Setiap Benci Pasti Ada Cinta, Maka Berilah Maaf

 
Setiap Benci Pasti Ada Cinta, Maka Berilah Maaf

LADUNI.ID, Jakarta - Pada tulisan sebelumnya tentang makna qisth lebih dari sekadar adil, diterangkan bahwa senang sama senang atau menang sama menang (win-win) merupakan makna daripada qisth itu tadi, jadi bukan sekadar menuntut hak dan memberikan kewajiban.

Oleh sebab itu, Prof Dr HM Quraish Shihab, MA. telah menyarankan supaya kita jangan pernah berkata “saya tuntut di akhirat”, sebab jika demikian maka kita akan mengalami kerugian. Sebab, Allah sudah menerangan di dalam Al-Qur’an bahwa,

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ (٣٤)

Walaa tastawii alhasanatu walaa alssayyi-atu idfa' biallatii hiya ahsanu fa-idzaa alladzii baynaka wabaynahu 'adaawatun ka-annahu waliyyun hamiimun

Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Q.S. Fussilat ayat [54] 34).

Dari ayat Al-Qur’an inilah, seorang psikolog muslim kemudian berkata: “Setiap benci ada cinta, setiap cinta ada benci.” Karena, hubungan kemanusiaan itu pada dasarnya sudah ada dan sudah tertanam dalam diri manusia itu sendiri.

Hal ini bisa kita contohkan, kita yang sedang berada di luar negeri dan tidak kenal siapa-siapa, tiba-tiba ada satu orang Indonesia yang datang. Pasti kita akan senang. Walaupun dia berbeda agama dengan anda misalnya. Itulah manusia selalu akan ada hubungan meskipun kita tidak saling mengenal. Selanjutnya kita pun akan menjalin hubungan dengan orang yang baru kita kenal itu.

Sebaliknya, jika kita berada di tengah hutan sendirian misalnya, yang ada hanyalah binatang, maka kita hanya akan kesepian. Tapi ketika tiba-tiba ada satu orang muncul, dan anda tidak kenal. Maka pasti kita akan selalu berhubungan dengan orang itu.

Begitupun ketika kita memusuhi seseorang, yang timbul ke permukaan biasanya adalah kebencian tapi sebenarnya dalam saat yang sama kita sedang memendam rasa cinta, rasa sayang. Contohnya begini, ada seorang suami, baru dapat rejeki lebih dari kantor. Dia pun merencanakan akan membeli ini dan itu. Tapi, ketika tiba di rumah dan dia ceritakan kepada istrinya, lalu istinya bilang, “saya belikan ini ya” dengan cara mendesak. Karena dia cinta pada istrinya, maka dia belikan. Di situlah pasti ada kebencian meskipun sedikit di hatinya.

Begitu pula sebaliknya, yang terjadi dengan seorang istri. Sudah mau tidur, tiba-tiba suaminya datang malam-malam dan meminta sang istri untuk menyediakan makan. Pasti sang istri merasa ada sedikit rasa jengkel dalam hatinya.

Sebab itulah, di setiap cinta pasti akan ada benci, dan setiap benci ada cinta. Oleh karena itulah, kita akan rugi jika kita tidak memberi maaf, bahkan anda juga akan kehilangan satu sahabat. Jadi, bukan hanya akan rugi di akhirat, tapi kita juga rugi karena tidak dapat teman, bahkan kita rugi tidak akan lancar kerjaan kita.

Lebih dari itu semua, agama menginginkan kita menjalin kehidupan yang harmonis. Saling maaf-memaafkan. Jika misal ada kesalahan di masa lalu, mari kita maafkan dan bina hubungan kita dengan baik. Sebab, semakin semakin dekat hubungan, akan semakin banyak tuntutan.

 Itu juga sebabnya, al-aqrabuuna awlaa bil ma’ruf, orang yang dekat kepada anda itu lebih wajar untuk anda beri kebaikan daripada orang lain yang tidak kenal anda, maka carilah teman-teman yang baik.

Akhirnya, tulisan ini adalah buah pelajaran dari ceramah Prof Dr HM Quraish Shihab dengan harapan agar dalam setiap kebencian yang kita pendam, akan pasti juga tersimpan rasa cinta. Maka maafkanlah kesalahannya. Semoga kita semua menjadi manusia yang lebih baik lagi. Aamiin.