Biografi KH. Syaerozie Abdurrohim

 
Biografi KH. Syaerozie Abdurrohim
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi KH. Syaerozie Abdurrahim

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Keluarga
  4. Pendidikan
  5. Karier di Organisasi
  6. Karomah
  7. Karya-Karya
  8. Chart Silsilah Sanad

 

Kelahiran
KH. Syaerozie Abdurrohim atau yang kerap disapa dengan panggilan KH. Syaerozie lahir pada tanggal 05 Dzulhijjah 1353 H atau bertepatan pada tanggal 10 Maret 1935 M. di Desa Kalisapu, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Beliau merupakan putra dua dari delapan saudara, dari pasangan KH. Abdurrahim, seorang ulama kharismatik yang juga pengasuh sebuah pesantren di Desa Kepuh, Kecamatan Palimanan, dengan Nyai. Hj. Khairiyyah, seorang perempuan penyabar yang selain berprofesi sebagai ibu rumah tangga, juga aktif mendampingi suaminya dalam mendidik para santri.

Wafat
KH. Syaerozie wafat pada hari Rabu 12 Juli 2000 M atau bertepatan pada 10 Rabi’ul Akhir 1421 H di Babakan, Ciwaringin, Cirebon.

Keluarga
KH. Syaerozie dinikahkan dengan salah satu putri gurunya, KH. Abdul Hannan yang bernama Nyai Tasmi’ah. Kemudian, bersama istrinya, beliau membangun keluarga yang sangat sederhana dan dikaruniai tujuh orang anak, dua orang perempuan dan lima laki-laki. Di desa Babakan kecamatan Ciwaringin kabupaten Cirebon ini pula, bersama istrinya, KH. Syaerozie merintis sebuah lembaga pendidikan bernama Pondok Pesantren As-Salafie.

Pendidikan
Pada masa kecil, KH. Syaerozie hidup di bawah pengawasan kedua orang tuanya. Di sini, beliau mulai belajar agama dan didik untuk menjadi anak yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip Akhlaqul Karimah (budi pekerti).

Kakeknya adalah KH. Junaid, seorang ulama sufi pengamal Thoriqoh Syathariyah sekaligus pendiri Pondok Pesantren Kedung Dempul di Desa Kepuh, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon. Kiyai Junaid juga di kenal sebagai seorang ulama yang produktif  berkarya. Setidaknya, terdapat lima karya tulis yang dihasilkan oleh KH. Junaid. Tulisan-tulisannya mencakup bidang Ilmu Fiqih, Tajwid dan Tafsir.

Kiyai Syaerozie sejak kecil hidup bersama kedua orang tuanya di tempat kelahirannya. Hingga menginjak usia 3 tahun, beliau pindah ke Desa Kepuh. Perpindahan ini seiring dengan tuntutan kedua orang tuanya yang harus meneruskan aktivitas KH. Junaid (Kakek KH. Syaerozie) sebagai seorang pengasuh pesantren yang dirintis.

Pada masa kecil Kiyai Syaerozie terlihat lebih menonjol daripada teman-teman seusianya. Ini dilihat dari berbagai hal, di antaranya adalah dari sikapnya yang supel dalam bergaul, semangat yang tinggi dalam menjalankan riyadhoh puasa sejak usia 7 tahun, kemampuan yang lihai dalam memainkan seni rebana dan kemampuannya menguasai kitab-kitab kuning, yang dalam tradisi pesantren cukup berat bagi kalangan anak-anak usia remaja, seperti Kitab Al-Ajjurumiyah dan Safinatun Najah

Mula-mula, Kiyai Syaerozie dididik belajar membaca Al-Qur’an. Kemudian belajar ilmu-ilmu keislaman, seperti fiqih dan gramatikal arab (Nahwu Shorof). Beliau belajar kitab-kitab kuning seperti Safinatun Najah, Fathul Qarib, Al-Amrithy, Al-Ajurumiyah dan Al-Fiyah Ibnu Malik di bawah bimbingan ayahnya.

Di antara kawan-kawannya yang belajar pada KH. Abdurrahim, beliau dapat di bilang sebagai anak yang paling cerdas, sebab, pada usia 14 tahun, beliau sudah mampu menghafal Nadhom Alfiyah. Ini prestasi yang tidak pernah diraih oleh kawan-kawan seangkatannya ketika belajar pada KH. Abdurrahim. Pada usia itu pula, Kiyai Syaerozie sudah mampu memberikan pengajaran kitab-kitab kuning kepada kawan-kawan seusianya.

Di samping belajar agama, beliau juga mengikuti pendidikan sekolah rakyat (SR) di bawah kepala sekolah Bapak Nadriyah. Namun, di sekolah ini, tampaknya Syaerozie kurang mendapatkan dukungan dari orang tuanya. Ayahnya yang ketat dalam mengawasi pendidikan anaknya kurang begitu antusias terhadap keinginan anaknya untuk mengikuti sekolah SR. Hanya saja, dengan kemampuan melobi ayahnya, Kiyai Syaerozie akhirnya mampu menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat hingga tamat.

Kemudian, Kiyai Syaerozie melanjutkan studinya ke Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon di bawah asuhan KH. Amin Sepuh, KH. Sanusi dan KH. Abdul Hannan. Di pesantren ini, beliau mempelajari kitab-kitab kuning yang belum pernah dipelajari dari ayahnya.

Belum puas mendalami ilmu-ilmu Islam, Kiyai Syaerozie kemudian melanjutkan studinya ke Pondok Pesantren Lasem Rembang Jawa Tengah di bawah asuhan Syaikh Masduqi. Dengan kegemaran membaca, wawasan keilmuan Syaerozie tampak sangat berkembang. Beliau mampu menggubah teks narasi Kitab Mughni Labib ke dalam bentuk syair. Kemampuan dalam Ilmu Balaghoh inilah membuatnya selalu di puji oleh gurunya.

Berkat kegigihannya dalam mengarungi ilmu-ilmu Islam sewaktu belajar pada ayahnya dan guru-gurunya di Pondok Pesantren Babakan, ketika Kiyai Syaerozie di Pesantren Lasem Rembang Jawa Tengah, beliau sudah dianggap sebagai sosok santri yang telah menguasai ilmu gramatikal arab (Nahwu-Shorof), Kaidah Fiqih, Ushul Fiqih dan Balaghoh.

Karena itu, dalam jeda waktu yang tidak lama, Kiyai Syaerozie sudah diberi kesempatan oleh Syaikh Masduqi untuk mengabdi pada pesantren dengan cara menjadikannya sebagai pengurus pondok. Beliau juga diberi kesempatan untuk mengajar sejumlah santri. Di pesantren ini, hasrat untuk menguasai sumber rujukan penting yang selalu dipakai oleh kalangan pesantren dalam bidang tafsir, yakni Kitab Tafsir Jalalain mulai tumbuh dalam diri Kiyai Syaerozie. Beliau dengan tekun mempelajari sekaligus menghafalkannya.

Kondisi ini pula yang mendorong Kiyai Syaerozie untuk melanjutkan studinya ke Pesantren Sarang Rembang. Konon, keinginan Kiyai Syaerozie melanjutkan studi nya ke Pondok Pesantren Sarang Rembang di bawah asuhan KH. Imam Kholil dan KH. Zubair Dahlan, adalah karena beliau telah mendengar bahwa di pondok pesantren tersebut telah dibuka pengajian Kitab Tafsir Jalalin yang di pandu oleh KH. Zubair Dahlan.

Kiyai Syaerozie sangat mengagumi sistem dan metode pengajaran yang diterapkan oleh KH. Zubair. Baginya, metode tersebut sangat cocok dan sesuai dengan harapannya untuk menguasai Kitab Tafsir Jalalain karya Jalaluddin Al Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi.

Selain itu, lingkungan Pesantren Sarang Rembang yang menerapkan pola hubungan terbuka antara santri dan masyarakat sekitar membuat Kiyai Syaerozie tidak hanya mendapatkan pengalaman intelektual belaka, melainkan juga pengalaman berinteraksi dengan masyarakat. Di sini, beliau dididik bergaul secara langsung dengan masyarakat.

Karakternya yang supel dan gemar membantu tanpa pamrih membuat Kiyai Syaerozie mendapatkan tempat tersendiri di tengah masyarakat Sarang. Mereka menganggap Kiyai Syaerozie sebagai guru, sebagai pengayom dan sekaligus sebagai mediator antara para santri dan masyarakat.

Dari sudut mata rantai keilmuan yang di tempuh oleh KH. Syaerozie setidaknya ada dua jalur yang di tempuhnya yakni jalur Lasem dan jalur Sarang. Melalui jalur Lasem, KH. Syaerozie berguru pada Syaikh Masduqi Lasem yang mempunyai guru bernama Syaikh Umar bin Hamdan Al-Makky.                 

Syaikh Umar bin Hamdan adalah murid dari Sayyid Abu Bakar Syattha. Sedangkan Sayyid Abu Bakar Syattha mempunyai guru bernama Sayyid Ahmad Zaini Dahlan murid Syaikh Utsman Hasan Ad-Dimyathi yang merupakan murid dari Syaikh Abdullah Khajazi As-Syarqowi. Syaikh Abdullah Khajazi mempunyai guru bernama Syaikh Muhammad Salim Al-Khafani.

Syaikh Al-Khafani mempunyai guru bernama Syaikh Muhammad bin Muhammad Ad-Diry murid Syaikh Syibromilisi yang belajar pada Syaikh Ali Khalabi. Sedangkan Syaikh Ali Khalabi adalah murid dari Syaikh Ali Az-Ziyadi. Dan Syaikh Az-Ziyadi adalah murid dari Syaikh Yusuf Al-Aramiyuni yang berguru pada Syaikh Jalaluddin As-Suyuthi yang menyambungkan keilmuannya dari seorang mufassir bernama Syaikh Jalaluddin Al-Mahalli.

Sedangkan mata rantai keilmuan dari jalur Sarang sebagai berikut: KH. Syaerozie berguru pada Kiyai Imam Kholil dan Kiyai Zubair Dahlan. Pengasuh pondok Sarang ini berguru pada Kiyai Faqih, Maskumambang, yang menjadi muridnya Syaikh Umar ibnu Hamdan Al-Makky, kemudian ke atasnya sama seperti jalur keilmuan dari Lasem.

Setelah tamat pendidikan di Sarang, Kiyai Syaerozie tidak kembali ke kampung halamannya. Beliau kembali mengais ilmu ke Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, dengan tujuan tabarrukan (ngalap berkah) sebagaimana dikenal dalam tradisi pesantren.

Karier di Organisasi
Selain menghabiskan waktunya untuk mendidik santri di pesantren dan ceramah di berbagai daerah, KH. Syaerozie juga dikenal aktif berorganisasi. Beliau aktif di organisasi Nahdlatul Ulama (NU), Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), Majlis Ulama Indoensia (MUI) dan organisasi lokal Jam’iyah Istoghotsah pesantren Babakan.

Di Nahdlatul Ulama, kendatipun tidak pernah menempati pada jabatan strategis di tingkat pusat, namun perannya di organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia ini cukup besar. Beliau selalu menjadi tim perumus komisi Bahtsul Masa’il pada setiap muktamar NU. Bahkan, beliau sempat menjadi ketua tim perumus saat muktamar NU di Situbondo.

Sedangkan pengalaman di NU tingkat cabang, beliau pernah duduk di salah satu jajaran pengurus Tanfidziyah. Beliau juga pernah diposisikan sebagai salah satu Rais Syuriah NU kabupaten Cirebon dan propinsi Jawa Barat.  Selain di NU, KH. Syaerozie juga aktif di MUI (Majlis Ulama Indonesia) kabupaten Cirebon selama dua periode, beliau menjabat sebagai wakil ketua.

Sedangkan di Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), sebuah organisasi yang menaungi seluruh pesantren afiliasi NU, KH. Syaerozie pernah menjadi salah satu jajaran sekretaris pengurus pusat. Pada periode selanjutnya, beliau Kiyai Syaerozie sebagai salah satu jajaran ketua pegurus pusat RMI. Dan periode terakhir, beliau menjadi salah satu jajaran Musytasyar di tingkat pengurus pusat.

Adapun pengalaman di organisasi lokal, yakni di Jam’iyah Istighotsah pondok pesantren Babakan kecamatan Ciwaringin Cirebon, selain sebagai salah satu pendiri, beliau juga pernah menjadi salah satu jajaran penasehat.

Karomah
Banyak sekali karomah KH. Syaerozie Abdurrohim yang pernah disaksikan oleh para santri dan orang-orang yang dekat dengannya. Di antara keistimewaan beliau adalah sikapnya yang sangat penyabar, tahan uji, tekun dan tulus ketika beramal. Selalu berpesan kepada siapapun agar mengucapkan "fa insya Allah" ketika berjanji atau akan mengerjakan suatu kegiatan. 

Dikisahkan bahwa setelah sekian lama belajar di pesantren Babakan, KH. Syaerozie mendapat isyarat (petunjuk) melalui mimpi agar pergi ke Lasem Jawa Tengah, tepatnya di pesantren Al Islah yang diasuh oleh Syekh Masduqi.

Pada saat yang sama, konon Syaikh Maduqi Lasem juga bermimpi kedatangan seorang santri yang ciri-cirinya ada pada diri KH. Syaerozie Abdurrohim. Bisa disimpulkan bahwa antara guru dan murid sudah ada kontak batin, keduanya mempunyai petunjuk yang sama, walaupun saat itu belum bertemu secara fisik. 

Kemudian ketika telah selesai nyantri di Lasem dan Sarang Rembang Jawa Tengah, beliau kembali ke Pesantren Babakan Ciwaringin untuk tabarrukan (ngalap berkah). Dikisahkan bahwa sebelum KH. Syaerozie diambil menantu oleh KH. Abdul Hannan yang merupakan salah seorang pengasuh pondok pesantren Babakan Ciwaringin, ada sebuah isyarat (petunjuk) yang dirasakan oleh calon mertuanya tersebut.

Pada suatu malam, KH. Abdul Hannan berkeliling melihat-lihat kamar para santri yang sedang istirahat (tidur), beliau melihat di dalam salah satu kamar ada cahaya yang terpancar dari wajah salah seorang santri.

Karena malam yang sangat gelap, Kiyai Abdul Hannan hanya menandai kain sarung santri tersebut dengan memberi ikatan pada ujungnya. Kemudian pada keesokan harinya beliau menanyakan kepada para santrinya tentang siapa yang saat bangun tidur ujung sarungnya terdapat ikatan, ternyata santri tersebut adalah Al-Maghfurlah KH. Syaerozie Abdurrohim.

***

Jasad KH. Syaerozie Abdurrohim masih utuh walaupun sudah dikubur selama kurang lebih 3 (tiga) tahun. Hal ini terkuak ketika istri beliau, Ny. Hj. Tasmi’ah Abdul Hannan wafat pada tahun 2003 (tiga tahun setelah wafatnya KH. Syaerozie), sang istri akan dikuburkan tepat di sebelah pusara suaminya.

Pada saat liang lahat digali, tanpa sengaja terbukalah liang lahat makam KH. Syaerozie dan terlihat jelas jasad beliau utuh terbungkus kain kafan dan mengeluarkan bau yang sangat harum. Kejadian ini disaksikan oleh banyak orang, baik masyarakat, santri maupun alumni. Di antara orang yang menyaksikan adalah KH. Fathulloh Sholihin (Kiyai Babakan), Ustadz Muhammad Fihri (santri asal Palimanan), Muhammad Firdaus (santri asal Warujaya) dan para penggali kubur.

Karya-Karya
Selain aktif mendidik masyarakat melalui lembaga pendidikan pondok pesantren putra putri As- Salafie yang didirikannya, atau melalui ceramah-ceramah agama di berbagai daerah di tanah air, beliau juga dikenal dengan sosok Kiyai yang produktif menulis.

Tidak tanggung-tanggung, seluruh karya tulisnya menggunakan bahasa Arab. Padahal secara pendidikan, beliau tidak pernah mengenyam pendidikan di negara Arab manapun, di antara karyanya adalah Kitab Bad’ul Adib berupa nadhom dari Kitab Mughni Labib (ilmu gramatika Bahasa Arab), Kitab Syarh Al-Luma’ (ilmu ushul fikih), Khulashoh fi Ilmil Mushtolah (Ilmu Hadis), Abyat As-Salaf (gubahan syair), Rasa’il fi Adab Az-Ziyaroh (Tentang Ziaroh Kubur), dan lain-lain.

Masih banyak warisan ilmu dan amal beliau yang menjadi inspirasi para santri. Beliau adalah panutan yang tak pernah lekang oleh waktu. Karya-karyanya akan tetap abadi meski jasad beliau telah tiada.

Demikian sekelumit biografi Al-Maghfurlah KH. Syaerozie Abdurrohim, muassis pondok pesantren putra putri As-Salafie Babakan Ciwaringin Cirebon. Kiprah beliau dalam bidang pendidikan dan perhatiannya terhadap umat sangat luar biasa. Kiyai Syaerozi adalah salah seorang ulama yang mampu mensinergikan ilmu dan amal, syariat dan hakikat serta kemaslahatan dunia dan akhirat.  

Ila Ruhi Al-Maghfurlah KH. Syaerozi Abdurrohim dan Nyai. Hj. Tasmi’ah Abdul Hannan, Al-Fatihah. []

Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Syaerozie Abdurrohim dapat dilihat di sini.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 29 Oktober 2021, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 12 Juli 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya