Waspadai Cara Wahabi Menarik Pengikut

 
Waspadai Cara Wahabi Menarik Pengikut

LADUNI.ID, Jakarta - Kaum Salafi Wahabi memiliki banyak cara untuk mempengaruhi masyarakat agar menjadi pengikutnya. Bukan hanya menggunakan dana, kaum Salafi Wahabi juga menggunakan pendekatan simpatik supaya masyarakat bisa percaya pada paham mereka.

Cara Wahabi mempengaruhi orang bahkan bisa dengan cara sekenanya. Jika bisa dipengaruhi menggunakan fikih maka fikih yang dipakai. Jika bisa dipengaruhi menggunakan aqidah maka akidah yang dipakai.

Hal ini diungkapkan oleh Aryo Muthofa, salah seorang pengikut Wahabi yang kemudian menceritakan bagaimana cara kaum Salafi Wahabi bisa menarik pengikutnya. Bahkan, menurut Aryo, mereka tidak jarang juga memanfaatkan anggota rakyat.

"Kalau ada orang yang sakit mereka wajib nengok pertama kali. Pertama mungkin dia sendiri, medoakan. Setelah itu sama istrinya, bawa sarung atau bawa gula. Targetnya pertama mereka dianggap baik. Bahkan kalau sampai ke rumah sakit, mereka akan berani nyetop angkot. Masalah uang belakangan, tidak urusan, mereka bisa nelpon kelompoknya yang jadi DPR atau apa," terang Aryo.

Seperti dilansir dari laman dutaislam.com, Aryo mengatakan bahwa Wahabi akan selalu mencari majlis taklim atau acara-acara yang mereka anggap bid’ah dan  sesat. Termasuk acara-acara maulid. Tujuan mereka mencari kelemahan. Dan kelemahan itu dijadikan untuk menyerang.

"Kalau ada acara-acara maulid mereka juga hadir. Mereka mencari kelemahan. Digoreng sama mereka," katanya.

Orang Wahabi yang menjadi pembicara publik, tambah Aryo, biasanya sangat menerima kritik. Bahkan dia minta dikritik mengenai apa yang telah disampaikan. Dan orang yang mengkritik biasanya akan diberi hadiah. Ini berbeda dengan selain Wahabi. Termasuk pembicara publik (penceramah) dari nahdlyin misalnya. 

"Karena mereka punya maksud untuk kaderisasi. Mereka memiliki dakwah, istilahnya dakwah dengan hati. Intinya, mereka dakwahnya kebanyakan bil hal, menggunakan metode, nggak usah banyak bicara. Setiap kadernya dimuhasabah (dikontrol). Sudah tidak berjamaah berapa kali, sudah silaturrahim ke berapa orang," jelas Aryo.

Kader wahabi secara internal, cerita Aryo, memiliki bertingkat-tingkat dan berkelas-kelas. Semua tingkatan dikader dan ada panduannya khusus. Semuanya terkontrol. Maka jangan heran bila ada orang wahabi yang hanya baru sedikit tahu dalil namun mereka sudah berani berdakwah dengan dalil tersebut.

”Bagi kader internal, mereka ada metode tarbiyah. Kita akan ketawa (melihat), cuma bisa gini (sedikit dalil) mereka berani ngisi kajian. Mereka sudah dilatih. Kalau saya persentasi aqidahnya mereka paham. Karena sejak masuk sudah dikasih itu. Mereka tidak peduli dengan syariat dulu,” jelas Aryo.

Lebih jauh, Aryo menjelaskan bahwa tujuan kelompok Wahabi adalah serupa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yakni khilafah ala minhajinnubuwwah, mengembalikan kekhalifahan sebagaimana "manhaj" Nabi Muhammad versi mereka. "Indonesia bagi mereka thagut," pungkas Aryo.