Kisah Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Menyesal Saat Keinginannya Dikabulkan

 
Kisah Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Menyesal Saat Keinginannya Dikabulkan

LADUNI.ID, Jakarta - Suatu malam di bulan ramadhan, Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki sangat sibuk dengan banyak hal, sehingga beliau baru siap untuk beristirahat pada pukul dua dini hari.

Ketika bersiap untuk beristirahat, tiba-tiba Abuya berkata sambil tersenyum: “Andai saja ada nasi biryani yang masih panas.”

Seorang santri yang selalu khidmah saat itu tertawa kecil karena menganggap kata-kata Abuya itu hanya sebuah candaan, tetapi sepertinya Abuya memang sedang membayangkan nasi biryani, mungkin kesibukan beliau sejak selesai tarawih tadi membuat beliau merasa lapar lebih cepat.

Beberapa saat kemudian terdengar suara bel pintu gerbang berbunyi, para santri terkejut karena ada tamu di tengah malam begini.

Tidak lama kemudian penjaga pintu gerbang datang memberi tahu bahwa ada seseorang yang ingin bertemu Abuya, saya lupa siapa orang tersebut, yang pasti dia orang Makkah, murid Abuya. Dengan perasaan aneh Abuya mengizinkan tamu itu masuk.

Tamu itupun masuk membawa nampan besar yang tertutup rapat, nampan itu langsung diletakkan didepan Abuya yang sedang duduk di kursi.

Setelah basa-basi sebentar, tamu tersebut pamit untuk pulang. Suasana masih sedikit tegang karena para santri merasa tidak wajar seorang murid Abuya berani menemui beliau di tengah malam hanya untuk memberikan makanan.

Kemudian Abuya menyuruh seorang dari para santri untuk membuka nampan besar tersebut, ternyata isinya adalah nasi biryani yang masih panas. Para santri semuanya tersenyum dan tiba-tiba sadar bahwa beberapa menit menit yang lalu Abuya menginginkan nasi biryani.

Namun tiba-tiba Abuya beristighfar berulang – ulang dan wajah beliau nampak sangat sedih. Beliau kemudian berkata: “Andai saja tadi aku menginginkan ampunan Allah saja, andai saja tadi aku tidak menginginkan nasi biryani.”

Abuya merasa Allah SWT mengabulkan keinginan beliau, maka beliau sangat menyesal karena keinginan itu adalah kenikmatan dunia, yaitu nasi biryani. Dengan wajah sedih dan penuh penyesalan Abuya berulang-ulang berkata: “Kenapa tadi aku tidak menginginkan ampunan Allah saja.”

Penyesalan itu membuat Abuya menjadi tidak selera makan, beliau nampak sedih seperti kehilangan sesuatu yang amat berharga. Akhirnya Abuya menyuruh para santri agar membawa keluar nasi biryani itu untuk dimakan para santri.

Begitulah sosok Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki. Rasa taqwanya sungguh luar biasa, begitu dekat dengan Allah dan penuh kasih sayang kepada para santrinya.

(Mukhlis)