Perbedaan Makam Ulama di Mesir dan Jawa

 
Perbedaan Makam Ulama di Mesir dan Jawa

LADUNI.ID, Jakarta - Semalam 2 Sahabat yang pernah belajar di Al-Azhar, Mesir, berjumpa. Yaitu Dr. Ahmad Ginanjar Sya'ban dan Ust Miskari Ahmad. Keduanya bercerita bagaimana dahulu makam-makam ulama di Mesir tidak terawat, hampir tidak diziarahi.

Namun, setelah mahasiswa dari Indonesia mengadakan ziarah dengan tema Holy Tour, banyak diminati oleh mahasiswa lain dari Malaysia, Singapura dan negara lainnya, bahkan saat ini sudah rombongan bus.

Program terbaru dari PCINU Mesir di masa kepemimpinan Ust Muhammad Nora Burhanuddin adalah merenovasi makam para ulama, yakni makam Syekh Waki', guru Imam Syafi'i yang pernah beliau sebut dalam syairnya:

شكوت الى وكيع سوء حفظي • فأرشدني الى ترك المعاصي

"Aku curhat kepada Waki', soal daya ingatku yang lemah. Ia menuntun kepadaku agar meninggalkan perbuatan dosa".

واخبرني بأن العلم نور • ونور الله لا يعطى لعاص

Waki' berkata kepadaku bahwa "ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang berbuat dosa".

Menghidupkan ziarah makam ulama memang pernah disinggung oleh para ulama Syafi'iyah, sepertinya spirit inilah yang menjiwai para mahasiswa dari Indonesia:

ﻭﻗﺎﻝ اﻟﺒﺠﻴﺮﻣﻲ: ﻭاﺳﺘﺜﻨﻰ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻗﺒﻮﺭ اﻷﻧﺒﻴﺎء ﻭاﻟﺸﻬﺪاء ﻭاﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﻭﻧﺤﻮﻫﻢ. ﺑﺮﻣﺎﻭﻱ. ﻭﻋﺒﺎﺭﺓ اﻟﺮﺣﻤﺎﻧﻲ. ﻧﻌﻢ، ﻗﺒﻮﺭ اﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﻳﺠﻮﺯ ﺑﻨﺎﺅﻫﺎ ﻭﻟﻮ بقبة ﻹﺣﻴﺎء اﻟﺰﻳﺎﺭﺓ ﻭاﻟﺘﺒﺮﻙ.

Al-Bujairimi berkata: "Sebagian ulama mengecualikan (dari larangan membangun kuburan) makam-makam para Nabi, Syuhada dan ulama. Dalam redaksi Ar-Rahmani dijelaskan bahwa boleh membangun makam para ulama meskipun dengan kubah, untuk menghidupkan ziarah dan mencari berkah dari Allah (Ianah Ath-Thalibin 2/137).

Lalu apa bedanya makam di Mesir dan Jawa? Kalau di Mesir, data dan sejarah ulama beserta makamya tercatat dengan baik, namun peziarahnya kurang. Di Indonesia, peziarah makam ulama luar bisa semarak namun data, biografi dan catatan tidak berbanding populer dengan minat ziarahnya.

(Ustadz Ma’ruf Khozin)