Alam Semesta Marah Ketika Belanda Menahan Kiai Abdul Adzim Sidogiri

 
Alam Semesta Marah Ketika Belanda Menahan Kiai Abdul Adzim Sidogiri

LADUNI.ID, Ulama besar ini terus diingat oleh para santri di Pasuruan, karena kisah mengenai keistimewaan sang kiai ini terus diceritakan. 

Bahkan sebagian habaib menilai Kiai Abdul Adzim bukan hanya wali biasa, tapi rajanya para wali.

Kiai Abdul Adzim di Sidogiri, Pasuruan cukup dikenal luas oleh para santri yang mondok di beberapa pesantren di daerah tersebut. Karena Kiai Abdul Adzim adalah salah seorang ulama kharismatik pengasuh Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur pada 1879-1959. 

Beliau merupakan putra dari KH Abdul Hayyi atau yang dikenal dengan nama Kiai Oerip dengan Nyai Munawwarah Bin KH Noerhasan, adik KH Nawawi bin Noerhasan Sidogiri.

Suatu peristiwa unik terjadi ketika beliau menginjak usia remaja. Di Sladi ketika itu orang-orangnya terkenal mempunyai ilmu kanuragan. 

Sehingga ada serdadu Belanda yang penasaran, dia datang kesana dan bertanya kepada Abdul Adzim yang sedang bersama Mbah Syaikh. Kata orang Belanda itu,”Apa benar di sini tempatnya orang sakti?”.

Dengan rendah hati Abdul Adzim mengatakan, kalau orang sakti tidak ada, yang ada hanya gurauan.

Lantas beliau mempraktekan gurauan itu dengan Mbah

Syaikh, caranya bergantian menggendong dari barat ke timur tiga kali, dengan jarak yang sudah ditentukan. 

Setelah itu, beliau menantang serdadu Belanda untuk melakukan hal yang serupa. Serdadu itu mengiyakan saja, karena dilihatnya Abd Adzim kecil dan kurus. Serdadu itu minta digendong lebih dahulu.

Maka beliau digendong sekali putaran dari jarak yang sudah ditentukan, tapi Abd Adzim muda tidak tampak kelelahan.

“Kali ini giliran saya,” kata beliau. Ketika beliau naik ke punggung serdadu Belanda yang besar dan kekar, tentara Belanda itu tidak bisa melangkahkan kakinya, malah sedikit demi sedikit kakinya terbenam kedalam tanah. 

Semakin bergerak kakinya semakin terbenam. Bahkan serdadu itu terbenam ke dalam tanah hingga dadanya. Akhirnya, kata Abd Adzim muda,”Ini lho, gurauannya orang pesantren,” ujar Abd Adzim. 

Kiai Abdul Adzim juga dikenal sebagai pemimpin dan pengayom yang siap berkorban untuk pesantren dan masyarakatnya, terutama di masa-masa sulit penjajahan Belanda hingga masa revolusi kemerdekaan.

Ada juga suatu cerita menarik mengenai karomah kiai kharismatik ini ketika Belanda menangkapnya. 

Sebelum ditangkap Belanda mengundang kiai-kiai termasuk sang ulama kharismatik ini tapi tidak ada satupun yang datang kecuali Kiai Abdul Adzim. 

Andaikan beliau tidak hadir, niscaya seluruh kiai di Pasuruan dibantai Belanda. Namun oleh pihak Belanda kiai ini dimasukan ke penjara sebagaimana ulama lainnya karena dicurigai terlibat penyerangan. Abdul Adzim merupakan putra dari KH Abdul Hayyi atau yang dikenal dengan nama Kiai Oerip dengan Nyai Munawwarah Bin KH Noerhasan, adik KH Nawawi bin Noerhasan Sidogiri.

Ada juga suatu cerita menarik mengenai karomah kiai kharismatik ini ketika Belanda menangkapnya. 

Sebelum ditangkap Belanda mengundang kiai-kiai termasuk sang ulama kharismatik ini tapi tidak ada satupun yang datang kecuali Kiai Abdul Adzim. 

Andaikan beliau tidak hadir, niscaya seluruh kiai di Pasuruan dibantai Belanda. Namun oleh pihak Belanda kiai ini dimasukan ke penjara sebagaimana ulama lainnya karena dicurigai terlibat penyerangan. 

Terjadi keanehan setelah Kiai Abdul Adzim dimasukkan penjara, tiba-tiba langit mendung sangat tebal dan hujan turun sangat deras, disertai angin yang sangat kencang yang mengakibatkan banyak bangunan rusak berantakan dan pepohonan tumbang. 

Lalu ada yang melapor pada serdadu Belanda, bahwa diantara ulama yang ditangkap, ada salah satu waliyullah yang tidak bersalah. 

Setelah diselidiki, ternyata ulama yang dimaksud adalah Kiai Abdul Adzim. Maka beliau dipulangkan ke Sidogiri. Seketika itu juga hujan menjadi reda dan tidak ada lagi angin.

Konon, Kiai Abd Adzim juga pernah ditahan di Gading, Kraton, Pasuruan yang menjadi markas Belanda pada waktu itu. 

Saat masuk waktu salat Dzuhur beliau hendak berwudhu. Namun ternyata tidak ada persediaan air, karena kran air di sana sudah 7 tahun tidak berfungsi. 

Ajaibnya, ketika sang kiai memukul kran air itu tiga kali, kran yang sudah berkarat tersebut mengeluarkan air.

Akhrirnya, para tahanan dapat berwudhu semua. Konon, di penjara setiap pagi beliau memberi pengajian pada para tahanan, sedangkan serdadu Belanda duduk mendengarkan.