Biografi Prof. Dr. KH. Maghfur Usman, Ulama Internasional asal Cepu

 
Biografi Prof. Dr. KH. Maghfur Usman, Ulama Internasional asal Cepu
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru Beliau

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Pengajar di Ma'had Darul Ulum
3.2  Menjadi Dosen di Luar Negeri
3.3  Kiprah di Nahdlatul Ulama

4.    Karya-Karya
4.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Prof. Dr. KH. Maghfur Usman lahir pada tanggal 11 Januari 1944 M. di Cepu. Beliau merupakan putra dari KH. Usman ulama penyebar ajaran Islam di Cepu, Jawa Tengah dan sekitarnya.

1.2 Keluarga
Prof. Dr. KH. Maghfur Usman menikah dengan perempuan asal Malaysia, seorang pengusaha. Beliau memiliki delapan anak. Sebagian besar anak-anaknya ikut dengan ibunya (istri Kyai Maghfur). Di antara putra-putrinya ada yang belajar di Amerika Serikat, Malaysia dan Australia.

Tahun 2001, Prof. Dr. KH. Maghfur Usman hijrah ke Indonesia dan menjadi dosen Pascasarjana di Universitas Paramadina dan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Di Jakarta, KH. Maghfur tinggal bersama Bilal, putranya.

Setelah lulus dari Australia, Bilal tinggal bersama KH. Maghfur di Jatisempurna, Cibubur. Putranya ini telah menikah dengan seorang gadis dari Bekasi. Bilal dan istrinyalah yang mendampingi KH. Maghfur ketika di Jakarta. Tapi, di Jakarta ini, KH. Maghfur sering sakit-sakitan. Meski demikian, putra dan menantunya itulah yang selalu setia menemani dan merawat beliau.

1.3 Wafat
Prof. Dr. KH. Maghfur Usman wafat pada Hari Kamis, 17 Mei 2018 pukul 14.30 WIB. Jenazah beliau dimakamkan di Pemakaman Keluarga Jala'an, Padangan, Bojonegoro.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Pendidikan dasar Prof. Dr. KH. Maghfur Usman berawal di Madrasah Ibtidaiyyah Assalam, Cepu pada tahun 1955 M. Assalam merupakan sebuah Yayasan yang didirikan oleh keluarga besar Kyai Usman.

Yayasan tersebut terdiri dari Pondok Pesantren, Madrasah Ibtidaiyah, SMP dan SMA. Setelah lulus dari MI Assalam, Kyai Maghfur nyantri di TBS Kudus dari tahun 1956-1959 M. Tidak puas di Kudus, Kyai Maghfur nyantri lagi di Pesantren Bangilan, Tuban dari 1959-1960 M.

Setelah itu, Kyai Maghfur nyantri di Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, pesantren ayahnya Gus Mus dari tahun 1960-1964 M. Tidak berhenti di sini, perjalanan intelektualnya diteruskan dengan nyantri di Pesantren Al-Hamidiyah, Kudus dari tahun 1965-1968 M. Dari Pesantren Al-Hamidiyyah, Kyai Maghfur melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Agama Islam Jurusan Tarbiyah di Kudus, Jawa Tengah pada tahun 1964-1967 M.

Tidak puas belajar di Indonesia, Kyai Maghfur pergi ke Saudi Arabia untuk mengambil S1 Syariah, Fakultas Syariah Universitas Islam Madinah, Arab Saudi dan lulus tahun 1973 M. Setelah lulus S1, Kyai Maghfur melanjutkan studi S2 di Fakultas Syariah dan Kajian Islam Universitas King Abdul Aziz, Saudi Arabia dan lulus tahun 1978 M. Tidak berhenti di S2, Kyai Maghfur melanjutkan studi lagi S3 di Fakultas Syariah dan Kajian Islam Universitas Ummul Qura Makkah, Saudi Arabia.

2.2 Guru Beliau
KH. Bisri Mustofa

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Pengajar di Ma’had Darul Ulum Makkah
Dari latar belakang pendidikannya, Kyai Maghfur adalah ilmuwan yang mumpuni. Oleh sebab itu, tidak heran apabila keilmuannya sangat bermanfaat bagi banyak kalangan. Sejak di Saudi Arabia, beliau sudah menjadi pengajar di Ma’had Darul Ulum, Makkah pada tahun 1976-1984 M.

Dari sini beliau termasuk kyai senior yang belajar di Saudi Arabia. Ketika di sebuah perjalanan pulang ke Cepu untuk pengajian, Kyai Maghfur pernah bercerita begini kepada salah satu santrinya: “Dulu KH. Said Aqil Siroj (sekarang Ketum PBNU), kalau tidak paham ketika baca kitab, beliau sering tanya ke saya." Ini artinya, bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar di Ummul Qura, Kyai Maghfur adalah sosok senior yang dihormati. Tidak hanya KH. Said Aqil Siroj saja, tetapi almarhum KH. Ali Mustofa Ya’qub pun juga ikut menghormati.

3.2 Menjadi Dosen di Luar Negeri
Selepas lulus dari S3, KH. Maghfur tidak langsung pulang ke Indonesia. Konon alasannya adalah soal keamanan. Akhirnya, KH. Maghfur merantau ke Negeri jiran Malaysia dan menjadi dosen untuk S1 dan S2 di Institut Teknologi MARA (ITM) Selangor, Malaysia (1984-1987 M).

Setelah di Malaysia, KH. Maghfur pindah ke Brunei Darussalam. Di Brunei, KH. Maghfur tidak hanya menjadi dosen, tetapi juga pernah menjabat sebagai dekan di Universitas Brunei Darussalam (1987-2001 M).

Tidak hanya itu, KH. Maghfur juga pernah menjadi Koordinator Ujian Matrikulasi Studi Islam Cambridge University Inggris untuk Brunei Darussalam (1988-1996 M). Yang keren lagi, selama di Brunei, KH. Maghfur juga pernah menjadi Staf Ahli Menteri Pendidikan Brunei Darussalam (1992-1999 M). Dari perjalanan intelektual tersebut, tidak diragukan lagi bahwa KH. Maghfur adalah Kyai Besar, Kyai Internasional.

Di tahun 2005 bulan Februari, ketika Menteri Agama RI adalah Maftuh Basyuni, KH. Maghfur diangkat sebagai Staf Khusus Menteri Agama untuk urusan Timur Tengah.

3.3 Kiprah di Nahdlatul Ulama
Ketika konflik Sunni-Syiah berkecamuk, KH. Maghfur sering diutus untuk urusan konflik ini. Sampai-sampai KH. Maghfur menulis sebuah buku berjudul Nasy’ah Syiah. Di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Maghfur pernah menjadi Rais Syuriyah (2004-2010) dan menjadi Mustasyar (2010-2015).

Sejak hijrah di Indonesia mulai sekitar tahun 2003 M, KH. Maghfur sering diminta pulang ke Cepu, tempat kelahirannya. Sebulan sekali KH. Maghfur mengisi acara pengajian di Masjid Jami Cepu. Ceramah-ceramah dan pengajiannya tersebut telah dibukukan dengan judul Mari Menebar Ukhuwah diterbitkan oleh Yayasan Takmir Masjid Kota Cepu (2007). Setelah beberapa kali mengalami sakit dan operasi, kesehatan KH. Maghfur mulai menurun.

Aktivitas mengajarnya mulai berkurang. Akhirnya di tahun 2013, KH. Maghfur hijrah ke Cepu, kembali ke kota kelahirannya untuk mengurus Pondok Pesantren Assalam dan masyarakat sekitarnya.

Nah, ada lagi cerita lain yang menarik. Sewaktu KH. Said Aqil Siroj menjabat ketua umum PBNU periode pertama, KH. Maghfur Usman dihubungi KH. Said dan diminta berkenan masuk dalam struktur Mustasyar PBNU (2010-2015).

Jawaban KH. Maghfur Usman waktu itu adalah, ‘’Aku iku wis tuwo, Id,’’ katanya hendak menolak dengan halus. Namun KH. Said tetap meminta agar KH. Maghfur tetap berkenan masuk di struktur Mustasyar PBNU.

Lalu KH. Maghfur mengatakan, "Mustasyar iku gaweane opo. Nek ora usah mergawe entuk maido, yo ora popo," kisahnya menjawab KH. Said sembari bercanda. "Ya, kira-kira seperti itu, kyai," jawab KH. Said. "Lha, nek entuk maido ora usah mergawo, yo, gelem, Aku," candanya lagi menjawab KH. Said.

Di NU, KH. Maghfur Usman tidak sekadar masuk dalam struktur PBNU saja. Melainkan sejak muda beliau memang telah aktif, khususnya di Gerakan Pemuda Ansor semasa masih di Kudus.

4. Karya-Karya
Sebagai akademisi, Prof. Dr. KH. Maghfur Usman adalah sosok yang produktif dalam menulis dan banyak juga menulis buku. Karya-karya beliau di antaranya adalah:

  1. Memberikan kata pengantar buku Tradisi Orang-orang NU karya H Munawwir Abdul Fattah, Yogyakarta: Pustaka Pesantren (2006)
  2. Aafaatul Lisaan (Penyakit Lidah) (2005)
  3. Aqidah Imam Syafi’i (2002)
  4. Konsep Asas Dalam Pentadbiran Islam (2000)
  5. Menyoroti Metodologi Pengajaran Membaca Al-Qur’an  (1999).
  6. Perekonomian dalam Islam (1999)
  7. Pemerintahan dalam Islam (1998)
  8. Menilai Kembali Karya Sastera Islam di Nusantara (1997)
  9. Kitab-Kitab dalam Bahasa Arab yang Ditulis oleh Ulama Nusantara (1995)
  10. Konsep Kesultanan dalam Fiqih Mazhab Syafi’i (1994)
  11. An-Nubuwwah wa Ar-Risalah fi Al-Islam (1994)
  12. Manajemen Pesantren (1993)
  13. Masa Depan Islam di Brunei Darussalam (1992)
  14. Pelaksanaan Zakat di Brunei Darussalam (1989)
  15. Pendidikan Islam di ITM (1985)
  16. Al-Imam an-Nawawi wa Atsaruhu fi Al-Fiqh (Tesis S1, 1973) 17. An-Nubuwwah wa Ar-Risalah fi Al-Islam (Tesis S2, 1978)
  17. At-Tabsyir wa Atsaruhu fi Indunisiya fi Al-Qarn Al-Rabi’ ‘Asyar Al-Hijri (Disertasi, 1984).

Prof. Dr. KH. Maghfur Usman tidak hanya sosok kiai NU Indonesia, tetapi juga intelektual Muslim Indonesia yang mendedikasikan dirinya di negara Malaysia dan Brunei Darussalam. Kiprah intelektualnya sudah jelas bertaraf internasional.

5. Referensi
NU Online

Artikel ini sebelumnya dieditt pada tanggal 11 Januari 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 11 Januari 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya