Petunjuk Lengkap Shalat Ghaib

 
Petunjuk Lengkap Shalat Ghaib
Sumber Gambar: Foto Istimewa

Laduni.ID, Jakarta - Jika ada keluarga, kerabat, teman, atau orang lain sesama muslim yang meninggal namun tempatnya jauh dari kita, maka kita disunnahkan untuk melaksanakan shalat gaib. Secara hukum shalat gaib sama saja dengan shalat jenazah yaitu fardhu kifayah, hanya saja shalat gaib dilaksanakan jika jenazah yang akan kita sholatkan tidak ada ditempat atau jauh dari tempat kita.

Dalil yang menganjurkan shalat gaib adalah Hadits Rasulullah Saw:

أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم نَعَى النَّجَاشِيَّ فِي الْيَوْمِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ، وَخَرَجَ بِهِمْ إِلَى الْمُصَلَّى، فَصَفَّ بِهِمْ وَكَبَّرَ عَلَيْهِ أَرْبَعًا. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

"Sungguh Nabi saw memberitakan kabar kematian Raja Najasyi di hari kewafatannya, lalu beliau bersama para sahabatnya keluar ke tempat shalat, membariskan sahabatnya dan bertakbir sebanyak empat kali (shalat gaib)".

Baca Juga: Hukum Meninggal Karena Tenggelam

Hadits ini muncul ketika Raja Najasyi, Ashhamah bin Abjar wafat pada bulan Rajab tahun 9 Hijriyah. Wafatnya Raja Najasyi memberikan hal baru dalam hukum Islam. Karena dari peristiwa ini datanglah syari'at untuk melaksanakan shalat gaib.

Shalat gaib memiliki tatacara yang sama dengan shalat jenazah, hanya saja ada perbedaan yaitu ada dan tidak adanya jenazah dan ada perbedaan sedikit dalam lafadz niat. Berikut tatacara shalat gaib.
 

1. Niat
a. Jenazah laki-laki

أُصَلِّي عَلَى مَيِّتِ (فُلَانِ) الْغَائِبِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ إِمَامًا/مَأْمُومًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushalli ‘ala mayyiti (fulan) al-ghaibi arba’a takbiratin fardhal kifayati imaman/ma’muman lillahi ta’ala
"Saya menyalati jenazah "Si Fulan (sebutkan namanya)" yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifayah sebagai imam/makmum karena Allah ta’ala.”

b. Jenazah wanita

أُصَلِّي عَلَى مَيِّتَةِ (فُلَانَةٍ) الْغَائِبَةِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ  فَرْضَ الْكِفَايَةِ إِمَامًا/مَأْمُومًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushalli ‘ala mayyitati (fulanah) al-ghaibati arba’a takbiratin fardhal kifayati imaman/ma’muman lillahi ta’ala
"Saya menyalati jenazah "Si Fulanah (sebutkan namanya)" yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifayah sebagai imam/makmum karena Allah ta’ala.”

c. Jenazah banyak (akibat bencana alam atau kecelakaan besar)

أُصَلِّي عَلَى جَمِيعِ مَوْتَى قَرْيَةِ كَذَا الْغَائِبِينَ الْمُسْلِمِينَ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ إِمَامَا/مَأْمُومًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushalli ‘ala jami’i mauta qaryati kadzal ghaibinal muslimina arba’a takbiratin fardhal kifayati imaman/ma’muman lillâhi ta’ala. 
“Saya menyalati seluruh umat muslim yang jadi korban  di tempat‘...’ (sebutkan nama tempat) yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifayah sebagai imam/makmum karena Allah ta’ala".

Baca Juga: Shalat Ghaib: Pengertian dan Hukum Menshalati Jenazah yang Sudah Dikubur

2. Rukun
a. Membaca niat seperti bacaan di atas
b. Berdiri bagi yang mampu
c. Membaca empat takbir termasuk Takbiratul Ihrom
d. Membaca Surat Al-Fatihah setelah takbir pertama
e. Membaca Shalawat setelah takbir kedua. Paling tidak membaca shalawat "Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad". Namun yang paling sempurna adalah membaca shalawat Ibrahimiyah yang biasa kita baca saat tasyahud akhir dalam shalat.
f. Membaca do'a untuk jenazah stselah takbir ketiga. Adapun bacaan do'anya sebagai berikut:

اللهم اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَاعْفُ عَنْهُ وَعَافِهِ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَثَلْجٍ وَبَرَدٍ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ

Allahummagfir lahu warhamhu wa’fu ‘anhu wa’afihi wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkhalahu waghsilhu bi ma‘in wa tsaljin wa baradin wa naqqihi minal khathaya kama yunaqqast tsaubul abyadhu minad danas wa abdilhu dâran khairan min darihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min zaujihi waqihi fitnatal qabri wa ‘adzabin nar.
"Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah ia, maafkanlah dan berilah ia keafiatan (nasib ukhrawi yang baik), muliakanlah tempatnya, lapangkanlah jalurnya, basuhlah ia dengan air surgawi yang sejuk nan segar, bersihkanlah ia dari noda-noda kesalahan laiknya baju putih yang kembali mengkilap setelah dibersihkan dari kotoran dan noda, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih indah, keluarga dan pasangan yang lebih baik, lindungilah ia dari fitnah kubur dan siksa neraka"
.
g. Membaca salam setelah takbir keempat. Setelah takbi dan sebelum salam disunnahkan membaca do'a berikut:

اللهُمّ لاتَحرِمْنا أَجْرَهُ ولاتَفْتِنّا بَعدَهُ وَغْفِرْ لَنَا وَلَهُ

Allahumma la tahrimna ajrohu wala taftinna ba’dahu wagfir lana walahu”
"Ya Allah, janganlah engkau jadikan kami penghalang pahalanya, dan janganlah biarkan kami dalam ajang fitnah, umpatan atau buah bibir setelah ini semua, dan ampunilah kami dan dia"
.

Wallahu A'lam


Sumber:
Dikutip dari berbagai sumber