Cara Menentukan Arah Kiblat dengan Matahari

 
Cara Menentukan Arah Kiblat dengan Matahari
Sumber Gambar: Foto oleh Haydan As-soendawy dari Pexels

Laduni.ID, Jakarta - Bagi yang mahir ilmu falak, arah kiblat bisa dilakukan dengan menggunakan penghitungan matematis menggunakan rumus segitiga bola atau yang dikenal dengan Spherical Trigonometri dengan mengetahui terlebih dahulu koordinat Lintang dan Bujur, baik Ka’bah maupun lokasi yang akan diukur. Meski agak rumit, cara ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa menunggu waktu-waktu khusus.

Ada pula cara yang dinilai lebih gampang, yakni berpatokan kepada bayang-bayang yang dihasilkan matahari pada peristiwa yang dikenal istiwa’ a’dham atau rashdul qiblat. Saat rashdul qiblat berlangsung, posisi matahari tepat di atas Ka’bah sehingga seluruh bayangan benda tegak lurus akan mengarah ke arah Baitullah (kiblat).

Baca Juga: 0316. Seorang Muslim yang Berdandan Sebelum Melaksakan Shalat

Rashdul qiblat hanya terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 28 Mei (atau 27 Mei di tahun kabisat) sekitar pukul 16.18 WIB dan 16 Juli (atau 15 Juli di tahun kabisat) sekitar pukul 16.27 WIB. Jam-jam tersebut merupakan waktu dhuhur untuk kota Makkah.

Detik-detik rashdul qiblat menjadi momentum untuk menemukan arah kiblat yang akurat atau meluruskan kembali arah kiblat dari rumah ibadah yang sudah dibangun. Setidaknya ada dua cara mudah untuk menentukan arah kiblat ketika matahari melintas persis di atas Ka’bah.

Pertama, dilakukan di dalam masjid/mushala yang terdapat jendela di bagian mihrabnya. Di Indonesia, karena terjadi pada sore hari maka arah sinar menuju ke timur. Bila cahaya matahari yang masuk lewat jendela mihrab segaris dengan kiblat masjid/mushalla, maka artinya kiblat rumah ibadah itu sudah tepat. Namun, bila melenceng, serong ke kanan atau ke kiri, artinya patut diluruskan dengan garis semburat cayaha tersebut.

Kedua, dilakukan di luar ruangan yang memungkinkan kontak langsung cahaya matahari. Yang dibutuhkan adalah bayangan dari benda tegak lurus saat rashdul qiblat berlangsung. Benda tersebut bisa terdiri dari tongkat lurus yang ditegakkan severtikal mungkin, atau benang tebal yang dibebani bandul dan menggantung di atas kayu penyangga. Garis yang ditarik dari ujung bayangan ke pangkal benda (ke arah barat sedikit serong ke utara) adalah arah kiblat yang akurat.

Yang mesti diperhatikan sebelum melakukan itu semua, siapkan jam atau arloji yang sudah dikalibrasi waktunya secara tepat dengan radio, televisi, atau internet. Juga sejumlah perangkat lain, seperti spidol, penggaris, atau sejenisnya untuk menandai arah kiblat begitu rashdul qiblat berlangsung. Sejumlah persiapan itu penting agar pengamatan tak berlangsung terburu-buru karena detik-detik rashdul qiblat berlangsung hanya sebentar dengan masa toleransi kira-kira 1 hingga 2 menit.

Baca Juga: 0317. Pahala Orang yang Mau Menunggu Waktu Shalat

Lembaga Falakiyah PBNU mengingatkan, secara geografis/astronomis, kota Mekkah terletak di 39 derajat 49 menit 34 detik LU dan 21 derajat 25 menit 21 detik BT. Dari Indonesia, koordinat ini berada pada arah barat laut dengan derajat bervariasi antara 21 derajat -27 derajat menurut koordinat (garis lintang dan garis bujur) masing-masing daerah.

Arah kiblat Indonesia bukanlah ke barat. Jika ke barat maka semua wilayah Indonesia yang terletak di 34 derajat 7 menit LU dan seterusnya (ke utara), seperti Aceh, akan lurus dengan Negara Ethiopia atau melenceng ke selatan sejauh 1750 km dari Mekkah. Begitu juga yang terletak di 4 derajat 39 menit LS sampai 3 derajat 47 menit LU, menghadap barat berarti lurus dengan Negara Kenya.