Di Mana Pertama Kali Digelar Tradisi Halal bi Halal? Ini Temuan dalam Naskah Kuno

 
Di Mana Pertama Kali Digelar Tradisi Halal bi Halal? Ini Temuan dalam Naskah Kuno

LADUNI.ID, Jakarta - Bila kita mendapat pertanyaan sebagaimana pada judul di atas, maka dapat kita jawab bahwa tempat pertama kali digelarnya tradisi halal bi halal adalah di Kota Jepara. Hal itu sebagaimana hasil penelusuran KH. Ahmad Baso terhadap Naskah Kuno dari Banten-Cirebon. Bagaimana bisa di Kota Jepara?

Menurut Ahmad Baso, hal tersebut diungkapkan berdasarkan naskah primer sejarah Wali Songo dari  riwayat Sultan Maulana Hasanuddin Banten (yang terdapat dalam naskah Babad Cirebon kode CS 114 PNRI hal. 73). Di sana disebutkan bahwa:

“Wong Japara sami hormat sadaya umek Desa Japara kasuled polah ing masjid kaum sami ajawa tangan (berjabat tangan) sami anglampah HALAL BAHALAL sami rawuh amarek dateng Pangeran Karang Kamuning,” tulis Ahmad Baso dalam salah satu postingannya, Senin (1/3/2021) kemarin.

Dalam tulisannya, Ahmad Baso menuturkan bahwa, Pangeran Ibrahim Karang Kamuning adalah tokoh  waliyullah berbasis di Jepara, bergelar Pandita Atas Angin atau Sunan Atas Angin, menantu Kangjeng Sunan Ampel karena menikah dengan Nyai Gede Panyuran, salah seorang putri Kangjeng Sunan Ampel, dan dimakamkan di samping makam ayah mertuanya itu di Ampel, Surabaya.

“Ini adalah foto naskah dan foto Mesjid Kauman Jepara dan pelabuhan Jepara di tahun 1700 tempat  digelarnya tradisi halal bihalal yang pertama (kini mesjid itu sudah lenyap)…,” lanjutnya, sebagaimana dikutip Laduni.id pada Selasa (2/3/2021).

Dalam postingan selanjutnya, Ahmad Baso juga menulis bahwa, sudah ada dua bukti dari naskah kuno terkait tradisi halal bi halal diperkenalkan oleh para Wali Songo:

Pertama, menurut naskah primer Jawa pegon  dari  Banten-Cirebon riwayat  Sultan Maulana Hasanuddin Banten, naskah Babad Cirebon kode CS 114 PNRI hal. 73.

Kedua, naskah Jawa asal Demak-Cirebon abad 17-18 (koleksi India Office Library di London, kode IOL Jav 10, masuk ke London tahun 1820-an), hal. 119r.

“Keduanya sama-sama menulis dalam ejaan HALAL BA HALAL… Semoga sejarah ini bisa terungkap selama masih ada santri-santri saking Jepara maos naskah-naskah Wali Songo…,” tutupnya.

***

Editor: Muhammad Mihrob