Biografi KH. Muhammad Al-Maghfur, Pendiri Pesantren Raudlatul Muta'alimin Cianjur

 
Biografi KH. Muhammad Al-Maghfur, Pendiri Pesantren Raudlatul Muta'alimin Cianjur
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Murid-Murid

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mendirikan Pesantren
4.2  Mendirikan Majelis Taklim

5.    Karya-Karya
6.    Chart Silsilah Sanad
7.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Muhammad Al-Maghfur lahir pada tahun 1928 M di kampung Nyalempet, Cilaku, Cianjur, Jawa Barat. Beliau merupakan putra dari pasangan H. Sukandi bin H. Mansur dengan Hj. Umi Kulsum binti H. Nawawi.

Ayah beliau, H. Sukandi berasal dari Cilaku. Sedangkan kakeknya, H. Mansur dikenal sebagai tokoh masyarakat yang ahli bertani padi. Dan, yang disebut beras Cianjur pada mulanya berasal dari Cilaku dan Jamudipa.

Ibu beliau merupakan turunan dari H. Nawawi yang juga seorang Tubagus keturunan Sultan Banten. Berdasarkan riwayat keluarga, H. Nawawi mengembara dari Garut ke Cianjur, lalu menikah dengan wanita asli Nyalempet.

1.2 Riwayat Keluarga
Pada umur 21 tahun KH. Muhammad Al-Maghfur menikah dengan seorang gadis asal Cijambe, Cibaregbeg, Cibeber, Cianjur yang bernama Nyai Hj. Fatimah Masbarah binti Abdurrohim (H. Zakaria) bin H. Sapandi, padatanggal 4 Oktober 1949 M bertepatan dengan tanggal 11 Dzul Hijjah tahun 1368 H.

Dari pernikahannya beliau dikaruniai 12 orang anak, lima laki-laki dan tujuh perempuan. Tapi, empat orang anak pertama meninggal masih kecil. Yaitu, Sa'diyah, Muhammad, Muflihah, dan Afifah. Kemudian, mulai dari anak yang kelima sampai yang ke 12 Allah berikan umur yang panjang. Mereka adalah sebagai berikut:

  1. Muhammad Nawawi, yaitu putra beliau yang paling besar. Nama Nawawi diambil dari nama sang kakek, yaitu H. Nawawi. Para santri beliau generasi awal menyebutnya Kang Muhammad.
  2. Hj. Maesurah. Suka dipanggil Eteh Cilaku, Teh Haji dan Mamah Cilaku
  3. Neneng Mafrohah, putranya, K.H. Deden Muhammad Makhyaruddin memanggilnya Enneh sejak kecil lalu yang lain mengikuti panggilan itu. Orang-orang memanggilnya sebelum itu dengan sebutan Teh Neneng.
  4. Fauziah. Dipanggil Teh Oo atau Bi Oo.
  5. KH. Ilyas Muyassar. Dia adalah putra beliau yang paling mewarisi ilmunya.
  6. KH. Ahmad Basyir, Al-Hafizh.
  7. Ai Judiyah. Dipanggil Teh Ai
  8. Muhammad Wawan Sofwan. Putra bungsu beliau.

1.3 Wafat
KH. Muhammad Al-Maghfur wafat pada tanggal 25 April tahun 1993 atau bertepatan pada hari Sabtu 2 Dzul Qa'dah 1413 H di Cijambe, Cibaregbeg, Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Setelah fasih membaca Al-Qur'an KH. Muhammad Al-Maghfur belajar nyantri ke KH. Muhammad Musoffa Yahya di Nyalempet. Yaitu, ayah dari Aa Nyalempet KH. Ahmad Shofiullah. Di sana KH. Muhammad Al-Maghfur mengkhatamkan Kitab Safinah Al-Naja karya Syaikh Salim bin Sumair Al-Hadromi yang makamnya di belakang Masjid Al-Makmur, Tanah Abang, Jakarta Pusat, dan kitab Tijan Al-Darori karya Syaikh Nawawi Al-Bantani yang makamnya di Al-Ma'la, Makkah Al-Karamah.

Bukan sekedar khatam membaca tapi paham memahami berikut tahqiq i'rab dan balagahnya. Bersamaan dengan nyantri di Nyalempet KH. Muhammad Al-Maghfur juga masuk Sekolah Rakyat (SR). Masuk di usia delapan tahun. Periode belajar di tempuh dalam lima tahun. Sehingga, lulus dalam usia 13 tahun.

