Biografi Syekh Abdurrauf Singkil, Penyebar Thariqat Syattariah Pertama

 
Biografi Syekh Abdurrauf Singkil, Penyebar Thariqat Syattariah Pertama

Daftar Isi Biografi Syekh Abdurrauf Singkil

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Murid-Murid

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Tarekat Syatariyyah
4.2  Persoalan Masyarakat
4.3  Mufti Kerajaan

5     Karya-Karya
5.1  Bidang Fiqih
5.2  Bidang Tasawuf
5.3  Bidang Tafsir Al-Qur'an
5.4  Bidang Hadits

6.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga
Nama lengkap Syekh Abdur Rauf Singkel adalah Syekh Aminudin Abdul Rauf bin Ali al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili,  Beliau memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatera dan Nusantara pada umumnya.

Beliau sufi besar asal Aceh yang pertama kali membawa dan mengembangkan tarekat Syatariyyah di Nusantara. Beliau adalah seorang Melayu dari Fansur, singkel di wilayah pantai barat Laut Aceh. Sumatera.

1.1 Lahir
Syekh Abdur Rauf Singkel lahir pada tahun 1024 H/1615 M, Syekh Abdur Rauf as-Singkil dikenal juga dengan gelar Teungku Syekh Kuala. Ayahnya adalah orang Arab yang bernama Syekh Ali, Yaitu Seorang Arab (Persia) yang datang ke Samudera Pasai pada akhir abad ke 13 yang kemudian menetap di Fansur (Barus) sebuah kota pelabuhan tua di pantai Barat.

1.3 Wafat
Syekh Abdur Raud Singkel wafat sekitar 1150 H/1693 M. dimakamkan di samping makam Teungku Anjong yang dianggap paling keramat di Aceh, dekat Kuala Sungai Aceh. Hingga kini makamnya ditempatkan sebagai ziarah bagi kalangan masyarakat, baik dari Aceh maupun di luar Aceh. Berkat kemasyhurannya nama Syekh Abdur Rauf Singkel diabadikan menjadi nama di perguruan tinggi Aceh yaitu Universitas Syaih Kuala.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Pendidikan agamanya didapat pertama dari ayahnya sendiri di Dayah (Madrasah), kemudian melanjutkan pendidikan di Barus yang dipimpin oleh Syekh Hamzah Fansuri. Diantara ilmu yang dipelajari adalah ilmu agama, sejarah, mantik, filsafat, sastra hingga bahasa Parsi.

Perjalanan kelimuannya selanjutnya dilanjutkan di wilayah Timur Tengah seperti Mesir dan Makkah. Di kawasan ini Syekh Abdur Rauf belajar pada Muhammad Al-Babili, Mesir, Muhammad al-Barzanji, Antolia. Di Mekkah sendiri, Syekh Abdur Rauf bermukim selama kurang lebih 19 tahun utuk mendalami ilmu agama.

Nama Syekh Abdur Rauf as-Singkili juga sangat lekat dengan tarekat Syatariyah. Terkait dengan tarekat ini, Syekh Abdur Rauf  adalah orang pertama yang memperkenalkannya di Indonesia, mulai dari Aceh sendiri, Sumatera pada umumya hingga ke wilayah Cirebon, Jawa Barat. Beberapa pengkaji bahkan menyebutkan, bahwa seluruh silsilah Tarekat Syatariyah di Nusantara  akan berujung kepada Syekh Abdur Rauf as-Singkili.  

2.2 Guru-Guru

  1. Syekh Ali Fansuri (ayah),
  2. Syekh Hamzah Fansuri,
  3. Muhammad Al-Babili, Mesir,
  4. Muhammad Al-Barzanji, Antolia,
  5. Syekh Ibrahim bin Abdullah Jam’an,
  6. Syekh Ahmad Qusyasi,
  7. Syekh Ibrahim Al-Kurani.
  8. Syekh Abdul Al-Qadir Al-Mawrir.

3. Penerus

3.1 Murid-Murid

  1. Baba Daud bin Agha Ismail bin Agha Mustata al-Jawi ar-Rumi.
  2. Syekh Burhanuddin Ulakan(dari Pariaman, Sumatera Barat),
  3. Syekh Nur Qodim Al Baharuddin (dari Djagat Besemah Libagh-Semende Panjang/Sumatera Selatan),
  4. Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (dari Tasikmalaya, Jawa Barat)
  5. Syekh Yusuf Tajul Mankatsi
  6. Syekh Abdul Malik bin Abdullah Terengganu atau lebih popular dengan gelar Tok Pulau Manisyang

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Tarekat Syatariyyah
Beliau diperkirakan kembali ke Aceh sekitar tahun 1083 H/1662 M dan mengajarkan serta mengembangkan tarekat Syattariah yang diperolehnya. Kemasyhuran Syekh Abdur Rauf Singkel selain di bidang tasawuf juga di bidang fiqih, oleh sebab itu beliau menjadi ahli fiqih terkenal di Aceh.

Syekh Abdur Rauf Singkel ini adalah seorang sufi yang mencari keseimbangan antara berbagai pandangan para ulama pendahulunya serta mengajarkan zikir dan wirid Syatariyyah. Muridnya menyebarkan Islam ke Sumatera Barat melalui Syekh Burhanuddin Ulakan dan ke tanah jawa yang disebarkan oleh Syekh Abdur Muhyi dari Pamijahan yang sampai sekarang ajarannya masih diamalkan pada sebagian pedesaan.

Syekh Abdur Rauf Singkel adalah ulama Aceh yang berupaya “mendamaikan” ajaran martabat alam tujuh yang dikenal di Aceh sebagai paham Wahdatul Wujud atau Wujudddiyah (pantheisme) dengan paham sunnah. Meskipun begitu Syekh Abdur Rauf Singkel tetap menolak paham Wujudiyyah yang menganggap adanya penyatuan antara Tuhan dan hamba. Ajaran yang seperti ini kemudian dibawa muridnya, Syekh Abdur Muhyi Pamijahan ke Jawa.

Pada saat itu keadaan sosial keagamaan pada kerajaan Aceh pada saat itu pada abad ke 15 telah berpengaruh Mazhab Syafi’i, terlihat dari kitab fiqih yang dipedomani waktu itu, seperti kitab Mir’at al-Thullab karya Syekh Abdur Rauf dan Shirat al-Mustaqim karya Syekh Al-Raniri. Kedua karya itu dalam Mazhab Syafi’i. sedangkan dari segi aqidah Islamiyah berpengaruh paham Ahlusunnah wal-Jama’ah.

Dalam kajian tasawuf Islam, telah berpengaruh tasawuf Islam menurut konsep Al-Ghazali, Al-Junaid’ Al-Harawi, Ibnu ‘Arabi, Al-Qusyayi dan tarekat yang berkembang antara lain tarekat Qadiriyyah, tarekat Rifa’iyyah dan tarekat Syathariyyah. Pemikiran tasawuf tersebut telah mewarnai kehidupan sosial, politik dan pemerintahan waktu itu, baik sebelum masa Syekh Abdur Rauf Singkel bahkan pada masa Syekh Abdur Rauf Singkel tersebut.

Sebelum Syekh Abdur Rauf, tasawuf falsafi dinilai mendapat tempat dalam masyarakat Aceh waktu itu. Tasawuf ini dikembangkan oleh Syekh  Hamzah Fansuri dan Syekh Syamsuddin Sumaterani. Tasawuf kedua tokoh ini disebut oleh Al-Raniri dengan wujudiyyah. Masalah wujudiyyah ini akhirnya menjadi masalah yang diperdebatkan, diperselisihkan dan diharamkan oleh Syekh Nuruddin Al-Raniri.

4.2 Persoalan Masyarakat
Perkembangan politik di Kesultanan Aceh selama masa Syekh Abdur Rauf mempunyai ciri yang paling menarik. Pada periode tersebut kesultanan diperintah oleh empat orang perempuan (sultanah) berturut-turut sampai akhir abad ke-17. Sultanah pertama adalah Safiat al-Din (1673-1678), kemudian digantikan oleh Zakiyat al-Din (1678-1688) dan terakhir adalah Sultan Kalamat al-Din (1688-1699).

Rentang masa pemerintahan keempat sultanah tersebut menimbulkan tanda tanya bagi masyarakat Aceh, bahkan menjadi masalah yang tidak terpecahkan, apakah diperbolehkan seorang wanita sebagai penguasa dalam hukum Islam?.

Sebagai seorang Qadhi, Syekh Abdur Rauf bertanggung jawab terhadap persoalan-persoalan yang meresahkan masyarakat tersebut. Lewat karyanya mengenai Fiqih Muamalat yang berjudul Mir’at al-Thullab fi Fashil alMa’rifat al-Ahkam al-Syairiyat li al-Malik al-Wahhabeliau berusaha menunjukkan kepada kaum Muslimin bahwa dokrin-dokrin hukum Islam tidak terdapat pada ibadah saja, akan tetapi tampaknya Syekh Abdur Rauf sengaja tidak menjawab secara jelas mengenai  boleh tidaknya seorang wanita menjadi penguasa.

Karena itulah beliau kemudian dituduh mengkompromikan integrasi keintelektualannya, bukan hanya dengan memerima pemerintahan seorang wanita tetapi juga tidak memecahkan masalah tersebut secara layak, atau boleh jadi ini merupakan tindakan politiknya karena beliau telah mendapat perlindungan dari para sultanah tersebut.

4.3 Mufti kerajaan
Selain sebagai penulis yang produktif, Syekh Abdur Rauf As-Singkili dipercayakan sebagai mufti kerajaan Aceh pada masanya. Pengaruhnya sangat besar dalam mengembangkan Islam di Aceh dan meredam gejolak politik di kerajaan tersebut. Salah satu kebijakan populis pada abad pertengahan adalah restunya terhadap kepemerintahan Ratu-ratu di Aceh.

5. Karya-Karya
Syekh Abdur Rauf Singkel merupakan sosok pemikir dan Ulama terkenal. beliau telah menciptakan karya-karya sastra yang merupakan kekayaan intelektual muslim Indonesia yang sangat berharga. Karya-karyanya yang berbentuk suluk dari karya pemikir ulama Islam terdahulu sampai saat ini.

Naskah aslinya yang berupa manuskrip atau tulisan tangan asli masih ada pada perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi di Belanda. Di perpustakaan-perpustakaan tersebut orang akan dapat menemukan dan mengkaji berbagai pemikiran yang tersimpan dalam koleksi karya-karya pemikir dan ulama.

Islam Nusantara zaman dahulu. Tulisan tersebut ada yang tertulis dalam huruf Jawi (Arab Melayu) dan bahasa Arab. Syekh Abdur Rauf Singkel memiliki sekitar 36 karya tertulis yang terdiri dari 1 kitab tafsir, 2 kitab hadits, 10 kitab fiqih dan 23 kitab tasawuf. Adapun kitab-kitab karya Syekh Abdur Rauf adalah sebagai berikut:

5.1 Karya Bidang Fiqih

  1. Mir’ah al-Tullab fi Tashil Ma’rifah al-Ahkam al-Syar’iyyah al-Malik al-Wahab (Cermin Penuntut Ilmu untuk Memudahkan Mengetahui Hukum-Hukum Syara’ Tuhan, Bahasa melayu).
  2. Bayan al-Arkan (Penjelasan Rukun-Rukun, Bahasa Melayu).
  3. Bidayah al-Balighah (Permulaan Yang Sempurna, Bahasa Melayu).
  4. Majmu’ al-Masa’il (Kumpulan Masalah, Bahasa Melayu).
  5. Fatihah Syekh Abdur Rauf (Metode Bacaan Fatihah Syekh Abdur Rauf, Bahasa Melayu).
  6. Tanbih al-Milfi Tahqiq Kalam an-Nawafil (Peringatan Bagi Orang Yang Mentahqiqkan Kalam Sholat Sunnah, Bahasa Melayu).
  7. Sebuah Uraian Mengenai Sholat (Bahasa Melayu).
  8. Wasyiyyah (Tentang Wasiat-Wasiat Syekh Abdur Rauf Kepada Murid-Muridnya, Bahasa Melayu).
  9. Doa Yang Diajukan oleh Syekh Abdur Rauf Kuala Aceh (Bahasa Melayu).
  10. Sakaratul Maut (Tentang Hal-Hal Yang Dialami Oleh Manusia Menjelang Ajalnya, Bahasa Melayu).
  11. Aghmadhus Sail (Kanzul Insaniyi)

