Hukum Meminta Maaf Menjelang Bulan Ramadhan

 
Hukum Meminta Maaf Menjelang Bulan Ramadhan

LADUNI.ID, Jakarta - Memasuki bulan Ramadhan banyak yang mengirimkan ucapakan permohonan Maaf, apakah itu dibenarkan dalam Islam, atau hanya sekedar tradisi yang dilakukan Masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramdhan, untuk lebih jelasnya, berikut keputusan Bahtsul Masail PCNU Kendal:

A. Permasalahan :
Ketika mendekati datangnya bulan Ramadlan, banyak sesama teman mengirim ucapan “Selamat Menuñaikan Puasa Bulan Ramadlan” dan di belakangnya ada tambahan permohonan maaf. Ucapan itu terkadang dikirim melalui SMS atau WA.

B. Pertanyaan :
1. Bagaimana hukumnya mengucapkan atau menuliskan permintaan maaf menjelang Ramadlan ?
2. Adakah hadits yang menjadi dalilnya ?

C. Jawaban :
1. Permintaan maaf itu disyariatkan dalam Islam. Permintaan maaf itu ada yang sunnah dan ada yang wajib. Yang sunnah yaitu permintaan maaf setiap bertemu orang dalam rangka Mulàthofah (basa basi untuk menyenangkan). Sedangkan yang wajib yaitu permintaan maaf dari orang yang melakukan kedzaliman kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda :

من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه

“Orang yang pernah menzhalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia dhalimi”. (HR. Bukhari no.2449).

2. Permintaan maaf menjelang Ramadlan itu menjadi fadlilah (keutamaan) karena sebagai usaha agar pribadi kita menjadi suci ketika memasuki bulan suci. Ada hadits yang menjadi dalil bagi permintaan maaf menjelang Ramadlan sebagai berikut :

عن أبي هريرة  أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له : يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين  قال الأعظمي : إسناده جيد

“Dari Abu Hurairah: Rasulullah SAW naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’. Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah menghinakan seorang hamba -atau dia jauh dari Allah- yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah menghinakan seorang hamba -atau dia jauh dari Allah- yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah menghinakan seorang hamba -atau dia jauh dari Allah- yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin’. Al A’zhami berkata: “Sanad hadits ini jayyid”.

Hadits ini dishahihkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib (2/114, 406, 407, 3/295), oleh Adz Dzahabi dalam Al Madzhab (4/1682), juga oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Al Qaulul Badi‘‘‘ (212)

Do’a Malaikat Jibril adalah: “Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;
3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.
Wallohu A’lam Bisshowàb.

Oleh: Muhammad Danial Royyan

Sumber: www.pcnukendal.com