Biografi KH. Abdul Kholiq Afandi, Pendiri Pesantren Nurus Siroj Tritunggal, Lamongan

 
Biografi KH. Abdul Kholiq Afandi, Pendiri Pesantren Nurus Siroj Tritunggal, Lamongan
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Mendirikan Pesantren
3.2  Mendirikan Usaha Mandiri
3.3  Kiprah di Nahdlatul Ulama

4.    Teladan
5.    Penghargaan
6.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Abdul Kholiq Afandi lahir pada hari Jum.at Legi tanggal 18 Syawal 1355 H/1 Januari 1937 M, di Desa Tritunggal, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Beliau merupakan putra ketiga dari 11 bersaudara, dari pasangan KH. Nur Salim dengan Nyai Kasiyat putri H. Siroj atau Kamso. Saudara-saudara beliau di antaranya:
1. Ghozi (meninggal waktu kecil),
2. Ashari (meninggal waktu kecil),
3. Abdul Kholiq,
4. Abdul Wahid (meninggal waktu kecil),
5. Hasyim Bisyri,
6. Hasan Bisyri,
7. Siti Aminah,
8. Masda'i,
9. Ni'mah,
10. Muhsin,
11. Abdullah Munif.
Disaat KH. Abdul Kholiq lahir ayahadanya sedang mengikuti pengajian KH. Hasyim Asy'ari.

1.2 Keluarga
KH. Abdul Kholiq menikah dengan Nyai Siti Masruroh, gadis dari Desa Mulyo Agung Singgahan Tuban.

1.3 Wafat
KH. Abdul Kholiq Afandi wafat pada Kamis legi 5 shafar 1425 H/25 Maret 2004 M ba'da Ashar. Beliau meninggal dunia di rumah sakit Islam Nasrul Ummah Lamongan. Jenazah beliau dimakamkan setelah shalat Jum'at di sebelah timur Pondok Putra Nurus Siroj. Hingga kini masih sangat banyak masyarakat dari berbagai kalangan berdatangan untuk ziarah dan memberikan penghormatan kepadanya.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Putra KH. Nur Salim bernama KH. Abdul Kholiq Afandi ini memang sudah kelihatan memiliki keunggulan sejak usia remaja. Seperti ketekunan, kerja keras, kepemimpinan dan kemauan yang keras untuk mencapai cita-cita. Kyai Abdul Kholiq meninggalkan rumah untuk menimba ilmu pada awal tahun 1950-an,  berangkat menuju rumah KH. Abdul Hadi Zahid, saat itu menjadi Pengasuh Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur.

Belum puas dengan keilmuan yang telah dimiliki, pada tahun 1954 beliau melanjutkan pendidikan agamanya kepada Syekh Masduqi Lasem Rembang, Jawa tengah. Di pesantren asuhan KH. Masduqi inilah beliau mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman, yang di kemudian hari sangat mempengaruhi kehidupan Kyai Abdul Kholiq, juga berhasil menguasai dengan baik kitab-kitab besar seperti Jamul Jawami, Uqudul Juman, Asybah Wan Nadloir, Fathul Wahhab, dan Ad-Dasuqi.

"Dalam menambah pengetahuan dan pengalaman, beliau berguru thoriqoh ke KH. Romli At-Tamimi asal Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang," tambah Gus Falah.

2.2 Guru-Guru
1. KH. Nur Salim (ayah),
2. KH. Abdul Hadi ZahidPesantren Langitan,
3. Syekh Masduqi Lasem Rembang,
4. KH. Romli At-TamimiPesantren Darul Ulum Rejoso Jombang.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
Pada awalnya, ayah beliau, KH. Nur Salim tidak berkehendak mendirikan pesantren secara institusi seperti umumnya santri KH. Hasyim Asy'ari saat itu, cukup mendirikan mushala untuk berjamaah dan mengajar ngaji bagi masyarakat yang membutuhkannya. Itupun masih sangat sederhana, ngaji sorogan, bandongan sampai beliau wafat pada tanggal 09 Ramadhan 1386 H atau 22 Desember 1966 M.

Dalam berdakwah, KH. Nur Salim banyak dibantu oleh putranya KH. Abdul Kholiq. Suatu hari KH. Abdul Kholiq berkeinginan mendirikan madrasah akan tetapi masih kurang direspon oleh ayahnya. Saat itu sang ayah mengatakan "Liq, gawe madrasah opo maneh ngopeni teruse iku abot, wis sing penting kapan ono sing njalok wulang ngaji yo diulang (buat madrasah apa lagi mengurusinya itu berat, yang penting kapan ada yang minta diajari ngaji ya diajari)".

"Begitulah karakter KH. Nur Salim yang tidak ingin neko-neko (ambil resiko)," ujar pria yang akrab disapa Gus Falah ini.

Seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan keadaan masyarakat, banyak yang mendesak KH. Abdul Kholiq untuk mendirikan pesantren, di antaranya KH. Ahmad Marzuqi Zahid dan KH. Abdulloh Faqih pengasuh Pesantren Langitan. Waktu sowan ke KH. Ahmad Marzuqi Zahid dan KH. Abdullah Faqih oleh KH. A Marzuqi Zahid, Kyai Kholiq dikatakan kyai yang tidak pantas. 

Kemudian beliau memberanikan diri bertanya kepada KH. Marzuqi "Apa maksud kyai yang tidak pantas, yai? ". Jawab KH. Marzuqi "Kamu itu alim, kamu tidak pantas kalau tidak punya pondok" lalu KH. Marzuqi menyuruh untuk mendiriikan pesantren. Hal ini kemudian dihaturkan ke romo KH. Abdullah Faqih, oleh KH. Abdullah Faqih, rencana tersebut didukung bahkan diberi modal uang untuk segera membangunnya. 

Namun baru setelah benar-benar yakin dan mantap, tepat pada tanggal 1 Rabiul Awwal 1406 H atau 14 November 1985 M dibentuklah panitia pembangunan pondok yang diberi nama 'Nurus Siroj'.

Nurus Siroj diambil dari gabungan dua kata yaitu Nur nama dari ayahnya yaitu KH. Nur Salim dan Siroj nama dari kakeknya yaitu H Siroj. Dengan tujuan mengenang keduanya telah berjasa atas keberadaan dirinya secara material, mental, dan spiritual.

3.2 Mendirikan Usaha Mandiri
Dalam pengabdianya dan menyebarkan ilmunya, KH. Kholiq tetap berusaha menata ekonomi keluarga, di antaranya mendirikan usaha-usaha seperti membuka toko di pasar Moropelang (1966), membuat penggilingan padi/selep (1980) di beberapa daerah, membuat setrum aki (1981), dan mendirikan pabrik tahu (1983).

3.2 Kiprah di Nahdlatul Ulama
KH. Abdul Kholiq adalah sosok tokoh ulama yang mendedikasikan dirinya untuk Nahdlatul Ulama (NU) KH. Abdul Kholiq tercatat pernah menjadi Wakil Ra'is Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Babat tahun 1980 dan Rais MWC NU Babat tahun 1985.

Kemudian menjadi Wakil Ra'is Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lamongan. Hingga akhirnya menjadi Ra'is PCNU Lamongan, menggantikan KH. Abdullah Iskandar. Pernah juga menjadi Ketua Pengurus Cabang Rabithah Ma'ahidil Islamiyah (RMI) NU Lamongan.

4. Teladan
KH. Abdul Kholiq Afandi termasuk seorang yang mempunyai kecintaan yang sangat dalam kepada tanah kelahiranya, seorang tokoh masyarakat yang mengabdikan hidupanya untuk desa tempat kelahirannya. Banyak kemajuan-kemajuan Desa Tritunggal berkat langkah-langkah strategisnya. 

Beliau juga sangat dekat dengan masyarakat dan suka membantu. Maka tak heran keluarga KH. Nur Salim dan KH. Abdul Kholiq sangat disegani, dihormati, dan dicintai warga masyarakat Tritunggal dan sekitarnya. 

5. Penghargaan
Pada tahun 1966 KH. Kholiq berangkat haji dengan transportasi kapal laut, selama kurang lebih 3 bulan. Dalam perjalanannya bertemu dengan seorang perempuan tua (Syehoh Abbasiyyah) yang dianggap sebagai guru dan orang tua sendiri. Karena kebaikan budi pekerti KH. Abdul Kholiq,  perempuan itu memberi hadiah yaitu tambahan nama Afandi yang berarti As-Sayyid (Tuan) sehingga menjadi KH. Abdul Kholiq Afandi.

6. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: NU Online

Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 25 Maret 2023 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 25 Maret 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya