Biografi Nyai Hj. Ida Fatimah Zaenal, M.Si.

 
Biografi Nyai Hj. Ida Fatimah Zaenal, M.Si.
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi Nyai Hj. Ida Fatimah Zaenal, M.Si.

  1. Kelahiran
  2. Keluarga
  3. Pendidikan
  4. Peranan di Nahdlatul Ulama (NU)
  5. Teladan

 

Kelahiran

Nyai Hj. Ida Fatimah Zaenal, M.Si. atau yang biasa dipanggil dengan Bu Ida lahir pada 4 Agustus 1952 di Kanggotan, Bantul, Yogyakarta. Beliau merupakan putri dari pasangan KH. Abdurrohman sosok Kiyai yang aktif di Mabarot, dengan Ibu, Hj. Aisyah, sosok Nyai yang aktif di Muslimat NU.

Keluarga

Nyai Hj. Ida Fatimah Zaenal, M.Si menikah dengan KH. Zainal Abidin Munawwir, putra ke-9 dari KH. Munawwir dengan Ny. Hj. Khadijah.

Buah dari pernikahan tersebut, beliau dikaruniai 2 putra dan 1 putri, yaitu Muhammad Munawwir (Gus Mamad), Khoiruzzad (Gus Izad) dan Khumairo’ (Ning Elok).

Pendidikan

Nyai Hj. Ida Fatimah Zaenal, M.Si memulai pendidikannya dengan belajar di Pondok Pesantren Krapyak komplek Nurussalam yang diasuh oleh Mbah KH. Dalhar. Selepas dari komplek Nurussalam, beliau singgah di Pondok Pesantren Pandanaran yang terletak di jalan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta.

Sejak saat itu, beliau banyak berkiprah di berbagai organisasi di Yogyakarta. Beliau dikenal sebagai anak yang aktif, ulet, mumpuni dan sangat inspiratif.

Peranan di Nahdlatul Ulama (NU)

Kiprah Nyai Hj. Ida Fatimah Zaenal, M.Si. dalam berorganisasi, dimulai dari duduk di bangku SMA, antara lain dengan menjadi ketua IPPNU Komisariat Khadijah (kelas I) dan menjadi ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) ketika duduk di kelas II.

Setelah lulus dari bangku SMA, beliau melanjutkan belajar di Yogyakarta. Dan di sinilah beliau banyak berkiprah di dalam berbagai organisasi.

Seiring berjalannya waktu, beliau bertemu dengan jodohnya. Nyai Hj. Ida Fatimah Zaenal, M.Si. menikah dengan KH. Zainal Abidin Munawwir, putra ke-9 dari KH. Munawwir dan Ny. Hj. Khadijah (Keanggotan,Bantul,Yogyakarta). Sejak saat itu, beliau memiliki tanggung baru sebagai seorang istri.

Tentu ini merupakan tanggung jawab yang berat. Karena itu, Nyai Ida berniat berhenti dari dunia organisasi dan berniat untuk istiqamah menjadi ibu rumah tangga. Beliau juga ingin mengaji dan mengajar di Pondok. Tapi, rupanya keinginan beliau tak disetujui sang suami. KH. Zainal Abidin Munawwir. Suaminya sangat memahami kualitas dan kemampuan istrinya itu. Oleh karena itu, KH. Zainal Abidin Munawwir memintanya untuk berkiprah lagi di organisasi dan masyarakat, serta mengisi pengajian ke pelosok-pelosok Yogyakarta.  

Sepak terjang Bu Nyai Ida di dalam banyak organisasi bisa dianggap sukses. Beliau sempat juga terpilih sebagai ketua Muslimat cabang Bantul. Saat terpilih, Bu Nyai Ida masih menjadi wakil Muslimat NU Provinsi Yogyakarta. Sebelumnya, sepak terjang Bu Nyai Ida sebagai ketua Muslimat NU cabang Bantul tercium oleh para tokoh di PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Mereka kemudian “meminang” Bu Nyai Ida untuk masuk dalam organisasi tersebut.

Di organisasi ini keberhasilan Bu Nyai Ida semakin melejit. Hal itu terbukti dengan terpilihnya beliau menjadi anggota DPRD Bantul. Bahkan bisa terpilih untuk dua periode. Keberhasilan tersebut tidaklah diraih dengan mudah. Semua itu tidak lepas dari komitmennya yang kuat dan tidak mudah menyerah dalam berproses. Selain itu, dukungan orang-orang yang berada di sekelilingnya, terutama keluarga, sangat berarti bagi pengembangan karyanya. Baginya, keluarga adalah motivator terbesar untuk melecutkan semangat dalam belajar dan berkarya.

Teladan

Pengalaman Nyai Hj. Ida Fatimah Zaenal, M.Si. sebagai seorang pemimpin, telah memberinya banyak makna dan nilai-nilai kehidupan. Beliau berpendapat, jika ada seorang perempuan yang tulus masuk dan berkiprah dalam kepemimpinan atau suatu organisasi, Insyaallah akan membawa kepada kebaikan, asal kepribadian dan pola pikirnya masih benar-benar feminis dan religius. Kerjasama dan sikap kolektif juga harus dilestarikan, karena tidak semua hal bisa diselesaikan oleh hanya laki-laki atau hanya perempuan saja. Keduanya harus saling melengkapi. Tanpa kerjasama yang baik, kepemimpinan tidak akan berjalan efektif.

Sebagai sosok yang hidup di lingkungan pesantren, tepatnya Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, tentu Bu Nyai Ida sangat mengetahui bahwa pesantren merupakan wadah pelayanan yang sangat efektif dalam bidang pendidikan. Pesantren harus selalu menonjolkan ciri khas pesantren itu sendiri, yang notabene menyampaikan risalah Rasulullah SAW. Apalagi pesantren adalah satu-satunya wadah yang masih murni dalam menyampaikan ilmu-ilmu agama sebagai sumber yang utama. []


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 19 September 2020, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 04 Agustus 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya