Biografi Habib Thohir bin Abdullah Al-Kaff

 
Biografi Habib Thohir bin Abdullah Al-Kaff
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi Habib Thohir bin Abdullah Al-Kaff

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Pendidikan
  4. Pengasuh Pesantren
  5. Sosok Pendakwah Aswaja
  6. Pandangan Terhadap Terorisme
  7. Memaknai Jihad
  8. Cara Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT
  9. Teladan

 

Kelahiran

Habib Thohir bin Abdullah Al-Kaff lahir pada 15 Agustus 1960 di Tegal. Beliau adalah salah satu dari tujuh bersaudara yang merupakan anak dari pasangan Habib Abdullah Al-Kaff dan sang istri.  

Wafat

Habib Thohir bin Abdullah Al-Kaff wafat pada hari Kamis 3 Desember 2020, malam, pukul 20.01 WIB. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di RS Mitra Siaga, Kabupaten Tegal.

Pendidikan

Habib Thohir memulai pendidikannya dengan belajar agama kepada ayahnya, Habib Abdullah Al-Kaff, yang dikenal sebagai ulama senior di Jawa Tengah. Kemudian mengenyam pendidikan SD dan SMP Al-Khairiyah di Tegal.

Selanjutnya, pada tahun 1980, beliau menjadi santri Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki di Rusyaifah, Makkah. Habib Thohir bin Abdullah Al-Kaff menjadi santri selama enam tahun bersama adiknya, Habib Hamid bin Abdullah Al-Kaff. Habib Hamid kini dikenal sebagai muballigh dan pemimpin Pondok Pesantren Al-Haramain Asy-Asyarifain, Jalan Ganceng, Pondok Ranggon, Cilangkap, Jakarta Timur.

Pulang ke Indonesia tahun 1986, Habib Thohir langsung terjun ke bidang dakwah, dan pernah juga menjadi ustadz di beberapa pesantren. Meski beliau berkeluarga di Pekalongan, namun kesehariannya lebih banyak membina umat di Tegal, khususnya di Masjid Zainal Abidin.

Di masjid yang terletak di Jalan Duku Tegal itulah beliau mengadakan majelis ta'lim yang diberi nama "Majelis Taklim Zainal Abidin".

Pengasuh Pesantren

Habib Thohir bin Abdullah Al-Kaff merupakan pengasuh Pondok Pesantren Darul Hijrah Tegal.

Sosok Pendakwah Aswaja

Hampir dalam berbagai dakwah, entah dalam kesempatan majelis ta'lim, haul, ataupun seminar, Habib Thohir bin Abdullah Al-Kaff selalu memperingatkan beberapa kesesatan yang dilancarkan kepada kaum muslimin di Indonesia. Sebab Islam di Indonesia, menurutnya, adalah Islam warisan Walisongo, yaitu Ahlusunnah wal Jamaah, bukan Syiah maupun Ahmadiyah, atau yang lainnya.

Konon, nama Habib Thohir lebih banyak dikenal oleh kaum muslimin yang tinggal di pelosok-pelosok desa. Karena beliau lebih senang berdakwah di daerah-daerah, bahkan masuk di pedesaan.

Dalam sebuah kesempatan Habib Thohir berharap, para ulama dan cendekiawan mempunyai sikap dan kepedulian untuk membentengi umat Islam dari kerusakan akidah. Kepada sesama Ahlussunah wal Jamaah, diharapkan tidak perlu lagi berdebat soal furu’iyyah (masalah cabang-cabang agama), seperti tahlil, maulid, haul, dan lainnya.

“Jangan dianggap bahwa orang-orang yang menjalankan ritus ini tidak mempunyai argumentasi. Dan sewaktu berdebat dengan orang-orang semacam ini berarti berhadapan dengan saudara sendiri. Perlu diketahui juga, mayoritas umat Islam Indonesia adalah paham Ahlussunah wal Jamaah, yang senang tahlil, maulid, haul, dan lain-lain. Dakwah semacam ini, dipastikan akan mendapat tantangan. Contoh di kota Mataram beberapa waktu lalu, sebuah pondok pesantren dibakar, karena melarang talqin. Ini bisa timbul di tempat lain,” katanya dengan nada penuh prihatin.

Habib Thohir menambahkan, perdebatan semacam persoalan furu’iyyah sebaiknya segera diakhiri. Menurutnya perdebatan-perdebatan semacam itu sangat kontraproduktif bagi umat Islam.

“Di saat kita membutuhkan energi, kekuatan, dan ilmu kita untuk sesuatu yang sangat berbahaya menimpa umat – terutama aliran sesat – kita kok masih berdebat soal khilafiyah?” tegasnya kembali mengingatkan.

Karena panggilan rasa persatuan itulah, Habib Thohir senantiasa menggandeng semua pihak untuk bisa duduk bersama dan bahu-membahu membangun dan berdakwah untuk kemaslahatan umat.

“Jadi paham aliran sesat dan paham-paham di luar Islam, seperti sekularisme, pluralisme, dan liberalisme perlu diluruskan. Ini dapat merusak akidah umat Islam, karena paham-paham ini mengarah para pemurtadan. Alasannya sudah cukup kuat, yakni memutuskan akal, merekayasa fiqih lintas agama karena fiqih Islam dianggap tidak demokratis, dan berupaya meragukan kaidah keislaman,” kata Habib Thohir lagi.

Tekadnya untuk memerangi aliran sesat semakin mantap ketika beliau menjadi pembicara dalam seminar Sekitar Syi’ah di Aula Masjid Istiqlal pada 1997. Sikapnya terus berlanjut dengan berbagai seminar di dalam maupun luar negeri.

“Kita diperintahkan oleh Nabi untuk bangkit, tidak diam. Mana yang bangkit? Siapa yang berjuang dan menantang arus ini (pendangkalan akidah, red .)?Kata demi kata beliau sampaikan dengan penuh semangat mengajak umat untuk berjuan demi kebenaran.

Pandangan Terhadap Terorisme

Ketika disinggung tentang maraknya kegiatan terorisme yang banyak menimpa umat Islam, Habib Thohir dengan keras menentangnya. Beliau mengatakan, “Islam tidak mengenal teroris, keberadaan orang-orang yang melaksanakan kegiatan terorisme sangat merugikan citra Islam. Sehingga dilihat, seakan-akan Islam itu kejam, keras, tidak kenal kasih sayang.”

Habib Thohir sendiri merasakan betapa masyarakat kita, dan skala yang lebih luas internasional, begitu ketat dalam menanggapi fenomena terorisme. Beliau mengisahkan bahwa dirinya pernah “diinterogasi” petugas intelijen dan imigrasi di perbatasan antara Malaysia dan Singapura.

Kisahnya bermula ketika beliau mendapat undangan untuk mengisi peringatan haul di Masjid Ba’alawi Singapura. “Saya sampai dua jam diinterogasi, dikira teroris. Ditanya ini-itu, sampai menanyakan istri dan anak, pendidikan, sekitar dua jam. Sangat melelahkan. Itu salah satu imbas efek terorisme,” kata Habib Thohir.

Bahkan tidak hanya terjadi ketika di Singapura. Pulang ke tanah air pun, beliau masih merasakan efek terorisme. Ketika masuk bandara, mall, hotel, beliau selalu diperiksa dengan ketat. “Ini semua karena ‘efek samping’ suatu perbuatan saudara kita yang salah sasaran. Dan ini justru menjadi kesempatan bagi orang-orang di luar Islam untuk menjelek-jelekkan citra Islam,” komentar tegas beliau mengenai terorisme.

Memaknai Jihad

Karenanya, untuk menyudahi persoalan terorisme, Habib Thohir menghimbau umat Islam untuk mendefinisikan kembali makna dan hakikat jihad. Yakni, jihad tidak dibenarkan menggunakan bom. Menurutnya, teror bom hanya akan mengganggu kehidupan umat manusia. Jihad merupakan sarana dakwah, bukan tujuan, sehingga harus dilaksanakan secara baik, bermanfaat luas, dan jauh dari anarkisme dan kekerasan.

Jihad itu mempunyai aturan main yang sangat luas. Jadi, berjihadlah seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Beliau lalu menerangkan, “Kapan kita harus perang, kepada siapa kita berperang, dan siapa saja yang harus kita perangi? Perempuan, anak-anak, orang yang sedang beribadah sekalipun nonmuslim, tidak boleh dibunuh. Binatang tidak boleh dibunuh, bahkan pohon dan barang-barang pun tidak boleh dirusak!”

Cara Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT

Habib Thohir Al-Kaff asal Tegal memiliki cara sendiri untuk menciptakan kedamaian dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satunya dengan mengajak ribuan jamaah Ratibnya dan Wali Kota Tegal, Nursholeh untuk menunaikan salat Subuh berjamaah di Kawasan Objek Pantai Alam Indah (PAI) Kota Tegal, Jawa Tengah.

Menurut Habib Thohir, melalui shalat Subuh berjamaah yang dilaksanakan di alam terbuka, jamaah dapat melihat langsung kebesaran ciptaan Allah SWT. Selain itu, menikmati alam juga membuat kedamaian di dalam hati.

Beliau menyebutkan keutamaan shalat Subuh berjamaah bahwa besarnya pahala yang setara dengan haji dan umrah. Beliau menyampaikan nasihatnya, "Saya berharap dengan berbagai keutamaan tersebut umat Islam hendaknya dapat makin menggencarkan salat Subuh berjamaah." 

Teladan

Beliau dikenal sebagai sosok ulama yang sangat konsisten dalam membentengi umat dari pendangkalan akidah, terutama oleh berkembangnya aliran dengan pemahaman sembrono yang cenderung mengarah pada kesesatan. Belakangan ini fenomena itu semakin mengkhawatirkan jika tidak ada pembanding pemahaman yang benar dari kalangan Ahlussunnah wal Jamaah.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 03 Desember 2022, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 15 Agustus 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya