Pentingnya Adab, Kisah Inspiratif di Zaman Syekh Abdul Qadir Jailani

 
Pentingnya Adab, Kisah Inspiratif di Zaman Syekh Abdul Qadir Jailani

LADUNI.ID, Jakarta - Ada seorang yang busuk hatinya ingin memfitnah Syekh Abdul Qadir. Ia berupaya mencari jalan untuk memfitnahnya. Ia kemudian membuat lubang di dinding rumah Syekh Abdul Qadir dan mengintipnya.

Kebetulan, ketika ia mengintip Syekh Abdul Qadir, orang itu melihat Syekh Abdul Qadir sedang makan dengan muridnya.

Syekh Abdul Qadir suka makan ayam dan setiap kali Syeikh makan ayam dan makanan yang lain, syeikh akan makan separuh saja. Sementara lebihan makanan tersebut akan diberikan kepada muridnya.

Maka, orang yang busuk hatinya tadi itu pergi menemui bapak murid Syekh Abdul Qadir.

“Bapak punya anak yang namanya ini?,” tanya orang itu.

Jawab si bapak: “ya ada.”

“Apa benar anak bapak belajar kepada Syekh Abdul Qadir?”

Jawab si bapak: “ya.”

“Bapak tahu? Anak bapak diperlakukan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani seperti seorang hamba sahaya dan kucing saja. Syekh Abdul Qadir beri lebihan sisa makanan pada anak bapak.”

Mendengar hal itu, si bapak tidak puas hati lalu ke rumah Syekh Abdul Qadir.

“Wahai tuan syeikh, saya menghantar anak saya kepada tuan syeikh bukan untuk jadi pembantu atau dilakukan seperti kucing. Saya hantar kepada tuan syeikh, supaya anak saya jadi alim ulama,” kata si bapak.

Syekh Abdul Qadir hanya jawab ringkas saja, “Kalau begitu ambil lah anakmu...”

Maka si bapak tadi mengambil anaknya untuk pulang.

Ketika ke luar dari rumah syekh menuju jalan pulang, bapak tadi bertanya pada anaknya beberapa hal mengenai ilmu hukum syariat. Ternyata, ke semua soalannya dijawab dengan benar.

Si bapak itu tadi pun berubah fikiran. Dan mengembalikan anaknya kepada tuan Syekh Abdul Qadir.

“Wahai tuan syeikh terima lah anak saya untuk belajar pada tuan kembali. Tuan didik lah anak saya. Ternyata anak saya bukan seorang pembantu dan juga diperlakukan seperti kucing. Saya melihat ilmu anak saya sangat luar biasa bila bersamamu.”

Maka tuan Syeikh Abdul Qadir menjawab, “Bukan aku tidak mau menerimanya kembali, tapi Allah sudah menutup pintu hatinya untuk menerima ilmu. Allah sudah menutup futuh-nya untuk mendapat ilmu, disebabkan seorang ayah yang tidak beradab kepada guru, maka anak yang menjadi korban.”

Begitulah adab dalam menuntut ilmu. Anak, Ibu, ayah dan siapa pun perlu menjaga adab kepada guru. Betapa pentingnya adab dalam kehidupan seharian kita.

Kisah di atas menceritakan seorang ayah yang tiada adab pada guru. Bagaimana kalau diri sendiri yang tiada adab, memaki dan mengaibkan gurunya.

Kata ulama: “satu perasangka buruk saja kepada gurumu, maka Allah haramkan seluruh keberkahan yang ada pada seorang guru kepadamu”.

Semoga Allah jadikan kita orang yang beradab kepada makhluknya, terlebih lagi kepada guru yang mengajarkan ilmu kepada kita. Aamiin…

اللهم صل على سيدنامحمد وعلى آل سيدنا محمد