Kisah Abah Tabib Mengkarantina Diri di Tepi Sungai

 
Kisah Abah Tabib Mengkarantina Diri di Tepi Sungai

LADUNI.ID, Jakarta - Konon, lelaki di foto itu bernama H. Abdellah El Mabrul, 42 tahun. Anggota Banser dan warga Dusun Ngaran, Desa Mlese, Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, itu sejak 2011 tinggal di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau. Bekerja sebagai tabib, dan karenanya warga Pangkalan Kelinci menyapanya sebagai Abah Tabib.

Tersebab lebaran tahun lalu ia tak mudik ke Klaten, 26 April silam, di tengah wabah Covid-19, ia nekad pulang ke kampungnya -- tempat isteri dan ke empat anaknya mukim. Dan tentu saja kehadirannya di Ngaran mengharuskan dia menjalani isolasi alias karantina, selama 14 hari. Memastikan dia tak menularkan wabah mematikan itu.

Dan, alih-alih memilih tempat lain yang lebih nyaman, si Abah malah memilih tepi Sungai Kecu, tak jauh dari dusunnya, sebagai tempat karantina. Sungai itu sendiri, khususnya di ruas ia mendirikan tenda karantinanya, dikenal angker. Selain berhadapan dengan pemakaman umum, dulu, kala bencana 1965 menerpa, tempat itu menjadi ajang pembantaian mereka yang diduga sebagai anggota PKI.

Menariknya lagi, selain beribadah, Mabrul mengisi karantinanya dengan membersihkan dan merapikan Sungai Kecu -- khususnya di kelokan tempat ia menjalani karantinanya. Bahkan, ia membangun sebuah jembatan bambu di sana.

"Saya berharap, tempat ini menjadi tempat wisata," kata dia, kala menerima kunjungan anak dan isterinya. Secara berkala, si Abah memang dibesuk keluarganya. Karenanya, ia juga kerap menganakan APD lengkap sebagaimana lazimnya.

"Saya memilih seperti ini, termasuk mengkarantina diri di tempat ini, karena menyayangi anak dan keluarga saya," kata dia. "Saya tak ingin mereka dikucilkan karena disangka tertular Corona dari saya," tambah Abah Tabib.

(Maman Gantra)


Sumber foto dan teks: PC Ansor Bungo, Muarabungo, Jambi dan Channel Kota Solo. #BanserMelawanCorona  #AnsorMelawanCorona