5.2 Karya Bidang Tasawuf

  1. Tanbih al-Masyi al-Mansub ila Thariq al-Qusyasyi (Pedoman Bagi OrangOrang Yang Menempuh Tarekat al-Qusyasyi, Bahasa Arab).
  2. Umdah al-Muhtajin ila Suluk Maslak al-Mufarridin (Pijakan Bagi OrangOrang Yang Menempuhkan Jalan Tasawuf, Bahasa Melayu).
  3. Sullam al-Mustafiddin (Tangga Setiap Orang Yang Mencari Faidah, Bahasa Melayu).
  4. Piagam Tentang Zikir (Bahasa Melayu).
  5. Kifayah al-Muhtajin ila Nasyrab al-Muwahiddin al-Qailin bi Wahdah alWujud (Bekal Bagi Orang Yang Membutuhkan Minuman Ahli Tauhid Penganut Wahdatul Wujud, Bahasa Melayu).
  6. Bayan Aghmad al-Masa’il wa al-Shifat al-Wajibah li Rabb al-Ard wa alSamawat (Penjelasan Tentang Masalah-Masalah Tersembunyi dan sifat-sifat Wajib bagi Tuhan Penguasa Langit dan Bumi, Bahasa Melayu).
  7. Bayan Tajalli (Penjelasan Tajallu, Bahasa Melayu).
  8. Daqa’iq al-Huruf (Kedalaman Makna Huruf, Bahasa Melayu).
  9. Risalah Adab Murid Akan Syekh (Bahasa Arab dan Melayu).
  10. Munyah al-I’tiqad (Cita-cita Keyakinan, Bahasa Melayu).
  11. Bayan al-Itlaq (Penjelasan Makna Istilah Itlaq, Bahasa Melayu).
  12. Risalah ‘Ayan Tasabitah (Penjelasan Tentang ‘Ayan Tsabitah, Bahasa Melayu).
  13. Risalah Jalan Ma’rifatullah (Karangan Tentang Jalan Menuju Ma’rifah Kepada Allah, Bahasa Melayu).
  14. Risalah Mukhtasarah fi Bayan Syurut al-Syekh wa al-Murid (Karangan Ringkas Tentang Syarat-Syarat Guru dan Murid, Bahasa Arab dan Melayu).
  15. Faedah Yang Tersebut di Dalamnya Kaifayah Mengucap Zikir Laa Ilaha Illa Allah (Bahasa Melayu).
  16. Syair Ma’rifah (Bahasa Melayu).
  17. Otak Ilmu Tasawuf (Bahasa Melayu).
  18. ‘Umdah al-Anshab (Pohon Segala Nashab, Bahasa Melayu).
  19. Idah al-Bayan fi Tahqiq Masa’il al-Adyan (Penjelasan Dalam Menyatakan Masalah-Masalah Agama, Bahasa Melayu).
  20. Ta’yid al-Bayan Hasyiyah Ida al-Bayan (Penegasan Penjelasan: Catatan Atas Kitab Idah al-Bayan, Bahasa Melayu).
  21. Lubb al-Kasyf Wa al-Bayan li Ma Yaruhu al-Muhtadar bi al-Iyan (Hakikat Penyingkapan dan Penjelasan atas apa Yang Dilihat Secara Terangterangan, Bahasa Melayu).
  22. Risalah Simpan (Membahas Aspek-Aspek Sholat Yang Secara Mistis, Bahasa Melayu).
  23. Syatariyyah (Tentang Ajaran dan Tata Cara Zikir Tarekat Syatariyyah, Bahasa Melayu).
  24. Mawa'iz al-Badî' (Berisi sejumlah nasehat penting dalam pembinaan akhlak)

5.3 Karya Bidang Tafsir Al-Qur’an

Karya Syekh Abdur Rauf Singkel dalam bidang tafsir Al-Qur’an berjumlah satu kitab tafsir, yaitu: Turjuman al-Mustafid bi al-Jawy, yang merupakan tafsir pertama di dunia Islam dalam bahasa Melayu.

5.4 Karya Bidang Hadits

  1. Syarh Latif Arbin Haditsan li al-Imam an-Nawawiyy (Penjelasan Terperinci atas Kitab Empat Puluh Karangan Imam an-Nawawi, Bahasa Melayu).
  2. Al-Mawiz al-Badiah (Petuah-petuah Berharga, Bahasa Melayu).

Bila dilihat dari karya-karya Syekh Abdur Rauf Singkel menunjukkan bahwa beliau cenderung mengajarkan dan mengembangkan tarekat. Tarekat yang dianutnya adalah tarekat Syatariyyah yang dipelajarinya dari Ahmad al-Qusyasyi dari Madinah. Tarekat Syatariyyah ini agak dikenal oleh masyarakat di pulau Jawa.

Hal ini karena banyak jama’ah Haji dari Jawa harus singgah di Aceh sebelum berangkat ke Tanah Suci dan mereka memanfaatkan waktu persinggahan ini untuk belajar tarekat di sekolah Syekh Abdur Rauf Singkel. Keahliannya dalam ilmu Fiqih membawa Syekh Abdur Rauf Singkel pada sufisme sunni yang amali dan itu dimantapkan dalam tarekatnya.

Karya-karya Syekh Abdur Rauf Singkel keseluruhannya berbentuk prosa. Terdapat satu karya dalam puisi, yaitu Syair Ma’rifah yang salah satu naskahnya disalin di Bukit Tinggi tahun 1859 H. Syair itu mengemukakan tentang empat komponen itu. Empat komponen agama inilah yang akan menemukan seseorang disebut sebagai insan kamil (manusia sempurna).

Hal menunjukkan bahwa Syekh Abdur Rauf Singkel dapat dikatakan sebagai penerus yang sesungguhnya dari tradisi penulisan syair religiusmistik yang sebelumnya telah dirintis oleh Syekh Hamzah Fansuri.

6. Referensi

  1. Universitas Islam An-Nur Lampung / an-nur.ac.id
  2. Lanhaj.kemenag.go.id
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya