasan hidup.

Inilah hakikat menjalani hidup dalam perjalanan menuju kematian. Jika diamati dengan cermat, betapa banyak orang yang mengaku bahwa ia adalah hamba Allah, tetapi perbuatannya justru mencerminkan bahwa dirinya adalah hamba dunia, hamba harta, hamba tahta, hamba jabatan, kekuasaan dan lainnya. Lisannya bisa saja berkata, "Aku adalah hamba Allah," tetapi tindakannya tetap saja kalah dalam pertarungan hidupnya.

Yang harus diingat bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti, maka kunci dari kemenangan saat kematian itu tidak lain adalah selalu mengingat Allah disaat kapanpun, dalam situasi dan kondisi macam apapun, memperta­hankan iman agar tetap menghiasi hati kita serta mengerjakan amal ibadah dan kebaikan selama berada di dunia. Inilah bingkisan terbaik kita menghadap-Nya. Allah berfirman: “.......,Barang­siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia menger­jakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi: 110). 

Mudah-mudahan, dibalik kematian yang terjadi, setiap yang ditinggal hatinya berlapang dada dan diberi ketenangan serta kemenangan dengan kepergian orang tercinta dan yang meninggal telah membawa amal-amal kebajikan sebagai kemenangan yang membawa predikat diri sebagai hamba yang husnul khotimah. Amin ya Rabb.

****Zainal Arifin Purba, M.A, Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumatera Utara.