Muslim Bali Turut Jaga Ritual Galungan dan Kuningan

 
Muslim Bali Turut Jaga Ritual Galungan dan Kuningan

LADUNI.ID, Bali - Ketika acara ritual umat Hindu atau hari raya mereka, sungguh indah pemandangan yang nampak di hari itu. Betapa kemesraan dan keharmonisan umat Islam dan umat Hindu saling menjaga dan melindungi. Kita bisa melihat keamanan umat Hindu yang disebut Pecalang berdampingan, bahkan ngopi dan rokokan bareng dengan keamanan dari umat Islam.

Tentu tujuan ini tidak semata mengamankan keberlangsungan acara atau hari raya umat Hindu, tetapi lebih dari itu adalah untuk memberi pengertian jika dari umat Islam ada yang khilaf, sehingga yang maju memberi arahan dan pengertian langsung dari saudaranya sendiri, sesama muslim. Lebih dari itu adalah untuk menunjukkan bahwa masyarakat di Bali selalu rukun dan secara bersama-sama menjaga kemanan dan mewujudkan kesejahteraan bersama.

Islam sendiri mengajarkan bagaimana menjaga dan melindungi tempat sembahyang non muslim. Sebagaimana Rasulullah bersabda,

اغزوا بسم الله، في سبيل الله، مَنْ كفر بالله، لا تغدروا، ولا تغلوا، ولا تقتلوا وليداً ولا امرأة، ولا كبيراً فانياً، ولا منعزلاً بصومعة، ولا تقطعوا نخلاً ولا شجرة، ولا تهدموا بناء

“Berperanglah dengan nama Allah, di jalan Allah. Barangsiapa kafir kepada Allah, janganlah berkhianat, janganlah dendam, janganlah membunuh anak kecil, perempuan, dan orang tua renta, janganlah menghancurkan pertapaan rahib, janganlah menebang kurma dan pohon, dan janganlah merobohkan bangunan”. (Ar-Rahiq al-Makhtum, 360)

Terkait dengan menjaga dan melindungi tempat ritual non muslim, dari hadits di atas sangat jelas dan jitu bahwa, dalam kondisi perang saja umat Islam dilarang merusak tempat ritual non muslim, apalagi dalam kondisi aman dan damai, dan apalagi non muslim sudah menjadi saudara seperti umat Hindu di Bali.

Maka, sudah seharusnya umat muslim di Bali ikut serta menjadi keamanan dalam berbagai kegiatan ritual umat Hindu. Lumrahnya, umat Islam yang ikut serta menjadi keamanan pada Hari Raya Nyepi. Kita yang di Bali tentu sudah menyaksikan secara langsung dan bagi yang di luar daerah Bali bisa melihat atau membaca berita yang tersebar di sosial media.

Sumber: Buku “Fikih Muslim Bali