Santri Goes To Papua: Keceriaan Abadi

 
Santri Goes To Papua: Keceriaan Abadi

LADUNI.ID, Sorong - Lama, lama sekali rasanya saya tidak main ke Maibo. Ada dua tahun-an kiranya. Masjid sudah berdiri dengan kubah menjulang. Gedung Sekolah Dasar, yang dulu lebih baik dari kandang ternak, kini tampak sudah layak. Jalanan hampir seluruhnya sudah dicor beton. MCK umum terlihat di sudut-sudut.

"Anak, anak cari siapa?" hadang seorang nenek di tengah jalan saat saya balik dari sebuah jalan buntu. Begitu saya sampaikan siapa yang saya cari, ia memberi tau bahwa yang bersangkutan sedang pergi. Saya pun langsung menuju ke rumah pak Kaeda, seorang guru SD yang sudah saya kenal.

Sampai di jalan di depan rumah pak Kaeda, terlihat ia sedang duduk santai di teras depan rumahnya. Saya menghampirinya dan kita pun bertukar kabar secukupnya hingga kemudian saya berucap, "Begini pak Kaeda, ini mas Tri dari Kompipa, Komunitas Peduli Papua. Kita ke sini ingin mengajak anak-anak membaca buku bersama."

Beberapa saat kemudian, ia pun memanggil dua anak yang sedang berada di dekat rumahnya. Kepada anak itu ia menyuruh supaya memanggil anak-anak kelas tiga ke atas untuk berkumpul. Sementara anak itu pergi, kita pun ngobrol berbagai hal, terutama tentang Maibo yang sudah tidak pernah saya singgahi sekira dua tahun lalu.

Beberapa anak berdatangan sambil ada yang laporan bahwa anak-anak lain sedang pergi ke kota dan yang lain lagi pergi entah ke mana. Dengan datangnya beberapa anak, buku-buku pun mulai digelar. Akhirnya dipilih-pilih dan dibaca.

Sesaat kemudian, seorang anak ditunjuk, yaitu Riawan, untuk membacakan sebuah buku sebuah dongeng. Ia membaca per penggalan di hadapan anak-anak lain, lalu dijelaskan lebih lanjut oleh Mas Tri. Gelak tawa yang riang pun memenuhi seluruh udara yang ada di sekitar pohon rindang, yang kami jadikan tempat berkumpul dan berlindung dari sengat matahari siang.

Di tengah saya menyuruh anak-anak yang ribut sendiri supaya mendengarkan cerita yang sednag dibacakan, seorang anak nyeletuk, "Pak Ustadz lupa kita?"

"Ah, tidak. Hanya saya agak-agak lupa nama kalian. Kau siapa namanya?" hibur saya padanya. Padahal saya betul-betul lupa. Dan fisik mereka yang terus mengalami pertumbuhan selama dua tahun terakhir ini, tentu saja penyebabnya.

"Rahima," jawabnya yang kemudian saya lanjutkan dengan menanyai nama-nama setiap anak.

Hingga tak terasa, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul dua belas lewat. Kita pun akhiri belajar, mendongeng dan bernyanyi bersama siang itu. Dan sebuah keceriaan dari mereka yang sudah dua tahun ini tak pernah saya temui, kini saya dapati lagi. Dan semoga keceriaan itu abadi.

===============================================================
Catatan tambahan:
Anda bisa turut serta membantu dalam bentuk dana untuk pengembangan dakwah Islam di wilayah pedalaman Papua Barat dengan mengirimkan ke:
Rekening bank Mandiri
atas nama Yayasan Dakwah Islam Aswaja
nomor rekening 070.00.0664.8054.
Konfirmasi ke Koordinator SGTP III dengan bapak Aidy Ilmy HP/WA 0812.1011.796.
Mohon menambahkan jumlah transfer dengan akhir digit "99", contoh Rp 500.099;

Catatan:
1. Kami tidak memungut biaya administrasi dan menyalurkan keseluruhan dana ke kegiatan di Papua Barat.
2. Untuk mengunjungi lokasi dapat menghubungi koordinator di tempat dengan ustadz Agus Setyabudi di HP./WA. 0852.2774.8441.
3. Bangunan Madrasah Diniyyah Al-Ibriz Iru Nigeiyah di kompleks pemukiman suku Kokoda di Kurwato adalah sumbangan dari kegiatan SGTP I-III.
4. Yayasan Dakwah Islam Ahlussunnah wal Jamaah memperoleh Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor AHU: 0028651.AH.01.04.

 

#SantriGoesToPapua #PPMaswaja #LTNPBNU #MuslimPapua #SukuKokodaKurwato