Kiprah Tokoh Muda NU dari Luar Jawa yang Terlupakan (1)

 
Kiprah Tokoh Muda NU dari Luar Jawa yang Terlupakan (1)

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam tulisan KH. Ahmad Baso yang diunggah di akun Facebook pribadinya menulis sejarah tentang beberapa riwayat tokoh muda NU dari luar Jawa yang kini banyak dilupakan. Meski dari luar Pulau Jawa, tokoh-tokoh ini banyak berkontribusi untuk NU kala itu. Berikut tulisan KH Ahmad Baso yang kami kumpulkan secara berseri. Selamat membaca.

***

KH. Sayyid Jamaluddin Assegaf Puang Ramma (1923-2006)

Kiai Haji Sayyid Jamaluddin Assegaf Puang Ramma (1923-2006). Selain sebagai mursyid Tarekat Khalwatiyah Yusuf, beliau juga dikenal sebagai pendiri NU Sulawesi Selatan di tahun 1952 yang tergolong masih muda.

Ini foto beliau waktu sebagai anggota Konstituante pasca-Pemilu 1955 mewakili partai NU. Beliau lahir di Maros pada 7 Maret 1923. Sejak kecil ada 12 tahun waktunya dihabiskan untuk nyantri di Pulau Salemo.

Pada usia 20-an tahun sebagai Wakil Kepala Djamiatul (ormas Islam lokal) di Kecamatan Maros, Kabupaten Maros.

Lalu di masa revolusi kemerdekaan jadi imam di kampung Gunung Djongaya, Gowa, Kabupaten Makasar dan juga Komandan Gerilya sektor kota kesatuan Lipang Badjeng Polombangkeng (Makassar dan sekitarnya).

Beliau juga memimpin kursus Agama Islam di Kampung Maricaya di Kota Makasar. Berikut profil singkat Kiai Haji Sayyid Jamaluddin Assegaf Puang Ramma:

  • Sejak 1948 mendirikan Rabitatul Ulama (cikal-bakal NU) Provinsi Sulawesi bersama ulama-ulama Sulawesi.
  • Sejak 1950 jadi Wakil Imam di Mamadjang, Makassar.
  • Sejak 1951 menjadi guru Sekolah Islam Ibtidaiyah Islamiyah Nasrul Haq di Kampung Maricaya kota Makassar.
  • Sejak 1951 diperbantukan pada Djawatan Penerangan Agama kota Makassar.
  • Sejak 1952 sebagai penyumpah pada Kantor Polisi Militer kota Makassar.
  • Sejak 1953 menjadi anggota Majelis Konsul PBNU wilayah Sulawesi.

Lalu dalam usia 33 tahun terpilih sebagai anggota Konstituante dan dilantik pada November 1956 di Bandung.

Selama hidup beliau diabdikan untuk NU dan pengajaran tarekat. wafat pada 2006 dan dimakamkan di Maros. Allah yarhamhu...

Abdul Muin Daeng Myala (A. M. Thahir)

Abdul Muin Daeng Myala, Sastrawan NU dan penyair santri dari Makassar. Ini adalah foto Abdul Muin Daeng Myala (A. M. Thahir) semasa jadi anggota Konstituante 1956-1959 mewakili Partai NU.

Beliau dikenal sebagai sastrawan santri yang lahir pada 2 Januari 1909 dan besar di NU Makassar, dengan beragam organisasi yang beliau geluti dari Jong Islamieten Bond, Muhammadiyah hingga PNI, pernah membantu majalah Poedjangga Baroe, kemudian aktif di Majlis Konsul PBNU Wilayah Sulawesi, juga menjadi guru di Madrasah Muallimin dan Holland Dinijah School (HDS) Makassar.

Berikut karya-karyanya baik dalam bentuk puisi maupun sastra:

Sejumlah sajaknya dimuat dalam bunga rampai Puisi Baru (1946) dan Tonggak 1 (1987).

Karya-karyanya yang berbentuk puisi adalah (1) "Kekasih" (Pandji Poestaka, No. 15, Th. X, 1932), (2) "Di dalam Taman" (Pandji Poestaka, No. 28, Th. X, 1932), (3) "Jangan Kecewa" (Pandji Poestaka, No. 48, Th. X, 1932), (4) "Bunga Melati" (Pandji Poestaka, No. 50, Th. X, 1932), (5) "Jangan Katakan" (Pandji Poestaka, No. 52, Th. X, 1932), (6) "Jangan Sangkakak" (Pandji Poestaka, No. 58, Th. X, 1932), (7) "Aku Tahu Tuan Tak Tahu" (Pandji Poestaka, No. 62, Th. X, 1932), (8) "Dimana Gerangan Dinda Utama?" (Pandji Poestaka, No. 62, Th. X, 1932), (9) "Jika Tidak" (Pandji Poestaka, No. 732, Th. X, 1932), (10) "Keluh" (Pandji Poestaka, No. 91, Th. X, 1932), (11) "Kecewa” (Pandji Poestaka, No. 93, Th. X, 1932), (12) "Bimbang" (Pandji Poestaka, No. 96, Th. X, 1932), (13) "Keluh dan Sangka" (Pandji Poestaka, No. 99, Th. X, 1932), (14) "Mudah Bestari" (Pudjangga Baroe, No. 3, Th. I, 1933), (15) "Indonesia Tanah Airku" (Pudjangga Baroe, No. 3, Th. I, 1933), (16) "Gubahan" (Pudjangga Baroe, No. 10, Th. VI, 1939), (17) "Ada Hiburan" (Pudjangga Baroe, No. 8, Th. IV, 1937), (18) "O, Manusia" (Pudjangga Baroe, No. 5, Th. IX, 1941), (19) "Betapa Tidak" (Siasat, No. 71, Th. II, 1948), (20) "Penyapu Jala" (Siasat, No. 71, Th. II, 1948), (21) "Buahnya" (Budaja, No. 4, Th. II, 1947), (22) "Bukan" (Budaja, No. 4, Th. II, 1947), (23) "Cahaya Hati" (Budaja, No. 1, Th. II, 1947), (24) "Gugur Melati" (Budaja, No. 4, Th. II, 1947), (25) "Percayalah, Kawan" (Sulawesi, No 1, Th. I, 1958), (26) "Pesan" (Sulawesi, No 1, Th. I, 1958), (27) "Bimbang" (Berita Kebudajaan, No 6, Th. I, 1952), (28) "Ada Aku" (Berita Kebudajaan, No 6, Th. I, 1952), dan (29) "Pesan" (Berita Kebudajaan, No 6, Th. I, 1952).

Karya-karyanya yang berbentuk prosa adalah (1) "Aku dan Bantimurung” (Budaja, No. 5, Th. III, 1948), (2) "Dalam Gelanggang" (Budaja, No. 8, Th.III, 1948), (3) "Demikian Hendaknya" (Budaja, No. 8, Th. II, 1948), (4) "Di bawah Arus Gelombang Masa" (Budaja, No. 8, Th. II, 1948), (5) "Jika Cinta Sudah Terjalin" (Budaja, No. 8, Th. II, 1948), (6) "Kenang-kenangan” (Budaja, No. 6, Th. II, 1948), (7) "Kisah yang Bukan Kisah Tapi yang Kisah Pula" (Budaja, No. 8, Th. II, 1948), (8) "Lebur" (Budaja, No. 8, Th. II, 1948), (9) "Mengembara” (Budaja, No. 12, Th. III, 1948), dan (10) "Manusia Dewa" Pudjangga Baroe, No. 3, Th. XI, 1949).

Kini, di mana dan kapan lagi NU Makassar melahirkan sastrawan dan penyair kelas nasional seperti ini? Lahul Fatihah…(*)

***

Penulis: KH. Ahmad Baso
Editor: Muhammad Mihrob