Ibadah Qurban Itu Butuh Ketulusan

 
Ibadah Qurban Itu Butuh Ketulusan
Sumber Gambar: istockphoto, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Qurban berasal dari bahasa Arab, yakni “Qurban” yang berarti dekat (قربان). Jadi qurban mengandung makna tersirat kedekatan diri yang agung kepada Allah. Apa yang dilakukan terkait dengan ibadah qurban ini merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah, pendekatan yang sungguh besar dan mulia.

Allah SWT telah mensyariatkan qurban dalam Surat Al-Kautsar ayat 1-3;

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ. اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ.

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu, dan sembelihlah hewan qurban. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (tak berketurunan).” 

Di dalam ayat ini dijelaskan tentang menyembelih hewan qurban dan mensyukuri nikmat Allah. Dengan demikian ibadah qurban identik dengan bentuk syukur kita kepada Allah SWT.

Prof. Quraish Shihab memberikan penjelasan bahwa kisah qurban ini pertama kali terjadi pada zaman Nabi Adam, yaitu kedua anak Nabi Adam Qobil dan Habil masing-masing mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Anak yang satu mempersembahkan sesuatu dengan tulus maka diterima oleh Allah, sedangkan yang satunya lagi berat dan tidak tulus sehingga tidak diterima oleh Allah SWT. Penjelasan ini sebagaimana terdapat di dalam Surat Al-Maidah ayat 27;

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ.

Artinya: "Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) sebagaimana yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan 'qurban', maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): Aku pasti membunuhmu! Berkata Habil: Sesungguhnya Allah hanya menerima ('qurban') dari orang-orang yang bertakwa."

Menurut Prof. Quraish Shihab, syarat ibadah qurban yang diterima oleh Allah SWT adalah adanya ketulusan. Sebagaimana dijelaskan dengan tegas di dalam Al-Quran Surat Al-Hajj ayat 37;

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ.

Artinya: "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kalian, supaya kalian mengagungkan Allah atas hidayah-Nya kepada kalian. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik."

Demikianlah penjelasan makna tersirat tentang ibadah qurban. Ketulusan adalah kunci diterimanya ibadah kita. Apalah artinya melakukan sesuatu jika tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah dan tidak mendapat ridho-Nya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk kepada kita dalam setiap amal perbuatan. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 19 Juli 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim