Biografi Syekh Siroj Garut

 
Biografi Syekh Siroj Garut

Daftar Isi Profil Syekh Siroj Garut

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Pendidikan
  4. Guru Besar di Masjidil Haram

Kelahiran

Syekh Siroj Garut lahir pada tahun 1313 H atau bertepatan pada tahun 1895 M, di Makkah. Beliau merupakan sosok ulama keturunan dari keluarga Sunda asal Garut yang bermukim di Makkah. Dalam reportase Snouck Hurgronje (Mekka in the Latter Part of the 19th Century), disebutkan jika orang-orang Sunda adalah salah satu bangsa Nusantara (Jâwî) yang paling banyak bermukim di Makkah di akhir abad ke-19 M.

Wafat

Syekh Siroj Garut wafat di Makkah pada 26 Rabî al-Awwal tahun 1390 H (1 Juni 1970 M). Selain Syekh Siroj Garut, ada banyak beberapa nama ulama asal Tatar Pasundan yang berkarir di Makkah pada awal abad ke-20 M yang disinggung beberapa buku kesejarahan berbahasa Arab.

Pendidikan

Ketika berusia 13 tahun (1908 M), Siroj pergi ke kampung leluhurnya di Garut sekaligus belajar di beberapa pesantren di Jawa selama beberapa tahun. Tidak disebutkan di pesantren mana sajakah Siroj menjejakkan kakinya. Namun, merujuk pada catatan sejarah, di awal abad ke-20 M terdapat beberapa pesantren besar di Tatar Pasundan, seperti Pesantren Suka Miskin Bandung, Pesantren Gentur Cianjur, Pesantren Cikudang, Pesantren Cibarusah Bekasi, Pesantren Tanara Banten, Pesantren Sempur Purwakarta, dan lain-lain.

Sementara di Jawa pada masa itu, terdapat juga pesantren-pesantren besar seperti Babakan Cirebon, Buntet Cirebon, Darat Semarang, Lasem Rembang, Siwalan Panji Sidoarjo, Tebu Ireng Jombang, hingga Bangkalan Madura.

Para ulama pengasuh pesantren di atas rata-rata pernah belajar dan bermukim lama di Mekkah, seperti Syekh Jamil Buntet, Syekh Soleh Darat Semarang, Syekh Dahlan Abdullah Tremas, Syekh Abdul Muhith Sidoarjo, Syekh Baidhowi Ma’shum Lasem, Syekh Hasyim Asy’ari Jombang, Syekh Kholil Bangkalan, dan lain-lain.

Jadi, besar kemungkinan selama berada, belajar, dan bermukim di Nusantara, Siroj belajar di pesantren-pesantren yang memiliki jaringan intelektual Nusantara-Haramain itu. Dan di pesantren-pesatren itulah Siroj belajar berbagai bidang ilmu keagamaan Islam, mulai dari tata bahasa Arab, yurisprudensi (fiqih), teologi, tafsir, hadits, dan lain sebagainya.

Setelah beberapa tahun berada di Nusantara, Siroj kemudian kembali ke Mekkah dan melanjutkan pengembaraan intelektualnya di sana. Siroj lebih spesifik menekuni bidang Qira’ah al-Qur’an. Di Makkah ia pun belajar pada Masyâyikh al-Qurrâ di zamannya, seperti Syekh al-Ghamrâwî, Syekh Ma’mûn al-Bantanî al-Jâwî, Syekh Ahmad al-Tîjî.

Syekh Siroj kemudian mendapatkan lisensi (ijâzah) untuk mengajar Ilmu Qira’ah di Masjid al-Haram dan di kediamannya di distrik (hay) al-Qasyâsyiyyah. Beliau juga didaulat untuk menjadi muqrî (pelantun al-Qur’an) yang dilantik resmi oleh Kerajaan Saudi Arabia dan rutin melantunkan al-Qur’an di Masjid al-Haram setiap harinya.

Pada tahun 1369 H (1949 M), ketika Stasiun Radio Kerajaan Saudi Arabia didirikan, Syekh Siroj pun diangkat menjadi Muqrî al-Qur’an di sana lantunan bacaan al-Qur’annya yang tartil dan merdu pun direkam dan diputar berulang-ulang. Di sana beliau bersama-sama dengan Syekh ‘Umar Arba’în, Syekh Muhammad Nûr Abû al-Khair, Syekh Zakî al-Daghastânî, dan lain-lain.

Guru Besar di Masjidil Haram

Dalam deretan nama Masyâyikh al-Qurrâ (Guru Besar Para Ahli Qira’at al-Qur’an) Masjid al-Haram di Makkah pada paruh pertama abad ke-20 M, tersebutlah dua nama ajengan asal Tatar Pasundan, dan dua-duanya dari wilayah Garut, yaitu Ajengan Siroj Garut (Syekh Sirâj ibn Muhammad ibn Hasan Qârût, 1895-1970) dan Ajengan Musaddad Garut (Syekh Musaddad Qâqût).

Nama Syekh Siroj Garut banyak disinggung dalam sanad ulama-ulama Qira’ah al-Qur’an yang berkarir di Makkah, juga dalam catatan sejarah studi qira’at al-Qur’an dan para guru besarnya di Makkah pada abad ke-20 M. Biografi Syekh Siroj juga sedikit disinggung dalam laman Makkawi Qiblah al-Dunyâ.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya