Ketua LTN Bandung: Rasulullah SAW Tidak Mewajibkan Daulah Islam

 
Ketua LTN Bandung: Rasulullah SAW Tidak Mewajibkan Daulah Islam

LADUNI.ID, Jakarta - Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) Bandung, Ayik Heriansyah menyampaikan bahwa ketika Rasulullah mendirikan negara Madinah, umat Islam masih tersebar di berbagai penjuru, di antaranya ada di Mekkah, Habasyah dan lain-lain. Bahkan, Rasulullah tidak memerintahkan mereka untuk berbondong-bongong pindah ke negara Madinah. Itu artinya, menurut Ayik, umat Islam tidak diwajibkan untuk berlindung di bawah negara Islam.

“Maka kalau ada ajakan untuk hijrah ke daulah Islamiyah… Satu umat (dalam) satu daulah itu sesat. Di masa Rasulallah saja, daulah banyak dan umat muslim berada di berbagai daulah tersebut,” ujar Ayik Heriansyah saat memperingati Hari Santri Nasional 2020 dengan tema “Meneguhkan Peran Santri dalam Bela Negara, Menjaga Pancasila dan NKRI”, Kamis (22/10/2020) kemarin.

Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Cipongkor bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Desa Negalsari tersebut, Ayik juga menyampaikan bahwa daulah nubuwwah dan daulah khilafah berbeda.

“Kalau daulah khilafah dipilih oleh para sahabat melalui musyawarah. Bukan pengangkatan langsung dari Allah. Sementara daulah nubuwah dipilih dan diangkat oleh Allah SWT,” paparnya. Oleh sebab itulah, menurut Ayik, Indonesia tidak lagi membutuhkan pembaruan sistem, karena sistem di Indonesia sudah sangat sesuai dengan ajaran Islam.

“Indonesia sudah menerapkan sistem Islam dan sudah tidak butuh khilafah. Karena sistem negara Indonesia sudah sesuai dengan ajaran Islam,” ujar Ayik Heriansyah.

Selain iut, Ayik juga menyampaikan bahwa sejak maraknya media sosisal di era modern, kebenaran sudah buram. Banyak para ustadz yang justru menyebarkan dakwah yang tidak mencerahkan. Padahal, menurutnya, Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas Islam.

“Indonesia ini sebagai darul Islam. Bukan darul kufur…  secara faktual, Indonesia adalah darus salam. Karena penduduknya mayoritas Islam dan pemeinpinnya sudah mayoritas islam,” tuturnya.

Mantan petinggi organisasi yang sudah dilarang di Indonesia, HTI, ini juga memaparkan bahwa ada beberapa orang, khususnya kelompok radikal yang mengorek-ngorek lagi paham kebangsaan kita. Menurut Ayik, mereka itu pasti ujung-ujungnya untuk menjadi penguasa. Bukan semata untuk menyebarkan ajaran Islam.

“Khilafah atau imamah sudah kita tegakkan, yaitu dalam bentuk sistem demokrasi yang memilih peminpin. HTI, ISIS, al-Qaeda yang selalu ramai mengkampanyekan Khilafah sebenarnya tujuan akhirnya adalah untuk mendirikan negara islam versi mereka. Padahal kita sudak menerapkan ajaran Islam dalam bentuk negara kita,” paparnya.

Lebih lanjut, menurut Ayik, adalah sebuah kebohongan atau hoaks besar jika ada orang yang hendak menegakkan khilafah. Sebab, lanjuntya, isu khilafah hanya untuk mengelabuhi umat muslim untuk menjadikan pemimpin mereka sebagai peminpin.

Bahkan, ketika Imam Mahdi pun datang, khilafah mahdiyah tegakknya di Arab bukan di Indonesia. Berarti kelompok radikal yang hendak mendirikan negara islam di Indonesia tidak ada dalilnya.

“Kalau khilafah nahdliyah sudah berdiri, maka indonesia dengan negara khilafah yang baru bangkit itu adalah hubungan kenegaraan. Sebagaimana mestinya. Kita tidak perlu merasa bersalah dengan sisitem negara kita. Kita sama sekali tidak bertentangan ajaran agama Islam, baik yang berada di al-Qur’an dan Hadis,” terangnya.

Apa yang dilakukan orang-orang yang ingin menegakkan khilafah, menurut Ayik, sebenarnya tidak ada dasarnya dalam sejarah. Sebab, pada kenyataannya, Rasulullah bukan hanya menjadi pemimpin agama (Islam), akan tetapi Rasulullah juga merupakan peminpin Negara yaitu negara Madinah.

“Rasulallah tidak pernah mendirikan khilafah, yang mendirikan khilafah adalah para sahabat setelah sepeninggal Rasulaulah,” pungkasnya.