Setelah lulus Sekolah Rakyat (SR) pada usia kira-kira 13 tahun K.H. Muhammad Al-Maghfur berangkat mondok di Gelar, Peuteuycondong, Cibeber, Cianjur. Belajar kepada KH. Sopandi bin Husen, ayah dari KH. Zein Abdul Somad yang dikenal dengan nama Mama Gelar. Di sana dia menetap selama enam bulan.

Memang tergolong singkat tetapi dia dapat menyerap ilmu-ilmu yang diajarkan dengan baik dalam bidang bahasa Arab, ilmu 'Arudh (العروض) dan ilmu Qawafi (القوافي) tentang mengarang dan menilai karya nazham (syair) dalam bahasa Arab. Dia pun mahir mengarang dengan bahasa Sunda dalam bentuk syair sesuai aturan syair Arab.

Dia sebenarnya masih betah di Gelar tetapi entah mengapa Kiyai memerintahkan semua santrinya untuk pulang dan berhenti mengajar. Tentu sebenarnya tidak semata-mata membubarkan santri kecuali Kiyai sudah lebih dahulu mengetahui di alam kasyafnya akan maslahat yang ditimbulkan.

Di Gentur
Kemudian pindah ke Gentur dan Mengaji ke Mama Gentur yang dikenal kealiman, kezuhudan dan kewara'annya, KH. Ahmad Syathibi al-Qonturi. Di Gentur mondok selama satu tahun penuh sampai mengusai dengan hafalan dan pemahaman terhadap matan-matan disiplin ilmu keislaman seperti Nahwu, Sharaf, Balagah (Ma'ani, Bayan, Badi'), Mantiq (ilmu logika), Fiqih, Tafsir dan lain-lain.

Di antaranya Alfiyah ibn Malik, Jauhar al-Maknun dan Sulam al-Munauraq. Dia menguasainya dengan penguasaan yang dilengkapi dalil-dalil dan mampu menampilkannya dengan cepat dan terampil. Padahal, selama di Gentur dia termasuk yang jarang ikut mengaji langsung ke Mama Gentur karena sibuk berkhidmat kepada santri-santri senior dalam menyediakan makanan (masak dan liwet).

Pengabdian ini selain sebuah pengabdian yang tulus kepada ilmu tapi sekaligus meringankan biaya hidup di pondok yang selalu kekurangan bekal. Bahkan, adakalanya dia mencari rumput untuk bisa makan. Dia tidak mempunyai kitab kecuali matan Alfiyah yang sudah lecek.

Di Rajamandala
Di antara santri senior yang dilayani selama di Gentur adalah KH. Hasbullah Rajamandala, Cipatat, Bandung Barat. Ketika seniornya itu hendak pulang ke Rajamandala untuk menikah maka KH. Muhammad Al-Maghfur ikut ke Rajamandala untuk membantu menyebarkan ilmu sekaligus mengejar ilmu-ilmu Gentur ke senior tersebut yang terlewatkan selama di Gentur.

Di sana dia mondok selama delapan bulan. Lalu, KH. Hasbullah memanggilnya seraya menguji kemampuan sang juniornya itu. Setelah diuji pengetahuan dan kemampuannya dalam memahami Kitab Kuning lalu berhasil menjawabnya dengan sempurna tanpa ada yang salah sedikit pun.

Bahkan, jawaban tersebut diucapkan dalam bentuk hafalan bukan melihat kitab, maka K.H. Hasbullah berkata: "Tak tersisa lagi sedikit pun ilmu dariku kecuali kamu telah mengambilnya lebih baik dari apa yang aku ambil dan kamu telah memahaminya lebih banyak dari apa yang aku fahami, Silahkan kamu pulang sekarang."

Di Jamudipa
Sepulang dari Rajamandala KH. Muhammad Al-Maghfur belajar ijazah wirid-wirid, dzikir-dzikir, doa-doa, hizb-hizb kepada KH. Fakhruddin yang merupakan ayah dari KH. Aang Endang Jamudipa, Warungkondang, Cianjur. Diceritakan KH. Muhammad Al-Maghfur pun berguru kepada Aang Endang atau kemudian disebut dengan Ajengan Jamudipa.

Di sana dia mondok selama satu tahun. Maka, jadilah dia ulama muda yang mahir dalam berbagai disiplin ilmu keislaman sebelum usianya sampai 20 tahun. Salah seorang putra K.H. Muhammad Al-Maghfur, Muhammad Nawawi mengisahkan tentang pengalaman sang ayah menuntut ilmu. Suatu hari pernah berkata: "Aku mondok tidak lama. Hanya tiga tahun saja. Tapi, atas izin Allah dan pertolongan-Nya, aku bisa. Padahal, aku tidak punya kitab karena mahal dan lingkunganku dalam penjajahan Belanda dan Jepang.

2.2 Guru-Guru
Para guru beliau yang berpengaruh pada diri beliau memang banyak, tapi di antara mereka yang menonjol adalah:

  1. KH. Muhammad Mushoffa Yahya, Nyalempet,
  2. KH. Sopandi bin Husain, Gelar, Peuteuycondong,
  3. KH. Ahmad Syathibi Al-Qonturi (Mama Gentur),
  4. KH. Hasbullah, Rajamandala,
  5. KH. Fakhruddin, Jamudipa,
  6. KH. Munawwar, Cilaku,
  7. Mama Ajengan Siraj, Cangkorah,
  8. KH. Opo Mushthofa, Kandang Sapi,

3. Penerus

3.1 Murid-Murid
Berikut adalah di antara nama-nama murid beliau:

  1. KH. Ilyas Muyassar, Pimpinan Pondok Pesantren Raudlatul Muta'allimin, Cijambe,
  2. KH. Ahmad Basyir, Pimpinan Pondok Pesantren Tahfizhil Quran Nururrahman, Geger, Cianjur,
  3. KH. Muhammad Wawan Sofyan, Pondok Pesantren Raudhlatul Muta'allimin, Cijambe,
  4. KH. Muhammad Nawawi, Pondok Pesantren Raudhlatul Muta'allimin, Cijambe,
  5. Ustadzah Ai Judiyah, Pimpinan Pondok Pesantren Serang, Banten,
  6. Mama KH. Ahmad Sulaeman, Pesantren Ath-Thahiriyah, Selajambe, Cianjur,
  7. KH. Abdul Qodir Rozi, Cianjur,
  8. KH. Abdul Halim, Bojong Herang, Cianjur,
  9. KH. Mus, Pendiri Pondok Pesantren Raudlatul Muta'allimin, sekarang al-Ikhwan, Cibadak, Cipanas, Cianjur,
  10. KH. Oji, Pimpinan Pondok Pesantren, Plered,
  11. KH. Maufur, Pimpinan Pondok Pesantren Durar al-Mushthafa, Cilenjang,
  12. KH. Busyairi, Pimpinan Pondok Pesantren, Cibanggala,
  13. KH. Ejen, Pimpinan Pondok Pesantren Raudlatul Muata'allimin, Cililin, Bandung,
  14. KH. Ahmad Manar, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Munawariyah, Cilaku.

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Mendirikan Pesantren
KH. Muhammad Al-Maghfur mendirikan pesantren di Cijambe, Ciberegbeg, Cibeber, Cianjur setelah beliau menyelesaikan belajar di Cilaku sekitar tahun 1951 dan beliau pada saat itu berumur 23 tahun. Pesantrennya tidak diberi nama, tapi para santri datang dari berbagai penjuru meski tanpa publikasi.

Beliau pun masih terus belajar ke Mama Cilaku dengan mengikuti program ngaji mingguan khusus para ajengan setiap malam Jum'at. Di antara kitab yang dikhatamkan dalam ngaji mingguan tersebut adalah Kitab Jam'ul Jawami' tentang Ushul Fiqih. Pengajian Mama Cilaku selesai pukul satu (01:00) dini hari.

Tapi, khusus KH. Muhammad Al-Maghfur, Mama Cilaku melanjutkan ngajinya berdua di rumah sampai jam 4 pagi. Pada tahun 1967 KH. Muhammad Al-Maghfur berkunjung ke Ciomas, Bogor untuk menghadiri Multqo al-Ilmi. Di sana bertemu seorang alim asli Bogor yang bernama KH. Abdullah yang sebagian putranya dikirim untuk nyantri ke beliau. KH. Abdullah berkata kepadanya: "Kyai, beri nama pesantrennya dengan Raudlatul Muta'alimin." Maka, beliau pun memakai nama itu untuk pesantrennya.

4.2 Mendirikan Majelis Taklim
KH. Muhammad Al-Maghfur selain mengajar santri mempunyai lima majelis pengajian umum yang tidak pernah ditinggalkannya sampai akhir hayat. Majelis beliau di antaranya:

Kemisan. Yaitu pengajian setiap hari Kamis pagi mulai dari jam 8 sampai dzuhur yang dihadiri para kyai, ajengan dan ustadz dari berbagai tempat. Kitab yang dibahas adalah Ihya Ulumiddin dan Tafsir Munir serta kitab-kitab lainnya. Pada mulanya, yakni sejak didirikan sekira tahun 1953, Kemisan ini adalah Selasaan karena dilaksanakan pada hari Selasa pagi. Lalu, setelah tahun 1974 pindah menjadi hari Kamis sampai akhir hayat beliau.

Mingguan. Yaitu pengajian umum setiap hari Ahad setelah dzuhur yang dihadiri bapak-bapak dari Kampung Cijambe dan sekitarnya. Pada mulanya, Mingguan ini dilaksanakan setiap malam Senin. Lalu, pindah ke hari Ahad siang sehingga disebut Mingguan karena hari Minggu.

Reboan. Yaitu pengajian umum setiap Rabu pagi setiap jam 8 sampai jam 10 yang dihadiri oleh ibu-ibu dari Kampung Cijambe dan sekitarnya. Pada mulanya, Reboan ini dilaksanakan disetiap Jum'at siang. Lalu, setelah ada usulan dari seorang jamaah yang bernama Hj. Rosyidah pengajian dipindahkan ke hari Rabu sehingga disebut Reboan.

Pengajian malam Jum'at di masjid Pasar Suuk, Cianjur. Pengajian ini dihadiri para ulama Cianjur dengan membahas kitab Fathul Mu'in dan lainya. Diprakarsai dan disupport oleh seorang teman akrab beliau saat di Cilaku, yaitu H. Zainuddin atau dikenal dengan Ustadz Didin. Lalu, dari pasar Suuk pengajian dipindahkan ke masjid di Syahbandar setelah masjid pasar Suuk dipugar menjadi komplek pertokoan.

Pengajian malam Selasa di Nanggeleng. Pengajian ini tidak lama karena baru dimulai lebih kurang dua tahun sebelum beliau wafat.

5. Karya-Karya
KH. Muhammad Al-Maghfur banyak meninggalkan karya tulis dalam berbagai disiplin ilmu keislaman seperti aqidah, tasawuf, fiqih, dan lainya. Di antara karya-karya tersebut adalah:

  1. Thariq al-Sa'adat fi al-Hayat wa Ba'da al-Mamat
  2. Raja' al-Najah fi Hifzh al-Shalah
  3. Tashil al-Thullab fi Tarhamah Mulhah al-'I'rab
  4. Nazhm Ma'na 'Aqidah al-'Awam
  5. Nazhm 'Uqud al-Lujain
  6. Nazhm Qishshah Maulid al-Nabiy
  7. Nazhm Tarjamah Maulid al-Barznaji (Nazhman)
  8. Nazhm Ma'na al-'Imrithi
  9. Nazhm Ma'na Alfiyah Ibn Malik
  10. Nazhm Sullam al-Taufiq
  11. Nazhm fi al-Istighfar
  12. Majmu'at al-Khuthab al-Jum'iyyah
  13. Manasik al-Hajj wa al-'Umrah
  14. Nazhm Sullam al-Munajah
  15. Nazhm Safinah al-Naja
  16. Nazhm Ma'na al-Burdah
  17. Nazhm Ma'na HIdayah al-Adzkiya
  18. Nazhm Bahjah al-Wasa'il
  19. Nazhm Qathr al-Ghaits
  20. Nazhm Tijan al-Darari
  21. Syarh Sullam al-Munauraq
  22. Mabhats fi al-Mawarits
  23. Nazhm Ma'na Nazhm al-Maqshud
  24. Nazhm fi Qishshah Ta'allumih
  25. Nazhm fi Qishsha al-Hajj

6. Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Muhammad Al-Maghfur dapat dilihat DI SINI.

7. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: Makhyaruddin, Deden Muhammad. al-Kitab al-Mastur fi al-Tarjamah al-Syaikh Muhammad Al-Maghfur. Bogor.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 12 januari 2021 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 25 April 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya